Masalah Lebih Baik Diperbaiki dari pada Frustasi
loading...
Tidak sedikit orang yang akan memasuki pernikahan ibarat orang yang ingin memasuki sebuah dunia bahagia yang tiada tara di mana orang yang kita cintai, kasihi akan menjadi orang yang sesuai dengan keinginan kita. Makanya begitu semangatnya sejoli berangkat ke medan pernikahan dengan semangat sukacita.
Dalam sebuah perkawinan yang didasarkan atas cinta, tentu suami dan istri ketika memutuskan untuk memasuki sebuah rumah tangga harapan yang menjadi angan-angannya adalah kebahagiaan. Bagi seorang wanita yang hendak menikah bisa jadi bayang-bayang kebahagiaan karena akan merasa diperhatikan di dalam keluarga terus menerus mengiang-ngiang. Kalau apa yang menjadi angan-angannya ketika akan menikah itu benar-benar menjadi kenyataan, wow, luar biasa. Kita bisa bilang, puji Tuhan.
Tetapi tentu saja di dalam pernikahan itu sendiri saya yakin tidak akan
berjalan mulus-mulus saja, tetapi di sana sini akan ada percekcokan karena
munculnya perbedaan. Konflik sudah menjadi bagian yang tidak bisa terelakkan di
dalam keluarga. Kalau selama konfliknya itu gampang diatasi, tidak masalah,
tapi bagaimana kalau ternyata sang suami misalnya memiliki sifat yang sangat
memuakkan yang menganggu kehidupan berkeluarga? Ada kalanya orang bisa
mengalami apa yang disebut dengan dilusi. Nah, ketimbang sang istri dalam menghadapi
sang suami yang selalu menyakitkan itu dengan cara melawan atau frustasi,
cobalah membaca buku ini.
Mengapa? Karena buku ini memberikan arahan bagaimana istri menangkap
kembali percikan kekuatan dan sukacita yang pernah diimpi-impikan ketika akan
memasuki pernikahan. Di dalam menangkap kembali semangat kebahagiaan yang
pernah dirasakan itu dengan cara mencoba untuk tampil sebagai istri yang
bersikap positif dengan tujuan membangun dan membangun rumah tangga yang lebih
sehat.
Pengaruh seorang istri yan positif di dalam keluarga tentu sangat
penting bagi kebahagiaan keluarga, dan di situlah kehebatan seorang istri. dan
Karol Ladd mengingatkan bahwa di dalam kebahagiaan rumah tangga itu bukan
ditentukan oleh bagaimana seorang istri bisa membahagiakan suami. Bukan, tapi
kehebatan seorang istri itu terletak bagaimana sang istri itu memusatkan
hidupnya kepada Tuhan. Dan di dalam kehidupan yang saleh di hadapan Tuhan
itulah seorang istri akan mendapatkan kuasa, yaitu kuasa Tuhan yang bekerja di
dalam hidupnya, dan menerapkan kuasa itu di dalam kehidupan praktis
sehari-hari.
Karol Ladd menyebutkan ada tujuh kuasa yang dapat didapatkan dan
dipraktekkan oleh seorang istri di dalam keluarga di mana kuasa-kuasa itu bila
dimiliki dan dilakukan oleh seorang istri di dalam keluarga, entah keluarga itu
sedang memiliki masalah, atau sedang mengecewakan atau dalam keadaan
tenang-tenang saja, maka tujuh kuasa itu akan memberikan kebahagiaan tersendiri
bagi sebuah keluarga. Kuasa-kuasa itu adalah, kuasa kasih, kuasa komitmen,
kuasa rasa hormat, kuasa dorongan semangat, kuasa daya tarik, kuasa tanggung
jawab dan kuasa kehadiran Tuhan.
Dengan tulisan khas gaya seorang wanita Karol Ladd sangat teliti
menjelaskan semua kuasa itu satu persatu. Dan tentu saja buku ini sangat komunikatif
dan praktis untuk diterapkan di dalam keluarga.
Judul : Kuasa Seorang Istri yang Positif (A Power
of a Positive Wife)
Penulis : Karol Ladd
Penerbit : Metanoia Publishing, Tahun 2006
Penerjemah : Sri Meilyana
Penulis : Karol Ladd
Penerbit : Metanoia Publishing, Tahun 2006
Penerjemah : Sri Meilyana