Strategi Komunikasi Efektif dengan Anak Usia Sekolah: Kunci Membangun Kedekatan di Masa Praremaja

Daftar Isi

Memasuki usia sekolah, anak-anak mengalami banyak perubahan baik secara fisik, emosional, maupun sosial. Masa ini menandai awal dari fase praremaja di mana mereka mulai mengenal dunia yang lebih luas dari sekadar rumah dan keluarga.

Mereka mulai tertarik dengan lingkungan luar, menjalin pertemanan, dan seringkali lebih mempercayai pendapat teman dibandingkan orang tua. Tak jarang, hal ini membuat para orang tua—terutama yang baru pertama kali memiliki anak usia praremaja—merasa kaget atau bahkan frustasi.

Kapan Anak Mulai Masuk Usia Praremaja?

Tidak ada usia pasti kapan seorang anak dikatakan mulai masuk usia remaja. Setiap anak unik dan tumbuh dengan kecepatannya sendiri. Namun, secara umum, perubahan ini mulai terlihat di usia 9 hingga 12 tahun, saat anak mulai menunjukkan kemandirian dan keinginan untuk diakui sebagai individu.

Mengapa Komunikasi Menjadi Tantangan?

Perubahan yang terjadi sering kali membuat komunikasi antara orang tua dan anak menjadi tidak mudah. Anak mulai bersikap kritis, mempertanyakan banyak hal, dan tidak serta-merta menerima otoritas orang tua seperti sebelumnya.

Dalam situasi ini, penting bagi orang tua untuk memilih strategi komunikasi yang tepat. Berikut dua pola komunikasi yang umum digunakan orang tua dalam menghadapi anak usia sekolah:

1. Pola Komunikasi Percakapan (Dialogis)

Pola ini mengutamakan pendekatan dialog sebagai jembatan komunikasi. Orang tua membuka ruang bagi anak untuk menyampaikan isi hati dan pikirannya. Namun, komunikasi yang efektif membutuhkan kesabaran dan empati.

Sering kali, percakapan berubah menjadi perdebatan karena adanya hambatan komunikasi, seperti:

  • Orang tua tidak sabar mendengar

  • Orang tua terlalu menggurui

  • Anak merasa tidak didengarkan

Maka, prinsip utama dari pendekatan ini adalah menjadikan diri sebagai sahabat bagi anak. Mendengarkan tanpa menghakimi, dan memberi anak ruang untuk mengekspresikan diri adalah kunci utama.

2. Pola Komunikasi Kepenurutan (Otoriter)

Sebaliknya, pola ini menekankan kepatuhan tanpa ruang diskusi. Orang tua menuntut anak untuk tunduk pada perintah tanpa mempertimbangkan suara anak. Pendekatan ini mungkin menciptakan ketertiban sesaat, namun dalam jangka panjang berisiko besar merusak kedekatan emosional.

Dampak negatif dari pola ini antara lain:

  • Anak kehilangan kebahagiaan dan kepercayaan diri

  • Komunikasi menjadi tertutup

  • Anak cenderung memberontak diam-diam

Sekarang, pola apa yang akan kita gunakan supaya komunikasi dengan anak itu berjalan dengan baik? Saya sendiri lebih setuju dengan pola pertama yaitu pola komunikasi percakapan. Di dalamnya memberikan ruang kepada orangtua dan anak untuk bisa berdiskusi, bagaimana baiknya dari sebuah persoalan yang muncul di dalam keluarga. Pola ini memang sebaiknya sudah dibangun sejak anak-anak kita kecil, supaya itu akan terbawa ketika anak-anak sudah masuk ke usia sekolah, atau usia remaja. Supaya tidak ada rentang waktu hubungan itu putus antar keduanya.

Sebuah buku menarik layak untuk dibaca mengenai tumbuh kembang remaja saat ini yang cukup memprihatinkan. Data-data buku tersebut adalah:

Judul        : Deteksi Dini Potensi Kenakalan Remaja: (JUVENILE DELINQUENCY) DAN SOLUSI

Penulis     : Dr. Tri Anjaswarni, S.Kp. M.Kep.
                 Prof. Dr. Nursalam, M.Nurs (Hons)
                 Dr. Sri Widati, S.Sos, M.Si.
                 Dr. Ah. Yusuf, S.Kp. M.Kes

Penerbit   : Zifatama Jawara

Tahun      : Sidoarjo, Agustus 2019

Tebal       : 158 halaman

Menjadi manusia yang utuh, yang dimulai dari masa kanak-kanak hingga remaja, adalah proses menuju kedewasaan yang tidak semua anak dan remaja dapat lalui dengan baik. Banyak di antara mereka yang gagal menyelesaikan tugas perkembangan, sehingga tidak mencapai kompetensi yang diharapkan dan bahkan mungkin terlibat dalam penyimpangan perilaku. Kenakalan remaja yang melibatkan hukum atau tindakan kriminal, yang dikenal sebagai juvenile delinquency, adalah salah satu masalah perilaku serius yang memerlukan perhatian.

Fenomena yang dialami oleh remaja masa kini menunjukkan kesenjangan antara harapan dan realitas dalam proses pertumbuhan dan perkembangan mereka. Idealnya, remaja yang berkembang dengan baik akan menampilkan perilaku yang adaptif, asertif, komunikatif, produktif, dan mampu menjalankan peran sosialnya dengan efektif. Namun pada kenyataannya, banyak remaja yang mengalami masalah, terlibat dalam pelanggaran hukum, dan menjadi bagian dari kenakalan remaja. Terdapat berbagai penelitian yang berusaha mengidentifikasi faktor risiko yang menyebabkan terjadinya kenakalan remaja.

Perhatian khusus terhadap kenakalan remaja sangat penting karena memiliki dampak yang luas terhadap individu remaja, keluarga, masyarakat, serta bangsa dan negara. Kegagalan dalam menangani remaja yang berperilaku juvenile delinquency dapat berujung pada kerusakan bangsa, mengingat remaja merupakan aset nasional. Oleh karena itu, penanganan kenakalan remaja harus dilakukan secara komprehensif, dengan mempertimbangkan berbagai faktor risiko dan berorientasi pada pencegahan. 

Hal ini melibatkan kerjasama multidisiplin dari berbagai praktisi, termasuk perawat jiwa komunitas, pendidik, psikolog, tokoh agama, keluarga, tokoh masyarakat, pemerintah, dan bahkan partisipasi aktif dari masyarakat. Tentu yang kita harapkan adalah pendekatan yang baik, komunikatif, supaya kita tidak hanya melihat dari sisi negatifnya saja, tapi bagaimana peluang anak-anak kita itu bagi masa depannya. 

Kesimpulan: Bangun Kedekatan dengan Komunikasi yang Empatik

Menghadapi anak usia sekolah yang sedang berkembang menuju remaja memang penuh tantangan. Namun, dengan strategi komunikasi yang tepat, orang tua dapat membangun hubungan yang sehat dan saling percaya.

Ingatlah, sabar, empati, dan keterbukaan adalah tiga kunci utama dalam menjalin komunikasi yang bermakna dengan anak. Hindari pola komunikasi yang hanya menuntut kepatuhan tanpa ruang untuk berdialog.

Anak-anak bukan hanya perlu diatur, tapi juga perlu dipahami dan diterima dalam proses pertumbuhannya.

Posting Komentar