Benarkah Kematian Manusia Akhir dari Keberadaan Individu?

Daftar Isi

Paska kematian makhluk bernama manusia masih menjadi misteri, apakah seperti makhluk lain seperti binatang yang jarang kita pikirkan, akan menjadi apa? Atau memang kematian kita akhir dari keberadaan individu sebagai manusia.

Karena misteri itulah kemudian manusia berusaha untuk mencari tahu dengan berbagai cara. Melalui pintu agama, atau melalui informasi leluhur yang beredar dalam masyarakat di mana kita tinggal dan kemudian kita meyakininya sesuai dengan informasi yang kita terima.

Andai saja ada sekumpulan orang yang pernah mati dan kemudian hidup kembali, lalu menyampaikan informasi yang jelas mengenai pengalaman kematiannya tersebut, dan kemudian informasi yang dibawanya itu diteliti dan akhirnya menghasilkan informasi yang pasti dan jelas mengenai, ke mana manusia setelah mati tersebut, tentulah setelah kematian manusia bukan menjadi misteri lagi. Namun, yang ada hanyalah berbagai kesaksian yang masih juga menjadi misteri.

Agama-agama memang telah menyusun dengan apik gambaran yang diberikan kepada pengikutnya proses-proses setelah manusia mati akan menuju ke mana. Misalnya saja Islam memberikan gambaran bahwa kematian adalah berpindahnya ruh dari dunia ke alam yang disebut alam barzakh. Tapi sebelumnya manusia akan masuk ke alam kubur di mana di sana ada kehidupan antara nikmat kubur dan siksa kubur sesuai dengan amal ibadahnya. Nantinya manusia akan dikumpulkan ke padang mahsyar untuk diadili sebelum ditentukan, akan ke surga atau neraka.

Berbeda dengan pandangan Kristen, bahwa kematian merupakan berpisahnya tubuh dan jiwa, setelah itu ia akan hidup bersama Tuhan di singgasanaNya bagi yang beriman, dan sebaliknya yang tidak beriman ia akan menderita.

Berbeda dengan pandangan Agama Hindu yang memiliki kepercayaan bahwa kematian manusia merupakan siklus reinkarnasi, di mana roh akan dilahirkan kembali dalam bentuk kehidupan lain sesuai dengan karma yaitu kehidupan sesuai perbuatan sebelumnya.

Nah, menariknya dalam kepercayaan tradisional di luar agama-agama yang memiliki bangunan keyakinan yang berdasarkan kitab yang dipegangnya, maka mereka juga memiliki bangunan kepercayaan sendiri yang juga menarik untuk ditelusuri mengenai keadaan setelah manusia mati. Banyak dari budaya tradisional tersebut meyakini bahwa roh manusia yang mati itu sebenarnya masih berhubungan dengan dunia kita manusia ini. Makanya berbagai ritual perlu dilakukan demi untuk arwah orang yang meninggal tadi, supaya si arwah merasa tenang dan damai serta tidak bergentayangan di mana-mana.

Sebuah buku menarik yang Redaksi idebuku.com tawarkan berisi mengenai tulisan tentang berbagai pandangan beberapa suku khususnya yang berada di Indonesia mengenai kematian manusia berdasarkan keyakinan yang terbangun dalam masyarakat tersebut.

Judul           : Merajut Benang ke Alam Abadi: Studi Ritus Kematian pada Suku-suku

Penulis        : Pdt. Dr. Jopie Rattu

Penerbit      : Kalam Hidup, Bandung

Tahun         : Cetakan Pertama, Februari 2021

Halaman    : 60 halaman

Kalau kita merunut tentang kehidupan sebelum manusia menuju ke alam kematian, maka ada tahapan-tahapan tentang manusia itu sendiri dan bagi kepercayaan beberapa suku di mana menjadi kepercayaan tradisional, kehidupan itu bukanlah tegak lurus yang ada awal menuju titik akhir. maksudnya, lahir, ke dunia, masuk dalam kehidupan dan mati. Tapi kehidupan itu sendiri diyakini sebagai sebuah perputaran yang dikenal dengan reinkarnasi. Makanya setiap proses dan tahapan itu begitu penting dan ditandai dengan berbagai kegiatan upacara dalam setiap tahapannya.

Setidaknya ada empat ritus utama yaitu, sejak masih janin saat dalam kandungan, saat lahir, lalu ketika memasuki dewasa menikah, lalu mati. Dari setiap perpindahan fase tersebut melambangkan bahwa hidup yang lama sudah berlalu dan memasuki hidup yang baru yang direstui dengan simbol upacara, karena di sana ada kebahagiaan ketika melakukan ritus.

Karena kematian sebuah misteri dan setiap kelompok masyarakat dan bahwa kepercayaan berusaha untuk menjelaskan, ada apa di balik kematian manusia tersebut, sehingga setiap kelompok berusaha untuk membangun sebuah keyakinan ditawarkan kepada setiap orang khususnya kepada pengikutnya. Kematian sebuah kepastian, dan kematian diyakini bukan akhir dari perjalanan manusia yang mati tadi. Mereka meyakini bahwa hidup dan mati tidak dapat dipisahkan.

Penulis mengambil contoh seperti yang diyakini oleh Suku Tengger, yang ada di bawah Gunung Bromo. Ketika seseorang mati, ia diibaratkan sebagai sebuah penjara atau alam penyaringan. Dan gambaran yang diberikan bahwa kematian itu seperti memasuki gurun tandus atau lautan api yang harus dilalui oleh si mati. 

Dalam konteks Suku Tengger maka mereka akan mengadakan slametan yang disebut entas-entas yaitu sebuah upacara yang bertujuan untuk mengeluarkan si mati dari neraka. Maka kemudian mereka melakukannya dalam tahapan-tahapan slametan tersebut diadakan pada seribu harinya yang disebut nyewu

Posting Komentar