Agnostik Bukan Tidak Percaya Tuhan Tapi......

Daftar Isi


Pembicaraan tentang Tuhan bagi sebagian orang sudah selesai, tapi tidak bagi agnostik, walaupun ia sendiri bukan tidak mempercayai keberadaanNya, tapi ia ingin berada dalam sebuah wilayah "tidak tahu" tentang TUHAN.

Kalau kita mau gambarkan bahwa antara mereka yang sangat meyakini bahwa Tuhan benar-benar ada, Ia pencipta langit dan bumi serta isinya dengan berbagai argumen dan alasan serta mereka menyertakan berbagai bukti lengkap yang ingin menunjukkan bahwa Tuhan memang ada,Nnamun di sisi lain ada di antara masyarakat dunia ini justru sebaliknya, memiliki keyakinan yang tegas, bahwa tidak ada bukti jelas tentang keberadaan Tuhan. 

Kalaupun pihak yang percaya adanya Tuhan dengan memberikan bukti-buktinya tapi sering kali lemah dalam argumennya. Nah, agnostik tidak mau ribut-ribut dengan keduanya, ia hanya ingin mengatakan, kita tidak tahu persis, apakah Tuhan itu ada atau sebaliknya tidak ada. Apakah itu semacam kompromi antara yang percaya bahwa Tuhan ada, dengan mereka yang mengatakan sebaliknya, Tuhan tidak ada.

Jika kondisinya seperti itu sebenarnya selesai sudah persoalannya dengan agnostik, di mana mereka tidak punya komitmen dengan dua kutub yaitu kitab yakin adanya Tuhan dengan tidak yakin adanya Tuhan. Di dalamnya tentu tidak ada prinsip, berada di wilayah netral, berada di tengah-tengah, dan tidak mau terlibat dengan keriuhan debat antara teisme dan ateisme. Tapi sebuah sikap "tidak tahu" bukan berarti dia sendiri tidak memiliki pegangan sama sekali, dan pengakuan orang-orang yang menyebit dirinya agnostik itu sendiri sebenarnya sebuah prinsip. Dan mereka mengatakan bahwa pengakuan itu lebih kepada prinsip intelektual, dan bukan tidak mau terlibat dalam perjuangan yang mereka lakukan dengan agnostik tersebut. Tapi, sekali tidak semudah itu kita menjawab bahwa agnostik sudah selesai.

Bagi mereka yang meyakini adanya Tuhan tentu saja dianggap aneh, mengapa para penganut agnostik mengambil wilayah tegas saja, tidak abu-abu, percaya Tuhan atau tidak percaya Tuhan, mudah kan? Begitu kira-kira penilaian sebagian orang. Tapi penilaian positif justru datang dari Richard Dawkins, pentolan ateis yang menganggap bahwa agnostik lebih masuk akal, karena menurutnya jika sebuah keyakinan itu kekurangan bukti untuk meyakininya, maka bisa diterima cara berpikir seperti itu.

Nah, supaya lebih jelas, maka ada baiknya pembaca menelaah mengenai agnostik ini yang ditulis oleh Robin Le Poidevin.

Judul       : Agnotisme: Sebuah Pengantar Singkat

Penulis   : Robin Le Poidevin

Penerbit  : IRCiSoD

Tahun     : Yogyakarta, Cetakan I Januari 2021

Tebal      : 204 halaman 

Kalau demikian, apakah sesederhana keadaan "tidak tahu" lalu semuanya selesai? Tidak juga! Memangnya agnostik berada di tengah antara teis dan ateis? Tidak juga, agnostik berlawanan dengan mereka yang meyakini adanya Tuhan, tapi juga berlawanan dengan yang tidak percaya adanya Tuhan. Jadi mereka berada dalam posisi yang berlawanan dari keduanya. 

Menariknya Robin penulis buku ini membuat perbedaan atas keberadaan agnostik itu sendiri yaitu mereka yang menganut agnostik lemah dan agnostik kuat. Agnostik lemah yaitu mereka yang menganut bahwa kita tidak tahu tentang ada atau tidak keberadaan Tuhan saja dan menghindari berkomentar tentang kepercayaan lainnya. Tapi ada agnostik kuat yaitu mereka yang percaya di mana keyakinannya itu "lebih kuat" di antara dua keyakinan dan tidak yakin tentang Tuhan tadi.

Sebenarnya siapakah yang menggagas kehadiran agnostik dan menyebut dirinya sebagai agnostik pertama kali? Maka hampir semua orang setuju menunjuk telunjuk kepada Thomas Henry Huxley (1825-1895). Juga ada Leslie  Stephen (1832-1904), dan filsuf Herbert Spancer (1820-1903). Walaupun sebenarnya pemikiran agnostik tersebut jauh sebelum tokoh-tokoh yang disebut tadi beberapa filsuf mencetuskan.

Akhirnya buku yang merupakan pengantar ini patut untuk dibaca guna mengetahui hal dasar mengenai agnostik ini.

Posting Komentar