Kritik Konsumerisme yang Masih Relevan di Era Modern: Ulasan Buku: The Theory of the Leisure Class

Pendahuluan: Mengapa The Theory of the Leisure Class Masih Penting?

Diterbitkan pada tahun 1899, The Theory of the Leisure Class: An Economic Study of Institutions karya Thorstein Veblen adalah karya klasik yang mengguncang dunia ekonomi dan sosiologi. Buku ini memperkenalkan konsep conspicuous consumption (konsumsi mencolok) dan leisure class (kelas santai), yang menggambarkan bagaimana kelas kaya menggunakan kekayaan untuk memamerkan status sosial. Meskipun ditulis lebih dari seabad lalu, ide-ide Veblen tetap relevan, terutama di era modern di mana media sosial, kredit konsumen, dan budaya konsumerisme mendominasi kehidupan sehari-hari. Dalam ulasan ini, kita akan menjelajahi inti buku ini dan bagaimana konsepnya masih berlaku, khususnya dalam hubungan antara kelas pekerja (working class) dan kelas santai di zaman sekarang.

Inti Buku: Konsumsi Mencolok dan Kelas Santai

Veblen, seorang ekonom dan sosiolog Amerika, menulis The Theory of the Leisure Class sebagai kritik terhadap kapitalisme pada era Gilded Age, masa ketika ketimpangan sosial di Amerika Serikat sangat mencolok. Ia memperkenalkan dua konsep utama:

1. Conspicuous Consumption: Praktik membeli barang atau jasa bukan untuk kebutuhan fungsional, melainkan untuk memamerkan kekayaan dan status sosial. Contohnya, membeli perhiasan mahal atau rumah mewah yang jauh melampaui kebutuhan praktis.
2. Conspicuous Leisure: Menghabiskan waktu untuk aktivitas tidak produktif, seperti olahraga, seni, atau acara sosial, untuk menunjukkan bahwa seseorang bebas dari keharusan bekerja, yang dianggap sebagai simbol status tinggi.

Veblen berargumen bahwa leisure class, kelompok kaya yang tidak terlibat dalam pekerjaan produktif, bergantung pada hasil kerja working class (kelas pekerja) untuk mempertahankan gaya hidup mereka. Ia mengkritik sistem ini sebagai tidak efisien dan boros, dengan nada satir yang tajam.

Hubungan dengan Era Modern: Konsumerisme dan Media Sosial

Meskipun ditulis pada akhir abad ke-19, ide-ide Veblen tentang konsumsi mencolok sangat relevan di era modern. Di zaman media sosial seperti Instagram dan TikTok, konsep conspicuous consumption tampak lebih hidup dari sebelumnya. Berikut adalah beberapa cara teori Veblen tercermin dalam masyarakat kontemporer:

1. Kelas Pekerja Meniru Kelas Santai  
   Di era Veblen, hanya kelas kaya yang mampu melakukan konsumsi mencolok. Namun, kini kelas pekerja juga terjebak dalam pola ini. Dengan akses ke kredit (seperti paylater atau cicilan 0%), banyak pekerja kantoran atau pekerja lepas di Indonesia membeli barang branded, seperti iPhone atau tas desainer, untuk menampilkan status sosial yang lebih tinggi. Fenomena ini diperkuat oleh tekanan media sosial, di mana "flexing" atau memamerkan gaya hidup mewah menjadi cara untuk mendapatkan pengakuan sosial.

2. Media Sosial sebagai Panggung Konsumsi Mencolok  
   Platform seperti Instagram memungkinkan siapa saja, termasuk kelas pekerja, untuk memamerkan liburan, pakaian, atau pengalaman mewah kepada audiens global. Ini menciptakan ilusi bahwa mereka adalah bagian dari leisure class, meskipun sering kali dengan biaya finansial yang besar, seperti utang kartu kredit atau pinjaman online.

3. Ketimpangan yang Diperkuat Konsumerisme  
   Veblen mengkritik leisure class sebagai parasit ekonomi yang hidup dari hasil kerja kelas pekerja. Di era modern, kelas pekerja yang berusaha meniru gaya hidup leisure class sering kali terjebak dalam siklus utang, yang pada akhirnya menguntungkan institusi keuangan dan korporasi besar—struktur yang sejalan dengan kritik Veblen terhadap kapitalisme.

Mengapa Buku Ini Layak Dibaca?

The Theory of the Leisure Class bukan hanya buku ekonomi, tetapi juga analisis sosiologi yang mendalam tentang perilaku manusia. Gaya penulisan Veblen yang satir membuat buku ini menarik, meskipun kadang-kadang agak akademis. Buku ini cocok untuk pembaca yang ingin memahami akar konsumerisme dan ketimpangan sosial, baik di masa lalu maupun sekarang. Berikut adalah alasan mengapa Anda harus membaca buku ini:

- Relevansi Abadi: Konsep konsumsi mencolok membantu menjelaskan fenomena modern seperti budaya influencer, tren "hustle culture," dan tekanan untuk tampil sukses di media sosial.
- Kritik Sosial yang Tajam: Veblen menawarkan perspektif kritis tentang bagaimana sistem kapitalis mempertahankan ketimpangan melalui norma-norma sosial.
- Akses Mudah: Buku ini tersedia gratis di domain publik melalui situs seperti **Project Gutenberg** atau dalam edisi cetak dari penerbit seperti Oxford University Press.

Kelemahan Buku

Meskipun brillian, The Theory of the Leisure Class memiliki beberapa kelemahan. Gaya penulisan Veblen bisa terasa kering dan bertele-tele bagi pembaca yang tidak terbiasa dengan bahasa akademis. Selain itu, konteksnya yang berfokus pada Amerika abad ke-19 mungkin memerlukan sedikit penyesuaian untuk memahami relevansinya di Indonesia atau negara lain.

Kesimpulan: Pelajaran untuk Era Modern

The Theory of the Leisure Class adalah pengingat kuat bahwa konsumerisme dan keinginan untuk status sosial bukanlah fenomena baru. Di era modern, di mana kelas pekerja berlomba-lomba meniru gaya hidup kelas santai melalui konsumsi mencolok, buku ini mengajak kita untuk merenung: apakah kita benar-benar membutuhkan barang-barang mahal untuk bahagia? Dengan media sosial yang memperkuat tekanan untuk "tampak sukses," kritik Veblen terhadap pemborosan dan ketimpangan tetap relevan. Bagi Anda yang tertarik pada ekonomi, sosiologi, atau sekadar ingin memahami dinamika konsumerisme modern, buku ini wajib masuk daftar bacaan Anda.

Sudahkah Anda membaca The Theory of the Leisure Class? Bagikan pendapat Anda di kolom komentar atau temukan ulasan buku klasik lainnya di idebuku.com! Jangan lupa subscribe untuk update terbaru tentang buku-buku yang menginspirasi.

Posting Komentar untuk "Kritik Konsumerisme yang Masih Relevan di Era Modern: Ulasan Buku: The Theory of the Leisure Class"