Gelombang Panas Tahun Lalu Menggila Bagaimana Tahun Ini?


Suhu bumi semakin meningkat dan sepanjang 2023 lalu telah dirasakan bumi seperti neraka karena panasnya mencapai rekor baru. Di beberapa negara panas hampir mendekati 50 derajat. Lalu bagaimana dengan tahun ini? 

Gelombang panas semakin menggila melanda beberapa negara yang menimbulkan kekuatiran. Para peneliti bahkan menghimbau banyak negara mempersiapkan diri menghadapinya di masa-masa mendatang karena bisa mengerikan. Bagaimana kita menghadapinya dan peran yang bisa dilakukan untuk turut menguranginya?

Korban gelombang panas setiap tahunnya terus bertambah di berbagai belahan bumi. Tahun 2022 lalu Badan Kesehatan Dunia WHO melaporkan korban meninggal mencapai 1.700 terjadi di Semenanjung Iberia tepatnya di Spanyol dan Portugal seperti yang ditulis Kompas. Tahun 2023 gelombang panas awal tepatnya April 2023 sudah meminta korban yaitu terjadi di India menelan 13 nyawa melayang.

Sementara peringatan gelombang disampaikan oleh beberapa ahli kepada beberapa negara yang akan dilanda oleh bakal datangnya situasi memburuk tersebut. Beberapa negara berikut ini akan menerima dampaknya yaitu Afganistan, Papua Nugini dan Amerika Tengah seperti yang dikutip oleh CNBC Indonesia. Negara lain yang juga punya resiko terkena dampaknya adalah Bejing dan Eroba bagian tengah.

Kaum Vegetarian dan Perubahan Iklim

Bagaimana dengan Asia Tenggara dan khususnya kita yang di Indonesia? Thailand dan Laos merasakan gelombang panas sehingga pemerintah mereka memperingatkan penduduknya untuk mengantisipasinya. Di Indonesia sendiri menurut Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan suhu panas di Indonesia merupakan dinamika atmosfir yang tidak biasa. Suhu panas 2023 merupakan suhu panas yang terparah. Celakanya, gelombang panas akan lebih sering seiring dengan meningkatnya suhu global sebagai akibat perubahan iklim yang didorong oleh manusia yang sebagian besar karena pembakaran bahan bakar fosil.

Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk berperan aktif menguranginya? Sebuah buku di bawah ini baik untuk dipelajari.

Judul Buku   : Bumi Makin Panas: Ancaman Perubahan Iklim di Indonesia

Penulis         : Armely Meiviana,  Diah R Sulistiowati, Moekti H Soejachmoen

Penerbit       : Kementrian Lingkungan Hidup Republik Indonesia & Pelangi (Yayasan Pelangi Indonesia)

Tahun Terbit : Jakarta, 2004

Halaman      : xii + 65 hlm.

Tidak sedikit masyarakat yang merasakan suhu panas dianggap sebagai fenomena biasa terjadi setiap tahun. Walaupun menyadari bahwa kita saat ini sudah sulit menandai iklim dan musim berdasarkan bulan. Berbeda dengan 30-50 tahun lalu di mana petani dengan mudah menghitung berdasarkan bulan. Demikian juga waktu dalam musim sekarang sulit ditebak. Terkadang hujan terlalu pendek waktunya dan kemarau terlalu panjang, atau sebaliknya. Pengaruhnya juga besar dalam menentukan musim panen yang tentu juga berhubungan dengan masalah ekonomi masyarakat petani.

Kesadaran akan terjadinya perubahan iklim dan menjadi isu di masyarakat sangat diperlukan supaya bisa menjadi sebuah kesadaran masyarakat untuk selanjutnya meningkatkan keikutsertaan menangani perubahan iklim tersebut. Partisipasi masyarakat untuk mendukung kepedulian untuk perduli dengan pengelolaan lingkungan untuk menciptakan lingkungan yang mendukung terciptanya pengurangan meningkatnya perubahan iklim tersebut.

Peringatan Sri Mulyani Tentang Perubahan Iklim

Buku ini akan menjadi bacaan penting bagi masyarakat dengan penjelasan berbagai pengertian mengenai perubahan iklim dan bagaimana kita bisa berpartisipasi di dalamnya. Makanya di dalamnya dijelaskan apa arti dari rumah kaca dan seterusnya.

Penjelasan berhubungan dengan lingkungan dan alam yang kita tempati bisa menjadi praktek nyata bagaimana partisipasi itu bisa dilakukan oleh masyarakat. Seperti bagaimana fungsi hutan bagi pengurangan suhu panas juga pengelolaan lingkungan yang benar.

Sebenarnya tanggung jawab perubahan iklim bukan hanya tanggung jawab masyarakat saja, justru peran pemerintah sangat penting untuk menciptakan kondisi yang baik. Sebagai penentu kebijakan peranan terbesar memang ada di tangan penguasa. Karena jika penguasa gagal menerapkan dengan aturan-aturan yang dibuat dan bagaimana mengejahwantakan kepada sektor usaha dan masyarakat maka semuanya akan bisa berjalan dengan baik.

Komentar

Postingan Populer