Mengendalikan Rasa Malu
loading...
Coba perhatikan Tajuk Rencana Harian Kompas, Senin 25 Mei 2009 yang mengulas mengenai
kematian mantan Presiden Korea Selatan Roh Moo-hyun yang
disinyalir sebagai bentuk rasa tidak bisa menahan rasa malu dan rasa bersalah
atas tuduhan korupsi. Sebenarnya Roh Moo-hyun sendiri presiden yang dikenal
sangat bersih dan penganjur demokrasi. Namun karena istri dan juga anak serta
menantu laki-lakinya yang ternyata menjadi tertuduh terlibat skandal korupsi
maka Roh akhirnya mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri. Menurut Tajuk
Rencana tersebut, tindakan Roh itu terasa kontras dengan fenomena budaya di
banyak bangsa, termasuk di Indonesia. Sementara korupsi itu sendiri tidak pernah surut dan cenderung terus naik keberadannya, walaupun sudah ada Hari Anti Korupsi Internasional yang juga diperingati di negara kita di setiap 9 Desember termasuk 2019 ini. Miris bukan.
Buku yang coba diangkat ke permukaan ini ingin melihat perihal rasa malu
yang sebenarnya itu manusiawi. Makanya rasa malu itu wajar dimiliki oleh
manusia yang sehat dan bahkan perasan malu itu sendiri bisa menjadi sebuah
sumber kreatifitas dan pembelajaran. Kalau Roh melakukan bunuh diri karena rasa
malunya kaena ternyata keluarganya terlibat dengan korupsi, maka bukan tindakan
bunuh dirinya yang bisa dianggap bear, tapi bagaimana ia merasa bertanggung
jawab terhadap keluarganya dan tidak sesuai dengan apa yang ia galakkan semasa
ia memerintah. Bandingkan dengan budaya kita bila melakukan korupsi, sudah
jelas-jelas korupsi saja masih berusaha untuk tertawa dan gembira, apalagi
tidak ketahuan.
Namun demikian rasa malu itu bisa menadi racun yang sangat mematikan di
dalam hidup kita apabila rasa malu itu didiskripsikan sebagai rasa malu sebagai
gangguan karakter dan neurosis. Apabila rasa malu semacam itu sudah menguasai
hidup kita, maka racun rasa malu semacam itu yang harus diberantas. Karena rasa
malu semacam itu sebagai penghancur utama dalam kehidupan manusia.
Rasa malu semacam ini adalah kita merasa diri ini sebagai manusia yang
cacat dan merasa diri tercela, dan kita kemudian membutuhkan diri sebagai yang
tidak cacat atau sempurna. Karena kita merasa tidak sempurna itulah kemudian
kita merasa malu. Nah, rasa malu semacam inilah yang disebut sebagai racun di
dalam kehidupan kita.
Judul : Melepas Ikatan Rasa Malu (Healing The Shame That Binds You)
Penulis : John Bradshaw
Penerbit : PT Bhuana Ilmu Populer (Kelompok Gramedia)
Tahun : Jakarta, 2006