Kurang Suka Membaca Novel? Coba Baca Buku Ini!
Kembali kepada prolog yang menyeret saya untuk terus menikmati tulisan novel ini. Kata-kata itu memang disampaikan oleh penulis tapi isinya menggambarkan sebuah rahasia mengapa seorang Mangunwijaya bersikap lantang dan berani menghadapi ancaman apapun bila yang dibelanya itu adalah sebuah kebenaran. "Satu keyakinan, dan mungkin sudah menjadi ayat suci bagi sebagian orang; kematian adalah sebuah perayaan, bukan kemalangan."
Pembuka prolog ini seperti menjadi sihir munculnya sebuah keberanian untuk bertindak dan pemicu tekad untuk menghadapi apapun termasuk resiko akan kematian. Hal tersebut yang bisa disimpulkan oleh penulis ketika menceritakan sosok Romo Mangun. "Dia tidak memikirkan banyak hal saat ancaman kematian mengintai dan menderanya bertahun-tahun.
Buku yang berkisah mengenai Romo Mangun itu serasa mengalir dalam tulisan-tulisan dari bagian ke bagian lainnya, sehingga pembaca enggan untuk berhenti mengikuti alur kisah tokoh luar biasa ini. Kisah-kisahnyapun menjadi enak dibaca karena disampaikan dengan enteng. Perjalanan kehidupan seorang Mangunwijaya yang memasuki sebuah dunia yang boleh dibilang serius ketika masa tuanya ternyata memiliki kisah-kisah unik. terkadang menggelikan, lucu dan penuh dengan humor.
Melukiskan perjalanan Bilyarta di masa-masa sulit terasa hidup karena penggambaran penulis mengenai sosok tokoh yang seperti masih hidup saat ini. Seperti bagaimana ia sekolah di SMA Dempo Malang dan diceritakan juga latar belakang bagaimana karya Burung-burung Manyar itu tercipta. Perjuangan hidup dari Bilyarta yang tertulis dalam buku ini sangat mempesona dan dari kisahnya ini bisa dilihat kenapa Romo Mangun begitu berani melakukan apapun yang berdasarkan kebenaran. Dia tidak pernah ciut nyalinya bila berhadapan dengan siapapun untuk membela kebenaran. Kutipan ini menandai bagaimana sikap tegasnya ketika menghadapi kekuatan senjata dengan mengatakan, Tolong dengar ini. Sampaikan kepada komandanmu - Mangunwijaya tidak akan tunduk di bawah kata-kata atau perintah Danramil, Dandim, atau Gubernur sekalipun. Saya hanya tunduk pada semangat kesetiakawanan sosial dan Pancasila," itu yang disampaikan di Kedung Ombo.