Perjuangan Kaum Vegetarian untuk Kita


Ancaman paling menakutkan bagi masyarakat dunia saat ini yang melebihi COVID-19 atau perang antar negara yaitu perubahan iklim. Kelompok Vegetarian merupakan kelompok yang paling getol untuk mewaspadai akan kerusakan bumi yang kita tinggali sekarang ini. 

Tapi apa hubungannya dengan hidup sesuai dengan vegetarian dengan usaha untuk menciptakan dunia lebih baik dan sebagai usaha untuk mencegak kerusakan iklim? Sederhananya adalah kesulitan pangan memiliki kaitan dengan kerusakan iklim yang akan dijelaskan oleh buku yang ada di tangan Redaksi.

Dalam rangka memperingati Hari Vegetarian Sedunia yang jatuh setiap tanggal 1 Oktober, idebuku.com memperkanalkan sebuah buku gratis yang bisa diperoleh dengan cara mendownload dari sumber aslinya. Buku ini akan menjadi penting untuk dibaca karena mengingat bahayanya situasi bumi yang kita tinggali ini mengalami proses menuju kerusakan parah.

Gelombang Panas Semakin Menggila 

Tentu saja kerusakan bumi tidak bisa dianggap enteng oleh kita yang menjadi bagian dari makhluk hidup yang tinggal di planet ini. Kalau tidak, maka kalau bukan kita yang mengalami efek bencananya, bisa jadi anak cucu kita nanti akan menerima akibatnya. Ketidakpedulian kita terhadap kerusakan bumi ini tentu saja akan menambah persoalan bukan hanya terhadap kehidupan secara pribadi tapi juga kehidupan negeri ini yang berada di sebuah negara kepulauan. Dampaknya bahkan kepada soal ekonomi dunia.

Bahkan menteri Keuangan RI, Sri Mulyani sudah mewanti-wanti soal yang satu ini yang perlu diwaspadai oleh semua. Seperti yang disampaikan Sri Mulyani ketika memberi pengarahan pada HSBC Summit 2022, di Jakarta beberapa waktu lalu di mana ia mengutip hasil riset yang dikeluarkan oleh sebuah lembaga di Swiss tahun 2021 di mana dunia akan kehilangan 10% apabila kesepakatan Paris tidak terpenuhi sampai tahun 2050. Untuk diketahui bahwa kesepakatan Paris adalah kesepakatan yang bertujuan untuk menghentikan suhu pemanasan bumi yang tidak lebih dari 2 derajat celsius.

Masih menurut Sri Mulyani, bila dibiarkan pemanasan bumi itu terus berlangsung makaIndonesia akan terdampak dengan kerugian ekonomi karena masalah iklim ini bisa mencapai 112,2 triliun pada tahun 2023. Sementara bila hal itu berlangsung tanpa bisa dikendalikan maka pada tahun 2030 Indonesia akan memiliki potensi kerugian mencapai 0,63% hingga 45% dari PDB (Produk Domestik Bruto).


Nah sebuah buku yang patut dimiliki untuk dibaca yang ditawarkan saat ini diterbitkan oleh hiduplebihmulia.com berjudul: Hidup Lebih Mulia. Buku ini ditulis oleh mereka yang sangat perduli dengan bumi ini yaitu kelompok Vegetarian yang selama ini sangat getol mengkampanyekan hidup menggunakan pola vegetarian. Bukunya bisa didownload DI SINI.

Sekarang mari mengutip sedikit yang ditulis dalam e-book ini di mana pada tahun 2009 FAO (Food and Agriculture Organization) memperkirakan pada waktu itu jumlah penduduk yang kelaparan saat itu mencapai satu miliar dua puluh satu juta. Kalau dihitung maka di setiap 6 orang di bumi ini maka ada 1 orang yang kelaparan. Pada tahun 2008 saat itu terjadi krisis pangan yang luar biasa.

Panas Bumi dan Partisipasi Kita untuk Menghentikannya

Nah, akhir-akhir ini kita juga selalu mendapatkan peringatan dari banyak pihak di mana penduduk dunia harus berhati-hati menghadapi hari-hari ke depan karena bisa saja krisis pangan dunia itu akan terulang. Seperti sudah menjadi sebuah teori di mana terjadi krisis pangan, maka di situ juga akan terjadi melambungnya harga pangan itu sendiri.

Lalu sekarang apa hubungannya dengan pola hidup vegetarian dengan krisis pangan itu sendiri? Teorinya begini, semakin haru jumlah manusia semakin bertambah dan ketika krisis pangan melanda orang cenderung beralih kepada bahan bakar nabati (bio fuel) sebagai solusi yang dipilih. Dan bahkan jalan pilihan ini malah didukung oleh banyak negara sebagai jalan keluar. Akibatnya muncul masalah baru di mana kualitas tanah menurun, bencana alam dan kekeringan semakin sering muncul yang merusak hasil pertanian tadi. Di sinilah mata rantai terjadinya krisis pangan dengan pemanasan global.

Pilihan orang untuk meningkatkan konsumsi daging menjadi luar biasa tanpa melihat bahwa dari sisi proses terciptanya daging itu sendiri terkadang sangat mengerikan. Kembali mengutip dari FAO di mana di tahun 2008 hewan darat (tidak termasuk ikan) sebanyak 56 miliar dibunuh untuk dikonsumsi oleh manusia. Kalau dihitung dengan detik, maka sama dengan 1,776 hewan darat mati per detik. Belum lagi penyiksaan yang dilakukan untuk pemeliharaan hewan-hewan yang akan dipotong tersebut juga tidak kalah menyesakkan.

Akhirnya, buku ini perlu untuk dibaca sebagai cara ikut andil kita untuk mendukung keberlangsungan bumi kita yang kita bijak ini. Walaupun akhirnya terserah kepada kita.

Komentar

Postingan Populer