Mengurai Konflik Batin Manusia: Analisis Buku Konflik-konflik Batin Karya Karen Horney

Daftar Isi


Jika Anda sering merasa bingung dengan sikap atau perasaan sendiri, atau mengalami kecemasan sosial yang tidak jelas asalnya, buku Konflik-konflik Batin bisa menjadi cermin yang tajam namun menenangkan untuk membantu Anda lebih memahami diri.

Konflik batin bukanlah hal asing dalam hidup manusia. Dalam buku Konflik-konflik Batin (judul asli: Our Inner Conflicts), psikolog terkemuka Karen Horney menyelami akar dari pertentangan dalam diri manusia, yang sering kali tersembunyi namun memengaruhi seluruh aspek kehidupan.

Karen Horney alih-alih menyalahkan dorongan seksual seperti yang dilakukan Freud, justru Horney menunjukkan bahwa lingkungan sosial yang tidak bersahabat, pengasuhan yang tidak sehat, dan kebutuhan akan rasa aman menjadi fondasi munculnya kecemasan dasar dan konflik batin.

Tiga Pola Konflik Batin: Cara Kita Menyesuaikan Diri

Horney menyebutkan tiga pola utama bagaimana individu menghadapi konflik:

  1. Bergerak Mendekati Orang (Compliant Type):
    Mereka yang selalu ingin menyenangkan orang lain, takut ditolak, dan cenderung menjadi “people pleaser.” Contoh: Seseorang selalu berkata “ya” meskipun tidak mampu, karena takut tidak disukai.

  2. Bergerak Melawan Orang (Aggressive Type):
    Individu yang menggunakan dominasi dan kekuasaan untuk menutupi kecemasannya. Contoh: Bos yang selalu marah-marah saat merasa tidak dihargai—sebetulnya dia takut kehilangan kendali.

  3. Menarik Diri dari Orang (Detached Type):
    Mereka yang menjaga jarak secara emosional karena takut tersakiti.Contoh: Seseorang memilih menyendiri terus-menerus, padahal sebenarnya mendambakan hubungan yang hangat.

Kecemasan Dasar: Akar Konflik Batin

Menurut Horney, kecemasan dasar (basic anxiety) adalah perasaan tidak aman yang muncul saat masa kanak-kanak karena kurangnya cinta, pengabaian, atau perlakuan kasar. Inilah bibit dari konflik-konflik yang berkembang saat dewasa. Misalnya, bayangkan anak yang tumbuh tanpa pelukan atau pujian. Saat dewasa, ia bisa menjadi pribadi yang keras pada diri sendiri dan orang lain, karena berusaha keras mencari pengakuan yang dulu tidak didapatkan.

Konflik Antara Diri Nyata dan Diri Ideal

Horney juga membahas bagaimana kita menciptakan diri ideal yang jauh dari kenyataan, dan ketika kita gagal mencapainya, kita mengalami rasa bersalah, malu, dan penolakan terhadap diri sendiri. Contoh seorang wanita yang merasa harus menjadi “sempurna” cantik, sukses, disukai semua orang. Ketika gagal memenuhi standar ini, ia mulai membenci dirinya sendiri.

Ya, tepat sekali. Menurut Karen Horney dalam Konflik-konflik Batin, konflik batin adalah kecemasan yang muncul karena seseorang tidak mampu secara konsisten memilih atau menyeimbangkan cara berhubungan dengan orang lain dan ini berakar dari kebutuhan yang saling bertentangan dalam dirinya.

Judul Asli               : Our Inner Conflicts (Indonesia Konflik-konlflik Batin)

Penerbit Indonesia: IRCiSoD 

Tahun Terbit          : Yogyakarta, tahun 2024

Penerjemah            : Aqurina Kharisma Sari 

Jumlah Halaman   : 258 halaman

Secara lebih spesifik, konflik batin ini muncul karena ketidakmampuan seseorang untuk secara utuh bersikap terhadap tiga dorongan dasar berikut ini:

  1. Dorongan untuk mendekati orang (bercari cinta dan penerimaan)

  2. Dorongan untuk melawan orang (menguasai, mendominasi)

  3. Dorongan untuk menjauh dari orang (menghindari dan menjaga jarak)

Horney menyebut bahwa seseorang yang neurotik akan mengalami konflik saat satu dorongan menjadi dominan, tetapi dua dorongan lainnya masih aktif dan tidak diakui. Hal inilah yang menyebabkan perasaan cemas, terpecah, atau bahkan tersiksa secara emosional, karena tidak ada harmoni antara keinginannya untuk dekat, berkuasa, atau menjauh.

Seorang wanita karier sukses merasa sangat kesepian (karena dorongan untuk dekat dengan orang lain), tapi dia terlalu takut kehilangan kendali (karena dorongan untuk melawan). Akhirnya dia menarik diri (menjauh), namun di dalam hati ia merasa bersalah dan semakin cemas.

Keinginan terus-menerus untuk menyenangkan orang lain meskipun merugikan diri sendiri adalah ciri khas dari seseorang yang:

  • Sangat takut ditolak atau tidak disukai,

  • Mencari rasa aman melalui penerimaan dari orang lain,

  • Merasa nilai dirinya tergantung dari apakah orang lain puas atau tidak terhadapnya.

Ini adalah bentuk konflik batin karena:

  • Di permukaan: Anda tampak “baik”, “penolong”, “ramah”.

  • Di dalam: Anda bisa menyimpan rasa marah, lelah, atau frustrasi karena kebutuhan dan batasan diri sendiri terabaikan.

  • Konflik terjadi saat ada dorongan untuk berkata "tidak", tapi Anda justru berkata "iya" agar diterima.

Contoh praktis:

Misalnya, Anda sebenarnya butuh istirahat, tapi teman Anda meminta bantuan. Anda merasa tidak enak hati untuk menolak, padahal tubuh dan mental Anda sudah kelelahan. Lalu Anda merasa kecewa pada diri sendiri—ini adalah bentuk konflik batin.

Apa yang Disarankan Horney?

  • Mengenali dorongan ini bukan sebagai "kesalahan", tapi sebagai pola yang terbentuk dari kecemasan dasar.

  • Belajar mengenali kebutuhan pribadi dan menetapkan batas sehat (boundaries) tanpa rasa bersalah.

  • Perlahan membangun rasa aman yang tidak bergantung sepenuhnya pada persetujuan orang lain.

Jadi Karen Horney menawarkan wawasan bahwa pemulihan dimulai dari kesadaran dan penerimaan atas siapa diri kita yang sebenarnya, bukan siapa yang seharusnya kita jadi. Dengan memahami dinamika batin ini, kita bisa mulai menyembuhkan luka-luka psikologis dan membangun hubungan yang lebih sehat dengan diri sendiri maupun orang lain.

Posting Komentar