<!-- SEO Blogger Start --> <meta content='text/html; charset=UTF-8' http-equiv='Content-Type'/> <meta content='blogger' name='generator'/> <link href='https://www.idebuku.com/favicon.ico' rel='icon' type='image/x-icon'/> <link href='https://www.idebuku.com/2022/10/tragedi-kanjuruhan-dan-wajah-sedih.html' rel='canonical'/> <link rel="alternate" type="application/atom+xml" title="Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik - Atom" href="https://www.idebuku.com/feeds/posts/default" /> <link rel="alternate" type="application/rss+xml" title="Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik - RSS" href="https://www.idebuku.com/feeds/posts/default?alt=rss" /> <link rel="service.post" type="application/atom+xml" title="Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik - Atom" href="https://www.blogger.com/feeds/5529713767079432659/posts/default" /> <link rel="alternate" type="application/atom+xml" title="Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik - Atom" href="https://www.idebuku.com/feeds/254140693479662785/comments/default" /> <!--Can't find substitution for tag [blog.ieCssRetrofitLinks]--> <link href='https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLku__RlMVyiDAmT4a2QwVz5PlarR-hlug9YpiXvNlgKNBPquAmg1nn94Kk8O0XUgz1h08rHlibW8pH1Y9rh5zCnVeXqVpCHITQtHr1L98jaju_zA6jHXy_A7FglS4-aTulFmUS5gsSpNrUfUjl0PqIl9YlmuZ1F4hvFOJ-Vc7lkiKjZsISZUsUNf_/s320/3776442942_df9e7db352_w.jpg' rel='image_src'/> <meta content='Tragedi Kanjuruhan dan Merindukan Sepak Bola Indonesia Maju' name='description'/> <meta content='https://www.idebuku.com/2022/10/tragedi-kanjuruhan-dan-wajah-sedih.html' property='og:url'/> <meta content='Tragedi Kanjuruhan dan Wajah Sedih Ramang' property='og:title'/> <meta content='Tragedi Kanjuruhan dan Merindukan Sepak Bola Indonesia Maju' property='og:description'/> <meta content='https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjLku__RlMVyiDAmT4a2QwVz5PlarR-hlug9YpiXvNlgKNBPquAmg1nn94Kk8O0XUgz1h08rHlibW8pH1Y9rh5zCnVeXqVpCHITQtHr1L98jaju_zA6jHXy_A7FglS4-aTulFmUS5gsSpNrUfUjl0PqIl9YlmuZ1F4hvFOJ-Vc7lkiKjZsISZUsUNf_/w1200-h630-p-k-no-nu/3776442942_df9e7db352_w.jpg' property='og:image'/> <!-- Title --> <title>Tragedi Kanjuruhan dan Wajah Sedih Ramang - Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik Tragedi Kanjuruhan dan Wajah Sedih Ramang - Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik

Tragedi Kanjuruhan dan Wajah Sedih Ramang


Tragedi kerusuhan sepak bola Indonesia di Kanjuruhan, Malang awal Oktober lalu menyisakan duka mendalam karena 125 nyawa melayang (menurut versi polisi). Perhatian publik dalam dan luar negeri tersedot dengan peristiwa yang mencoreng sepak bola Indonesia ini. Padahal negeri ini pernah punya Ramang yang bila ia menyaksikan tragedi Kanjuruhan ini wajahnya tidak kalah sedih.

Anehnya publik terbelah cara memandangnya peristiwa yang memilukan tersebut. Lihat saja pengamat bola, media dan bahkan media sosial riuh antara yang menyayangkan kejadian tersebut dan yang berempati dengan peristiwa tersebut. Saling tuding dan mencari apa yang menjadi penyebab tragedi mengenaskan karena ratusan orang nyawanya melayang. Sementara kita yang merindukan sosok Ramang hanya melihat betapa sepak bola kita seperti mau kembali mundur ke belakang walau dilihat dari satu sudut.

Sebenarnya beberapa waktu lalu kita disuguhi dengan harapan Timnas Indonesia akan berjaya setelah memenangkan pertandingan melawan Guracou 2-1 pada dua Laga FIFA Machday padah akhir September sebelumnya. Namun di dalam negeri berita duka datang dari Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur yang menewaskan 125 orang penonton. Akhirnya kita harus memaksa diri untuk menghibur diri bahwa kita pernah punya legandaris sepak bola yang bukan hanya mengharumkan olah raga sepak bola negeri ini, tapi bahkan dikenal di pentas dunia. Ia adalah Ramang.

Redaksi mencoba untuk menelisik siapa sebenarnya Ramang yang bagi pecinta bola jaman lampau sudah tidak asing lagi. Dan buku yang khusus mengangkat kisah sang legendaris Indonesia itu berjudul: Ramang: Legendaris Bola Indonesia. Ditulis oleh Fitrawan Umar. Diterbitkan oleh Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Jakarta. Tahun terbit: 2018.

Untuk diketahui bahwa Ramang memiliki nama lengkap Andi Ramang yang hidup tahun tahun 1924-1987 merupakan pemain Timnas Indonesia dari PSM Makassar yang sangat jaya pada tahun 1950an. Ramang memiliki prestasi cemerlang bukan hanya dikenal di Indonesia kala itu, tapi juga dikenal di manca negara. Untuk sekelas Asia, saat itu Timnas Indonesia cukup disegani. Indonesia saat itu disandingkan dengan negara-negara yang sepak bolanya benar-benar diakui di dunia internasional karena prestasinya yang moncer.

Dari buku ini kita mendapatkan kisah Ramang dengan sebuah perjuangan hidup yang sangat keras dengan usaha yang tidak mudah untuk membantu orang tuanya yang bukan dari keluarga berada di Sulawesi Selatan di sana. Seperti anak-anak lain yang bersekolah, ia biasa bermain dan meluangkan waktu untuk bisa bermain sepak bola. Tapi ketika hari pasaran, ia menolong orang tuanya berjualan ke pasar dengan mengayuh sepeda berkilo-kilo jauhnya dari tempat tinggalnya. 

Bermain bola memang menjadi kesukaannya dengan keterbatasan saat itu. Jangan ditanya soal sepatu yang dipakainya. Karena hanya dengan menggunakan kulit buah pinang yang diikat dengan cara dililit di pergelangan kaki dan betis.  Tapi keterbatasan itu bukan menurunkan minat Ramang untuk terus berlatih sepak bola.

Rupanya kehebatan bermain bola Ramang mendapat perhatian seorang tokoh Sulawesi saat itu bernama Andi mattalatta seorang Panglima TNI di Sulawesi Selatan kala itu. Ramang akhirnya disarankan untuk pindak ke Ujung Pandang agar ia bisa berlatih secara profesional. 

Tapi kala itu menjadi olah ragawan termasuk di bidang sepak bola bukan berarti hidupnya bisa berubah total dari segi finansial. Sementara ia juga punya tanggungan keluarga seorang istri yang harus dihidupinya. Di Makassar ia menumpang di rumah temannya, dan ia sambil giat berlatih, juga untuk kebutuhan hidupnya dengan menarik becak.

Ramang akhirnya diperhitungkan ketika ia masuk dalam tim pemain di saat mengikuti Kompetisi Voetball Bond (MVB) tahun 1947 atau Persatuan Sepak Bola Makassar yang rupanya permainannya cukup gemilang bahkan menjadi buar bibir banyak orang saat itu. Bahkan dalam sebuah pertandingan ia memasukkan 9 gol seorang diri. Dan hal tersebut akhirnya dilirik oleh PSM untuk bergabung dengan klub tersebut.

Tentu kisah Ramang semakin memuncak bukan hanya di tingkat regional bahkan sampai ke tingkat internasional. Sebuah kisah yang kiranya ini menjadi sebuah semangat ketika tim sepak bola kita sedang berduka untuk lebih melihat masa depan yang lebih baik untuk mencetak Ramang-Ramang lain di negeri ini. Seandainya Ramang masih hidup mungkin wajahnya akan sedih ketika melihat tragedi Kanjuruhan, Malang 1 Oktober lalu.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.