4 Alasan Orang Enggan Memulai Wirausaha
Mengapa banyak orang lebih memilih menjadi pegawai ketimbang berwirausaha? Karena menjadi pegawai tidak melewati berbagai ketakutan yang bisa muncul ketika akan melakukan wirausaha.
Berbagai gelombang PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) yang marak terjadi sejak awal tahun ini di beberapa perusahaan seperti dilaporkan oleh Kompas mengakibatkan gelombang pengangguran yang jumlahnya terus bertambah. Lebih dari 10.000 pekerja yang selama ini menggantungkan nasibnya kepada perusahaan-perusahaan tersebut tentu nasibnya tidak menentu. Tidak mudah bagi pekerja yang selama ini dengan tenang bekerja dan secara rutin mendapat gaji bulanan dari jerih lelah mereka, kini harus terhenti.
Mencari pekerjaan di tempat baru bersaing dengan ribuan calon pekerja lainnya yang baru memulai bekerja dan mereka yang kehilangan pekerjaan di tempat sebelumnya menjadi usaha yang tidak mudah mewujudkan harapan tersebut. Atau mereka memulai mereset ulang cara hidup, cara berpikir dan kebiasaan dengan memikirkan untuk memulai wirausaha.
Tapi mengambil jalan memulai wirausaha inipun bukan perkara gampang. Kalau sebelumnya mereka hanya melakukan pekerjaan yang sudah disediakan setiap hari secara rutin tapi ketika harus memulai wirausaha setidaknya dirinyalah yang harus memikirkan semuanya. Setidaknya ada 4 alasan orang enggan untuk memulai wirausaha.
Pertama, munculnya hantu kegagalan ketika usaha itu baru dipikirkan. Hal ini bisa saja terjadi karena bila selama ini mereka secara tetap menerima gaji, maka mengubah pola pikir tersebut bukan perkara gampang. Apalagi kalau ditambah dengan memikirkan penilaian dari orang lain, yang akhirnya muncul, bagaimana penilaian orang bila nantinya usaha yang akan ditekuni itu tidak berhasil. Tapi, sebenarnya jalan keluar dari ketakutan itu adalah mengubah cari berpikir tentang kegagalan, yaitu kegagalan adalah biasa, justru kegagalan adalah bagian dari proses belajar untuk mencapai keberhasilan yang sesungguhnya.
Kedua, tidak ada modal untuk memulai wirausaha. Ketika melihat kanan dan kiri depan dan belakang dirinya, dan ternyata tidak ada modal yang bisa diandalkan untuk memulai usaha yang kemudian orang tidak berani untuk memulai. Namun kendala ini sebenarnya bisa diusahakan dengan melihat apa yang ada di sekitar kita. Keahlian kita, dan apa yang kita miliki. Misalnya, kalau kita hanya memiliki sepeda motor, mengapa kita tidak memulai dengan menjadi reseller barang-barang tertentu, dengan menjual barang-barang orang lain. Atau menjadi mitra membuka toko kecil dengan mengambil barang lalu diedarkan.
Ketiga, kehilangan ide sehingga tidak mampu untuk mencari peluang. Kalau biasanya bila menjadi pegawai, hampir semua ide kerjanya adalah apa yang sudah ditentukan oleh perusahaan, kini ide itu harus dicetuskan sendiri.
Keempat, malu atau takut dinilai orang lain, bagaimana jika dicemooh oleh tetangga, sanak saudara, bahkan keluarga. Mengatasi hal ini tentu saja setiap orang yang ingin wirausaha harus mengasah mental bertahan dan tidak malu untuk memulai apa saja yang diyakini bisa menghasilkan duit.
Bila kita bisa melewati semua penghalang di atas, maka buku berikut ini mungkin bisa menjadi bacaan untuk kita memulai menjadi wirausahawan.
Judul : Memulai Usaha Baru: Strategi yang Perlu Anda Tahu untuk Memulai Sebuah UKMPenulis : Okki Trinanda Miaz
Penerbit : NAMS
Tahun : Malang, 2016
Halaman : 126 halaman
Walaupun buku ini diterbitkan sekitar 9 tahun yang lalu, menjadi relevan bila diangkat saat ini di mana krisis ekonomi mulai terasa di sekitar kita yang ditandai dengan banyaknya perusahaan yang gulung tikar dan menutup usahanya di Indonesia yang tentu imbasnya adalah gelombang PHK terjadi di beberapa tempat. Dalam kesulitan dunia usaha tersebut Usaha Kecil Menengah (UKM) ternyata lebih mampu bertahan dan bahkan bisa dianggap paling mampu menghadapi kondisi sulit tersebut dan berperan dalam pemulihan krisis ekonomi yang terjadi.
UKM sendiri hadir dari inisiatif dan bukti dari kemandirian masyarakat yang tentu bisa mengurangi beban pemerintah dalam mengurangi pengangguran. Karena itu UKM seharusnya menjadi fokus pemerintah untuk merangsang masyarakat untuk melakukan usaha mandiri. Tapi faktanya untuk Indonesia, hanya 0,2% masyarakatnya yang memilih wirausaha, artinya bisa dibilang negeri ini masih masih kekurangan wirausahawan yang akan menopang perekonomian negara. Sementara sebuah negara disebut maju bila wirausaha mencapai 2%.
Lalu wirausaha seperti apa yang dimaksud? Bukankah kita ini menyebut begitu banyak pedagang di negeri ini, bukannya itu menunjukkan bahwa wirausaha cukup banyak? Di sinilah bedanya antara pedang dengan wirausaha, di mana wirausaha itu yang mendirikan usaha sendiri atau pemilik usaha yang menggaji orang lain yang bekerja kepadanya. Kemudian usaha tersebut tumbuh dan berkembang menjadi usaha-usaha holding lainnya. Kalau begitu, kembali kepada pertanyaan lainnya, apa bedanya wirausaha dan pedagang, bukannya pedagang juga mempekerjakan orang lain juga, ada karyawan? Perbedaannya, kalau pedagang untuk mencari uang, sementara wirausaha uang yang bekerja untuknya.
Dalam buku ini dijelaskan mengenai pemaparean mengenai UKM di Indonesia, dan strategi untuk mendirikan usaha, serta bagaimana menjalankan usaha yang ditekuninya tersebut. Buku ini menarik untuk dibaca oleh mereka yang tertarik untuk memulai usaha, dengan kiat-kiatnya.
Posting Komentar