Ulasan Buku Yap Thiam Hien: Sang Pendekar Keadilan – Pejuang HAM dan Pengacara Teladan

Buku Yap Thiam Hien: Sang Pendekar Keadilan, terbitan Kepustakaan Populer Gramedia (KPG) bekerja sama dengan Majalah Tempo, adalah sebuah karya yang menggugah tentang sosok Yap Thiam Hien, seorang pengacara keturunan Tionghoa-Aceh yang dikenal sebagai pejuang hak asasi manusia (HAM) di Indonesia. Diterbitkan sebagai bagian dari seri “Penegak Hukum” dan berdasarkan liputan khusus Majalah Tempo pada 2013, buku ini (cetakan kedua) mengisahkan perjalanan hidup Yap yang penuh perjuangan, dari masa kecil hingga menjadi simbol keadilan. Dalam ulasan ini, kita akan menelusuri mengapa Yap lebih dikenal sebagai pejuang HAM, sekaligus bagaimana ia menjadi teladan luar biasa sebagai pengacara yang membela kebenaran.

Perjuangan Yap Thiam Hien sebagai Pejuang HAM

Lahir pada 25 Mei 1913 di Kuta Raja, Aceh, Yap Thiam Hien menghadapi berbagai tantangan sejak kecil, termasuk diskriminasi sebagai keturunan Tionghoa. Buku ini menggambarkan bagaimana latar belakangnya membentuk kepekaannya terhadap ketidakadilan. Sebagai anggota Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki), Yap lantang menentang diskriminasi terhadap warga Tionghoa, seperti kebijakan asimilasi paksa pada masa Orde Baru. Ia juga menolak gagasan Presiden Soekarno untuk kembali ke UUD 1945 karena dianggap tidak melindungi HAM dan cenderung diskriminatif.

Salah satu kontribusi terbesarnya adalah pendirian Lembaga Bantuan Hukum (LBH) pada 1970 bersama Adnan Buyung Nasution. LBH menjadi wadah bagi masyarakat miskin dan tertindas untuk mendapatkan bantuan hukum gratis, sebuah langkah revolusioner pada masa itu. Buku ini menyoroti bagaimana Yap menggunakan keahlian hukumnya untuk melawan ketidakadilan sistemik, seperti penyalahgunaan kekuasaan pada masa Orde Lama dan Orde Baru. Ia pernah ditahan tanpa bukti kuat terkait peristiwa 1965 dan Malari 1974, namun tetap teguh memperjuangkan keadilan.

Prinsip Yap yang terkenal, “Jika Saudara ingin menang perkara, jangan pilih saya, tapi jika Saudara ingin kebenaran dikemukakan, saya akan bela Saudara,” mencerminkan komitmennya pada HAM. Ia sering mengambil kasus-kasus berisiko tinggi, seperti pembelaan terhadap Soebandrio, mantan wakil perdana menteri yang dituduh terlibat dalam peristiwa 1965. Keberaniannya menghadapi tekanan politik membuatnya dikenang sebagai pejuang HAM, bukan sekadar pengacara.

Teladan Pengacara yang Membela Kebenaran

Meskipun lebih dikenal sebagai pejuang HAM, buku ini juga menegaskan bahwa Yap adalah pengacara luar biasa yang menjadikan hukum sebagai alat untuk kebenaran. Dengan latar belakang pendidikan hukum dari Universitas Leiden (gelar Meester in de Rechten), Yap memiliki keahlian yang mumpuni. Namun, ia tidak mengejar kemenangan di pengadilan demi prestise atau keuntungan finansial. Sebaliknya, ia memilih membela klien dari kalangan marginal, sering kali tanpa bayaran, bahkan menggratiskan jasanya.

Buku ini mengisahkan bagaimana Yap menangani kasus-kasus besar dengan integritas tinggi. Misalnya, dalam pembelaan terhadap Soebandrio, ia tidak hanya fokus pada aspek hukum, tetapi juga pada pengungkapan kebenaran di tengah tekanan politik Orde Baru. Ia juga terlibat dalam Persatuan Advokat Indonesia, memperjuangkan standar etika profesi pengacara. Pendekatannya yang berani dan konsisten menjadikannya teladan bagi pengacara lain, menunjukkan bahwa profesi hukum bisa menjadi panggilan untuk memperjuangkan keadilan.

Mengapa Yap Lebih Dikenal sebagai Pejuang HAM?

Ada beberapa alasan yang dijelaskan dalam buku ini mengapa Yap Thiam Hien lebih dikenang sebagai pejuang HAM:

1. Fokus pada Kelompok Tertindas: Yap tidak hanya menangani kasus-kasus besar, tetapi juga memperjuangkan hak-hak kelompok minoritas dan masyarakat miskin, menjadikannya simbol perlawanan terhadap diskriminasi.
2. Warisan LBH: Pendirian LBH memperluas dampak perjuangannya, menciptakan sistem bantuan hukum yang masih relevan hingga kini.
3. Keberanian Melawan Kekuasaan: Yap tidak gentar menghadapi rezim otoriter, bahkan ketika itu mengancam keselamatannya, seperti saat ia ditahan tanpa bukti.
4. Yap Thiam Hien Award: Penghargaan tahunan ini mengabadikan namanya sebagai ikon HAM, memperkuat citranya di mata publik.

Gaya Penulisan dan Nilai Buku

Ditulis dengan gaya narasi khas Majalah Tempo, buku ini mudah dipahami dan dilengkapi ilustrasi yang memperkaya konteks sejarah. Cerita-cerita dalam buku ini, mulai dari masa kecil Yap hingga perjuangannya di ruang sidang, disampaikan dengan apik, membuat pembaca terinspirasi oleh keteguhan moralnya. Buku ini cocok bagi siapa saja yang tertarik pada sejarah, hukum, dan aktivisme HAM di Indonesia.

Kesimpulan

Yap Thiam Hien: Sang Pendekar Keadilan adalah sebuah karya yang tidak hanya mengisahkan perjalanan seorang pengacara, tetapi juga seorang pejuang HAM yang mengabdikan hidupnya untuk kebenaran dan keadilan. Buku ini menunjukkan bagaimana Yap Thiam Hien, melalui keahlian hukum dan integritasnya, menjadi teladan bagi pengacara dan aktivis HAM. Bagi pembaca yang ingin memahami perjuangan keadilan di Indonesia, buku ini adalah bacaan wajib yang menginspirasi.

Dapatkan buku Yap Thiam Hien: Sang Pendekar Keadilan di toko buku terdekat atau platform daring untuk menyelami kisah inspiratif seorang pendekar keadilan. Bagikan ulasan ini jika Anda terinspirasi oleh perjuangan Yap Thiam Hien!

Posting Komentar untuk "Ulasan Buku Yap Thiam Hien: Sang Pendekar Keadilan – Pejuang HAM dan Pengacara Teladan"