Epicuros Bicara Kebahagiaan, dan Di Luar Perkiraan
Menurut Epicurus, kebahagiaan adalah kedamaian yang diperoleh melalui kesenangan sederhana (hedonisme), namun kesenangan tersebut harus dicapai dengan cara yang bijaksana dan didasarkan pada pemahaman yang tepat tentang kebahagiaan itu sendiri.
Manusia selalu mengejar kebahagiaan selama hidupnya karena dengan
kebahagiaan itulah manusia merasa sampai kepada pencapaian ideal dari
keseluruhan hidupnya. Makanya para filsuf terus berpikir dengan keras membuat konsep tentang kebagaiaan dengan beraneka ragam. Ya, benar, pencarian kebahagiaan setua umur manusia, termasuk pada jaman filsuf Yunani Kuno di mana Epikuros ikut mencetuskan konsep kebahagiaan.
Kata Epicuros, "kekayaan kita ditentukan bukan dengan harta yang kita miliki, melainkan apa yang kita syukuri." Kemudian dia juga berkata dengan kalimat yang sangat tepat untuk manusia modern ini dengan berkata, "Tidak ada yang bisa memuaskan manusia yang tidak pernah merasa puas."
Kapan kebahagiaan akan datang? Menurut Epicuros, kebahagiaan itu datang dari kenikmatan. Tapi jangan berhenti di situ dulu, Kenikmatan yang dimaksud bukanlah kenikmatan sembarangan, tapi kenikmatan yang terukur. Karena bila kenikmatan itu berlebihan dan tak terukur justru itu bukan lagi kebahagiaan, malah kebalikan, ketidak bahagiaan. Tapi apa yang dimaksud oleh Epicuros tentang kenikmatan yang terukur tersebut? Kenikmatan yang alami dan sederhana. Contohnya, makan akan nikmat dan memberi kebahagiaan bila cukup-cukup saja atau tidak makan berlebihan, karena kalau berlebihan, malah bukan nikmat lagi.
Menurut Epicurus, kebahagiaan bukan hanya tentang mengejar kesenangan fisik, melainkan tentang menghilangkan rasa takut dan kecemasan, khususnya ketakutan akan kematian atau hukuman dari yang kuasa. Dengan meredakan ketakutan-ketakutan tersebut, seseorang dapat menjalani hidup dengan lebih tenang dan lebih memuaskan.
Epicuros sering dipandang dengan citra sebagai aliran "buruk" sampai kini, mungkin karena menekankan soal kenikmatan dan kesenangan hedonisme. Namun kalau mendalami lebih serius ajarannya, kita akan mendapatkan petuah-petuah penting yang bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari sangat berarti. Misalnya saja, di mata murid-muridnya, ia sebagai guru yang sangat disegani dan menjadi contoh kehidupan. Sampai-sampai, murid-muridnya berpesan dan pesan tersebut cukup dikenal mengenai sosok gurunya itu dengan mengatakan, "Hiduplah seolah-olah mata Epicuros sedang mengamatimu."
Tentang kedekatan dengan murid-muridnya, rupanya tokoh filsuf ini memang punya tekanan khusus mengenai persahabatan. Baginya, persahabatn itu adalah bagian dari kebahagiaan, karena persahabatan merupakan sumber kenikmatan terbesar. Dari sahabat itulah akan didapatkan rasa aman, dukungan secara emosional dan kebahagiaan model ini tidak bisa digantikan oleh apapun, termasuk materi sekalipun.
Sebuah buku yang berisi ajaran kebahagiaan versi Epicuros ini patut dipertimbangkan untuk menjadi koleksi.
Judul :Epicurus (Seni Berbahagia)
Penulis : Epicurus
Penerbit : BasaBasi
Tahun : Yogyakarta, Tahun 2019 November
Tebal : 258 halaman
Seperti disinggung di awal bahwa citra publik dari tokoh kita yang satu ini dengan pandangan negatif yang sebenarnya lebih kepada stereotip sebagai, penggila pesta, seorang yang tak percaya adanya Tuhan, pria yang senang mengumbar nafsu dan pemuja materi. Makanya buku ini seperti membuka tabir tentang tokoh kita ini, bahwa ajaran-ajarannya banyak yang bisa memberi manfaat. Kontribusinya cukup besar. Contohnya dialah yang telah mempopulerkan teori atom Democritos, dan implikasinya terhadap kebahagiaan manusia, prpagandanya melawan tahayul, anti sains.
Penulis sangat setuju dengan pandangan banyak orang tentang stereotip tentang Epicuros ini, dan salah satu yang membuka wawasan tentang Epicuros dengan pandangan positif adalah Ngaji Filsafat oleh Dr. Fahruddin Faiz dalam ceramahnya di Masjid Jendral Sudirman, Yogyakarta.
Mengutip dari ceramah Fahruddin Faiz mengenai kebahagiaan yang ditawarkan oleh Epicuros dengan cara kesenangan, tapi kesenangan yang dimaksud bukanlah kesenangan yang mungkin dibayangkan banyak orang yang sudah kadung punya stereotip dengan Epicuros ini. Ia menjelaskan begini yang mengutip kata-katanya, "Maka kalau kami mengatakan bahwa tujuan hidup kita adalah kesenangan, yang kami maksud bukan kesenangan kaum foya-foya yang asal menikmati saja. Itu anggapan mereka yang tidak tahu atau yang tidak mengerti ajaran kami atau dengan sengaja memutar balikkannya. Bagi kami, kesenangan berarti tidak merasa sakit dalam tubuh dan tidak resah dalam jiwa, karena hidup penuh kesenangan tidak diperoleh dengan pesta minum dan makan terus-meneru, tidak dengan menikmati remaja laki-laki dan wanita cantik, juga dengan tidak menikmati ikan yang enak dan makanan mewah apa saja, melainkan hanyalah dengan pemikiran terang yang mencari akar segala keinginan dan dorongan, menghindar dan mengusir gagasan-gagasan aneh yang bagaikan angin prahara, menggoyangkan jiwa."
Jadi kesimpulannya, Epicurus mengajarkan bahwa kebahagiaan bukanlah hasil dari mengejar kesenangan tanpa henti, melainkan dari kehidupan yang damai, bebas dari rasa sakit, kecemasan, dan ketakutan yang tidak diperlukan. Kebahagiaan muncul dari hidup yang sederhana, disiplin diri, hubungan yang berarti dengan orang lain, dan pemahaman yang tepat tentang kehidupan serta kematian.
Ia menyarankan bahwa kebijaksanaan sangat penting dalam memilih kesenangan yang membawa kebahagiaan yang hakiki, bukan kesenangan yang berlebihan atau yang dapat menyebabkan penderitaan di masa depan.
Komentar
Posting Komentar