Yap Thiam Hien: Sang Pendekar Keadilan – Jejak Perjuangan Hukum dan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Siapa tokoh yang dengan gigih membela hak-hak kaum tertindas tanpa pamrih di tengah gelombang kekuasaan yang kerap menindas? Buku Yap Thiam Hien: Sang Pendekar Keadilan, hasil kerja sama redaksi KPG dan Tempo Publishing, menyuguhkan potret tajam tentang sosok legendaris dalam dunia hukum dan hak asasi manusia di Indonesia.
Disusun oleh tim penyunting berpengalaman seperti Arif Zulkifli, Lestantya R. Baskoro, dan Dody Hidayat, buku ini bukan sekadar biografi, melainkan refleksi mendalam tentang keteguhan moral, keberanian melawan ketidakadilan, dan komitmen terhadap prinsip hukum yang adil bagi semua.
Melalui gaya bertutur khas jurnalisme investigatif TEMPO, pembaca diajak menyusuri perjuangan Yap Thiam Hien, seorang advokat berdarah Tionghoa yang tak pernah gentar membela rakyat kecil—meski harus berhadapan langsung dengan kekuasaan. Buku ini wajib dibaca siapa saja yang peduli pada sejarah perjuangan hukum, keberagaman, dan nilai-nilai kemanusiaan di negeri ini.
Nah, dalam kesempatan ini Redaksi menyajikan sebuah buku menarik yang tidak jauh dengan dunia peradilan berjudul: Yap Thiam Hien: Sang Pendekar Keadilan. Tim penyunting buku ini adalah Arif Zulkifli, Lestantya R. Baskoro, Dody Hidayat, Redaksi KPG. Diterbitkan bersama Tim KPG dan TEMPO Publishing. Tahun cetak pertama Agustus 2013.
Bagi mereka yang berkiprah di bidang Hak Azasi Manusia nama Yap Thiem Hien sudah tidak asing lagi. Nama ini bahkan melekat pada pemberian penghargaan award kepada mereka yang berjuang membela hak azasi manusia yang disebut dengan Yap Thiam Hien Award. Nah buku ini berkisah mengenai bagaimana perjuangan seorang Yap Thiam Hien membela hak-hak mereka yang terampas.
Kehidupannya yang disebut sebagai seorang minoritas 3 lapis yang hidup di Indonesia yaitu keturunan Cina, Kristen dan jujur. Dalam memegang prinsip ia melabrak siapapun yang berusaha melawan diskriminasi dalam soal apapun. Masih ingat ketika Presiden Soeharto memerintahkan dengan paksa warga Tionghoa mengganti nama, dengan keras ia menolaknya.
Sebagai seorang yang memiliki pendidikan tinggi bergengsi di jamannya, yaitu Master in de Rechten yang diperolehnya dari Universitas Leiden, Belanda Yap Thiam Hien dengan mudah bisa hidup kaya dan mapan serta sejahtera sebagai pengacara. Namun tampaknya ia lebih memilih jalan perjuangan untuk membela mereka dengan cara berbeda. Di jamannya tarif pengacara terkenal bisa mematok uang hingga 40 juta dari klien, tapi kantor pengacaranya menerapkan tarif rendah yaitu 5-10 juta. Bahkan bisa menggratiskan, tanpa biaya. Yap lebih memilih memburu kebenaran dan bukan sekedar menang di pengadilan.
Bagi Yap membela mereka yang diperlakukan dengan tidak adil harus dipisahkan dengan persoalan prinsip yang dipegangnya. Sebagai orang yang berseberangan dengan Soebandrio secara politik yang berhubungan dengan PKI, tapi ketika hak-hak para anggota PKI dirampas, diperlakukan tidak adil, ia tak perduli dengan kata orang. Ia turun membelanya. Makanya ia menantang pengiriman para tokoh PKI ke Pulau Buru dan menyerukan supaya semua tahanan PKI dibebaskan.
Menggambarkan tokoh Yap Thiam Hien adalah keras, tegas, jujur. Ia akan membela siapapun seperti yang digambarkan dalam buku yang merupakan seri tokoh dari Majalah Mingguan TEMPO ini.
Posting Komentar