Saya Benci Kritik!: Membongkar Psikologi Manusia Modern dalam Menanggapi Kritik
Mantan Presiden RI Joko Widodo pernah menegaskan pentingnya ruang kritik dalam demokrasi Indonesia mengingatkan kita bahwa kritik bukan hanya bagian dari kebebasan, tapi juga cermin kedewasaan bangsa. Namun, bagaimana jika seseorang justru membenci kritik? Buku Saya Benci Kritik! menawarkan perspektif tajam dan menyentuh sisi terdalam psikologi manusia saat berhadapan dengan kritik. Dalam ulasan ini, kita akan menggali lebih jauh isi buku ini dan melihat relevansinya di era digital dan politik terbuka seperti sekarang.
Tapi benarkah pemerintah benar-benar memberi ruang seluas-luasnya bagi mereka yang kritis terhadap apa saja yang telah dicapai oleh pemerintah RI termasuk pemerintahan sekarang Prabowo? Walaupun di sisi lain ada saja pihak-pihak yang menganggap apa yang dikatakan oleh Jokowi itu untuk pemanis bibir saja, tapi memang sebaiknya kritik jangan dianggap sebagai pembenci. Supaya kita tidak terlalu jauh masuk ke dalam ranah kontradiksi dan perbincangan dunia politik kita mengenai kritik terhadap pemerintah, saat ini sebuah buku menarik mungkin memiliki korelasi yang baik dengan masalah kritik ini.
Judul : Saya Benci Kritik!
Penulis : Listiani Aslim, MBA., CBA., CMHA
Penerbit : Penerbit ANDI, Yogyakarta
Tahun : 2013
Halaman : 150 halaman
Benarkah kita memang selalu siap untuk dikritik? Mungkin sebaiknya baca dulu buku ini supaya kita tidak mudah menjawab ia atau tidak. Soalnya dalam kehidupan nyata sehari-hari sebenarnya bisa saja ketika kritik datang, reaksi kita langsung keluar berbagai pikiran yang bisa negatif kepada sang pengeritik.
Memang dengan mudah kita mempersilahkan, silahkan sampaikan kritik, kami senang menerimanya. Menulis himbauan tersebut memang semudah kita mengetik, tapi ketika kritik datang, siapkah kita mendaur ulang apa yang sudah kita kerjakan. Kata penulis buku ini, "kritik itu adalah hal yang positif, selama kritik tersebut tidak ditujukan kepada saya. Karena ketika ada kritik yang ditujukan kepada saya, mendadak kritik tersebut berubah menjadi suatu hal yang buruk, menakutkan dan patut dibasmi keberadaannya."
Terkadang kritik itu bisa merontokkan pembawaan tenang diri seseorang. Biasanya tampil percaya diri, tegap menghadapi keadaan, hebat menyampaikan presentasi, lancar menyampaikan ide, dan bisa menyembunyikan perasaan gugup, takut, gemetar dan seterusnya, tapi begitu kritik datang, semuanya bisa berubah. kebencian muncul, kecurigaan datang tiba-tiba, kekecewaan menyelinap dalam hati, kesedihan menyusup pelan-pelan dan kegelisahan datang tanpa diundang. Bila hal itu terjadi, akui saja bahwa kita tidak suka dikritik, kita benci kritik.
Tapi, tentu tidak fair bila kita hanya melihat dari sisi orang yang dikritik. Sebab pada akhirnya kita juga harus melihat, apakah sebuah kritik bertujuan untuk membangun, atau kritik itu memang punya hidden agenda di mana tujuannya untuk meruntuhkan. Memang di berbagai lini kehidupan, kritik sangat dibutuhkan. Tanpa kritik maka sebuah keadaan akan tetap dan statis. Tapi dengan kritik, maka hal tersebut akan membawa kepada perubahan demi perubahan.
Coba perhatikan bahwa kritik itu bisa saja memiliki muatan untuk menyatakan kesalahan. Namanya manusia tentu tidak ada yang sempurna, maka kritik akan mengingatkan kita supaya apa yang salah itu diperbaiki. Kritik juga bisa menyatakan perbandingan antara "sebuah hal" dengan "hal lain" yang sama tapi dianggap lebih baik. Maka kritik bisa muncul supaya 'sebuah hal' itu menjadi lebih baik lagi dan tidak merasa puas dengan keadaannya sekarang. Kritik juga berhubungan dengan evaluasi.
Sebuah gagasan yang sudah dijalankan tanpa evaluasi maka dianggap sebagai hal yang tetap dan tanpa ada perkembangan. Tapi bisa juga kritik itu menjadi tidak obyektif ketika berhubungan dengan penyerangan pribadi. Dalam hal ini obyek kritik bukan pada apa yang dikerjakan, tapi siapa yang mengerjakan. Dan kritik yang paling baik adalah kritik yang akan menambah wawasan serta pilihan bagi orang lain.
Memang berbicara mengenai kritik banyak hal yang menyertainya. Seperti cara penyampaian kritik, waktunya dalam mengkritik, gagasan baru ketika melontarkan kritik, bukan hanya mencari celah dari obyek yang dikritik, dan bahasa yang digunakan juga menjadi bagian-bagian penting ketika menyampaikan kritik. Akhirnya buku ini akan menolong kita untuk menjadi pengeritik yang baik, tapi bukan hanya itu saja, bagaimana menjadi orang yang siap untuk dikritik.
Posting Komentar