Belajar Blusukan Ala Mark Twain: Petualangan Satir yang Tetap Relevan

Daftar Isi

 

Kata blusukan menjadi populer dalam perbincangan politik Indonesia. Ia merujuk pada aktivitas turun langsung ke masyarakat, menelusuri lorong-lorong kehidupan rakyat demi memahami realitas yang tidak tampak dari balik meja kekuasaan. Menurut Badan Bahasa Kemdikbud, blusukan berasal dari bahasa Jawa, yaitu “blusuk” yang mendapat akhiran an, artinya masuk-masuk ke tempat tertentu untuk mengetahui sesuatu.

Menariknya, kata yang identik dengan pendekatan populis ini digunakan sebagai judul terjemahan dari sebuah buku klasik karya Mark Twain yang aslinya berjudul Roughing It. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama menerjemahkannya menjadi Blusukan, dan pilihan ini bukan tanpa alasan.

Roughing It adalah karya semi-otobiografi Mark Twain yang pertama kali diterbitkan pada tahun 1872. Buku ini mendokumentasikan perjalanan Twain ke wilayah barat Amerika Serikat pada masa Demam Emas dan ekspansi perbatasan. Twain tidak hanya menjadi penjelajah, tetapi juga pengamat sosial yang tajam dan jenaka.

Dalam buku ini, Twain membagikan kisahnya yang penuh warna, dari pengalaman di padang pasir Nevada, tambang perak, hingga kehidupan di Salt Lake City dan pertemuannya dengan Mormon. Semua ditulis dengan gaya khas Twain: lucu, cerdas, dan seringkali menyindir perilaku manusia dan ketimpangan sosial yang ia jumpai.

Terjemahan judul Roughing It menjadi Blusukan menunjukkan upaya adaptasi konteks budaya yang cerdas. Walaupun makna literalnya berbeda, semangat dari roughing it, yakni menantang kenyamanan dan menjelajahi sisi kehidupan yang kasar dan tidak dikenal sangat sejalan dengan makna blusukan. Dalam hal ini, pembaca Indonesia mendapatkan jembatan pemahaman yang kuat untuk menangkap esensi petualangan yang ditawarkan Twain.

Lebih dari sekadar catatan perjalanan, Blusukan adalah refleksi tajam tentang kondisi masyarakat dan absurditas perilaku manusia yang masih relevan hingga sekarang. Twain mengajak pembaca untuk membuka mata terhadap realitas sosial melalui pengalaman personal dan sudut pandang yang unik. Dalam era modern yang penuh dengan disrupsi dan kebisingan media, buku ini mengajarkan kita pentingnya menyelami kenyataan dengan mata kepala sendiri—sebuah bentuk blusukan intelektual.


Judul             : Roughing It (Blusukan)

Penulis          : Mark Twain

Penerbit        : PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Tahun Terbit : 2017

Jalaman        : 682 halaman

Membaca buku ini kita serasa dibawa kepada sebuah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain dengan tempat yang situasinya satu dengan yang lain berbeda. Sehingga kita tidak akan merasa bosan menyelesaikan membaca buku ini dari bab ke bab. 

Pengamatan yang detail mengenai keadaan sebuah daerah dari hal-hal yang sifatnya besar dan menyeluruh sampai kepada hal-hal yang bersifat kegiatan kecil. Dengan ditambah bumbu-bumbu yang menjadikan sebuah lokasi menjadi hidup karenanya.

Penjelasan detail itu sendiri meliputi banyak hal, baik daerah dengan lokasi-lokasi yang khusus sampai kepada orang-orang yang berkegiatan di dalamnya semuanya terekam sangat enak untuk diikuti. Belum lagi di dalamnya terkadang ada drama-drama kecil di mana penggambaran kejadian nyata benar-benar memberi gambaran komplit sebuah peristiwa. Drama yang dimaksud bukanlah hal-hal yang dikarang, tapi drama-drama kehidupan yang dituturkan Mark Twain terkadang lucu dan menjadikan buku ini menarik minat untuk diselesaikan dibaca.

Sebenarnya Mark Twain sendiri menulis buku ini berdasarkan pengalamannya dalam perjalanan yang bukan dilakoni khusus, tapi perjalanan tersebut adalah karena ia mengikuti kakaknya yang menjadi Tuan Sekretaris Nevada yang ditugaskan ke berbagai daerah. Awalnya ia hanya ingin melakoninya selama tiga bulan saja, tapi rupanya hal tersebut terus berlangsung sampai tujuh tahun. 

Tempat yang satu pastilah berbeda dengan tempat yang lain dengan berbedaan kultur, kebiasaan dan kehidupan sebuah daerah yang tentu menjadikan buku ini seperti memberikan informasi yang detail mengenai keadaan tempat-tempat tersebut di masanya. Contohnya bagaimana ia mengamati kehidupan orang-orang Indian, atau bagaimana ia menyaksikan kehidupan orang-orang Mormon pada jaman awal aliran tersebut. Semuanya menjadi informasi yang menarik.

Namun buku ini sebenarnya memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi siapapun yang sedang demam melakukan blusukan dengan tujuan-tujuan untuk mengetahui kebutuhan masyarakat. Mengapa? Karena dengan belajar dari cara Mark Twain menganalisa sebuah daerah akan memberikan informasi yang lengkap untuk kemudian ditindaklanjuti dengan tindakan selanjutnya. 

Jadi, Mark Twain telah mengajarkan bagaimana mengetahui persoalan sebuah masyarakat sebenarnya dan bukan hanya mendengar dari satu pihak, tapi berdasarkan pengamatan langsung. Dan dari pengamatan itulah yang seharusnya dilakukan dalam blusukan.

Misalnya saja ketika Mark Twain sedang mengamati orang-orang Mormon yang bermarkas di Great Salt Lake City, ia bukan hanya mengumpulkan informasi yang sudah diterimanya sejak lama mengenai orang-orang Mormon tersebut, tapi ia juga mengamati sampai ke persoalan-persoalan yang terjadi dalam kehidupan orang-orang Mormon tersebut dalam keseharian. 

Sehingga informasi tersebut memberi gambaran jelas dari kehidupan, kebiasaan, tradisi, pantangan-pantangan dari kelompok tersebut. Dan informasi besar akan menjadi lengkap karena detail yang mengikutinya.

Buku Blusukan karya Mark Twain adalah karya sastra klasik yang wajib dibaca oleh siapa pun yang ingin memahami bagaimana humor bisa menjadi alat kritik sosial. Terjemahan yang kontekstual membuat buku ini mudah diakses oleh pembaca Indonesia, tanpa kehilangan ruh petualangan dan satir dari karya aslinya.


Posting Komentar