Aliran Stoicism yang Menawarkan Ketenangan dan Kebahagiaan serta Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari
Stoic atau stoik mendapat perhatian besar dari banyak kalangan karena menawarkan berbagai prinsip hidup menjadi lebih baik, menenangkan dan bisa menghadapi hidup yang berat menjadi mudah dan bahagia dengan mindset ajaran ini.
Stoikisme adalah sebuah aliran filsafat Yunani-Romawi kuno yang menekankan kebajikan, akal sehat, dan pengendalian diri sebagai jalan menuju kehidupan yang bahagia dan bermakna. Filsafat ini dimulai sekitar abad ke-3 SM oleh Zeno dari Citium, dan kemudian dikembangkan oleh tokoh-tokoh seperti Seneca, Epictetus, dan Marcus Aurelius.
Kebahagiaan yang akan didapatkan ketika menjalankan stoik ini gampangnya dengan mengambil fokus kepada hal-hal yang bisa dikendalikan oleh kita, dan menghindari hal-hal yang tidak bisa dicapai atau dikendalikan. Bagaimana dengan situasi yang tidak bisa dikendalikan, maka jangan perdulikan.
Banyak literatur Stoik bisa didapatkan dan bahkan dengan mudah mendapatkan informasinya melalui online dan media sosial karena ajaran stoik ini banyak ditebarkan oleh mereka yang sangat peduli dengan prinsip-prinsip stoik. Sementara yang dijadikan rujukan aliran ini adalah beberapa tokoh filsafat yaitu Epictetus, Saneca dan Markus Aurelius yang menghasilkan karya-karya yang luar biasa.
Prinsip-Prinsip Utama Stoikisme
-
Dikotomi Kendali: Hanya ada dua kategori dalam hidup: hal-hal yang bisa kita kendalikan (pikiran, sikap, tindakan) dan yang tidak bisa kita kendalikan (cuaca, pendapat orang, hasil akhir). Fokuslah hanya pada apa yang bisa kita kendalikan.
-
Hidup sesuai dengan alam (nature): Ini berarti hidup secara rasional dan sejalan dengan nilai-nilai kebajikan seperti keadilan, keberanian, pengendalian diri, dan kebijaksanaan.
-
Pemanfaatan logika dan refleksi diri: Stoik mengajarkan bahwa emosi yang mengganggu (seperti kemarahan, kecemasan) muncul karena kesalahan berpikir, bukan karena realitas itu sendiri.
-
Latihan mental (pra-meditatio malorum): Merenungkan kemungkinan terburuk (premeditation of evils) untuk memperkuat ketahanan diri terhadap kehilangan dan penderitaan.
Tapi, aliran stoik ini sendiri bukan lahir dari ketiga tokoh penting yang disebutkan di atas, karena jauh sebelumnya yaitu sekitar 301 SM yang dirintis oleh Zeno dari Zitium, seorang pedagang yang cukup berhasil namun mengalami masalah ketika dalam sebuah pelayaran. Beliaulah yang dianggap berjasa mengembangkan aliran tersebut.
Jangan alergi dulu dengan filsafat yang menjadi cikal bakal pengembangan stoisisme ini. Untuk aliran ini jauh dari kata jelimet dan rumit untuk dimengerti. Karena dijamin aliran filsafat yang satu ini menawarkan kemudahan untuk mencerna isi dan ajarannya karena memang di dalamnya berkisar tentang kehidupan praktis keseharian.
Cara Menerapkan Stoikisme dalam Kehidupan Sehari-Hari
-
Jurnal harian: Menulis refleksi harian tentang tindakan, pemikiran, dan perasaan. Apa yang bisa diperbaiki? Apa yang sesuai dengan nilai Stoik?
-
Latihan pagi dan malam: Pagi hari merenungkan bagaimana ingin bersikap hari ini; malam hari mengevaluasi apa yang dilakukan.
-
Menerima kenyataan dengan tenang: Jika ada hal buruk terjadi (macet, kehilangan barang, kritik), ingat bahwa ini di luar kendali kita. Respon terbaik adalah tenang dan bijaksana.
-
Latihan simpati dan empati: Menyadari bahwa semua orang sedang berjuang dengan hal-hal dalam hidupnya, dan bersikap sabar serta penuh pengertian.
-
Pengendalian diri dan disiplin: Mengurangi keinginan berlebihan, menunda kepuasan, dan berpegang pada nilai meski dalam tekanan.
Makanya ajaran stoik ini bisa dianggap sebagai sebuah prinsip yang bisa memberi kebahagiaan kepada setiap orang yang sedang berada dalam tekanan hidup dan bahkan depresi di jaman kini. Makanya penulis buku tentang stoik berjudul Filosofi Teras yaitu Henry Manampiring menyebut, ajaran stoik ini bisa menjadi obat mujarab bagi mereka yang sedang bermasalah dengan tekanan hidup.
Penerapan Nyata
-
Di tempat kerja: Seorang Stoik tidak akan panik saat proyek gagal, tapi melihatnya sebagai kesempatan belajar.
-
Dalam hubungan: Stoik akan berusaha memahami, bukan bereaksi berlebihan saat menghadapi konflik.
-
Saat menghadapi kehilangan: Stoik mengingatkan bahwa semua yang kita cintai bersifat fana; ini mendorong kita untuk lebih menghargainya selagi ada.
Di Indonesia sendiri aliran ini sangat booming sejak 2019 lalu hingga kini yang diikuti dengan banyaknya terbitan buku mengenai stoisisme ini yang diterbitkan oleh beberapa penerbit di Indonesia. Beberapa buku tersebut ada yang dikarang oleh penulis dalam negeri tapi juga beberapa buku terjemahan juga menjadi perhatian kita semua. Dan beberapa buku yang coba diulas oleh Redaksi idebuku.com dalam beberapa kesempatan mendatang, semoga bisa menjadi rujukan bagi pembaca yang ingin mendalami dan mempraktekkan ajaran stoik ini untuk berbagai keperluan.
Buku-buku tersebut adalah:
- Filosofi Teras
- Seneca: Ajaran Stoic Tentang Kemat1an
- Setiap Hari Stoik
- Epictetus: Enchiridion & Kumpulan Fragmen
- A Guide Book to be Stoic
- Hidup Bahagia Ala Stoik
- Meditasi
Posting Komentar