<!-- SEO Blogger Start --> <meta content='text/html; charset=UTF-8' http-equiv='Content-Type'/> <meta content='blogger' name='generator'/> <link href='https://www.idebuku.com/favicon.ico' rel='icon' type='image/x-icon'/> <link href='https://www.idebuku.com/2020/09/misteri-borobudur-peninggalan-nabi.html' rel='canonical'/> <link rel="alternate" type="application/atom+xml" title="Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik - Atom" href="https://www.idebuku.com/feeds/posts/default" /> <link rel="alternate" type="application/rss+xml" title="Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik - RSS" href="https://www.idebuku.com/feeds/posts/default?alt=rss" /> <link rel="service.post" type="application/atom+xml" title="Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik - Atom" href="https://www.blogger.com/feeds/5529713767079432659/posts/default" /> <link rel="alternate" type="application/atom+xml" title="Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik - Atom" href="https://www.idebuku.com/feeds/7174901650860480140/comments/default" /> <!--Can't find substitution for tag [blog.ieCssRetrofitLinks]--> <link href='https://1.bp.blogspot.com/-gPQPuS_s68c/X1mlN3DlRDI/AAAAAAAACI0/nhGqlVvnCLoXB7swJvllid8wx_gDt9ZwgCLcBGAsYHQ/s320/49812828047_d452f938c2_w.jpg' rel='image_src'/> <meta content='https://www.idebuku.com/2020/09/misteri-borobudur-peninggalan-nabi.html' property='og:url'/> <meta content='Misteri Borobudur: Peninggalan Nabi Sulaiman atau Peninggalan Siapa?' property='og:title'/> <meta content='Mencari Makna Hidup Lewat Buku Best Seller' property='og:description'/> <meta content='https://1.bp.blogspot.com/-gPQPuS_s68c/X1mlN3DlRDI/AAAAAAAACI0/nhGqlVvnCLoXB7swJvllid8wx_gDt9ZwgCLcBGAsYHQ/w1200-h630-p-k-no-nu/49812828047_d452f938c2_w.jpg' property='og:image'/> <!-- Title --> <title>Misteri Borobudur: Peninggalan Nabi Sulaiman atau Peninggalan Siapa? - Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik Misteri Borobudur: Peninggalan Nabi Sulaiman atau Peninggalan Siapa? - Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik

Misteri Borobudur: Peninggalan Nabi Sulaiman atau Peninggalan Siapa?

 

Ribut soal tiket masuk Borobudur yang mencapai Rp. 750.000 menuai polemik. Dari sisi pemerintah bertujuan supaya terhindar dari kerusakan tapi dari sisi masyarakat dan banyak pihak menolak kenaikan tarif tersebut.

Seperti diberitakan bahwa harga tiket masuk ke puncak Borobudur untuk turis lokal itu bagi yang akan naik ke candi. Sedangkan untuk turis asing dan mancanegara akan dikenakan tarif $USD100.

Sementara bagi mereka yang hanya ingin sampai ke area pelataran candi tarifnya Rp. 50.000. Sementara untuk turis asing $USD25. Kenaikan tarif tersebut seperti yang disampaikan oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo seperti dikutip news.detik.com. "Orang yang ke Borobudur sampai hari ini tidak boleh naik ke candi, orang masih berdatangan untuk naik ke candi. Kemarin disampaikan agar ada pengelolaan dengan pengendalian melalui tarif. Yang ke sana betul-betul diatur. Tidak semua yang datang naik,"

Sebenarnya berita rencana kenaikan tarif masuk naik ke Borobudur ini menjadi produktif ketika setiap orang mulai peduli kembali dengan mahakarya besar nonok moyang bangsa Indonesia yang berhasil membangun sebuah candi yang mendapat penghargaan dari berbagai negara tersebut.

Memang sejak kita duduk di bangku Sekolah Dasar kita tentu sudah dijelaskan mengenai Candi Borobudur yang ada di Magelang, Jawa Tengah. Candi yang mendapat predikat salah satu warisan dunia oleh UNESCO (lembaga di bawah naungan PBB yang bergerak di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan) itu menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi kita bangsa Indonesia. 

Candi yang dibangun pada abad ke 8 Masehi itu selama ini informasinya dibangun oleh Disanti Wangsa Syailendra. Namun, rupanya banyak orang dikejutkan oleh munculnya buku Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman karangan KH. Fahmi Basya. Sebagai sebuah karya buku, tentu kitapun harus menghormati buah-buah pikiran yang ada di dalamnya. Dan buku yang saya angkat ini menjadi usaha untuk menjawab semua dalil dan pemikiran buku Fahmi Basya tersebut. 

Buku yang ada di tangan saya berjudul Misteri Borobudur: Candi Borobudur Bukan Peninggalan Nabi Sulaiman diterbitkan oleh Penerbit Dolphin, Jakarta, Cetakan I: September 2014. Penulisnya adalah Seno Panyadewa. Buku yang memiliki tebal 249 halaman ini tentu saja menjadi contoh bagaimana sebuah gagasan, dijawab dengan gagasan, bukan dengan urat leher, apalagi demo yang berkepanjangan. Karena sebagai sebuah pemikiran baru dan dengan alasan-alasan yang tentu dilatarbelakangi oleh sebuah keyakinan yang dianggap benar tentu bila ada kebenaran lainnya harus diungkap untuk mencapai kebenaran puncak.

Seperti yang diungkap oleh Seno Panyadewa bahwa buku ini ingin menjawab teori yang dikemukakan oleh Fahmi Basya, selama ini orang yang berusaha menentang teori-teori yang dikemukakan oleh Fahmi Basya cukup banyak. Baik yang awam dalam soal sejarah maupun arkeolog dan bahkan ada yang menganggap "tidak perlu diladeni" gagasan Fahmi Basya tersebut atau kebanyakan ahli tidak menganggap serius masalah ini. Mereka tidak merasa perlu meladeni Fahmi Basya karena dari awal mereka menganggap teori ini aneh dan sudah salah dari sononya. 

Namun bagi Seno Panyadewa, karena banyak orang yang terpengaruh juga dengan gagasan buku Borobudur Peninggalan Nabi Sulaiman karangan KH. Fahmi Basya ini maka salah satu alasan hingga buku Misteri Borobudur ini seperti ingin mengisi kekosongan tersebut. Karena merasa prihatin bahwa banyak orang semakin lama semakin jauh dari kebenaran dan bahkan buku ini juga ingin meluruskan pandangan tersebut. 

Memang kini kabar mengenai klaim mengenai Borobudur itu senyap tanpa suara, dan bahkan gaungnyapun tak terdengar. Tapi tentu saja buku ini ingin menjelaskan sejarah dan lebih kepada menjelaskan Borobudur itu sejarahnya bagaimana. 

Tentu saja, seperti yang diakui oleh penulisnya bahwa di dalam buku ini tidak ada materi-materi yang benar-benar baru dari penelaahan sang penulis. Karena banyak dari apa yang diungkap sudah pernah dijelaskan oleh para ahli sejarah, para antropolog yang sudah disusun di berbagai buku dan jurnal. 

Tapi tentu saja buku ini seperti menyadarkan orang bahwa, bisa jadi selama ini kita buta mengenai sejarah mengenai kebanggaan bangsa Indonesia, Borobudur tersebut, atau kurang perduli. Tapi KH Fahmi Basya seperti membangunkan kita dari tidur kekurangperdulian kita terhadap apa yang sudah dibangun oleh nenek moyang kita tersebut.

Isi buku ini tentu saja diawali oleh ulasan yang diungkap oleh Fahmi Basya mengenai teorinya tentang Borobudur berdasarkan latarbelakang keilmuannya di bidang agama. Dan buku ini berusaha untuk menjawab semua argumen tersebut. Sebagi sebuah bacaan, tentu buku ini cukup menarik untuk dibaca guna membuka wawasan dan alternatif berpikir mengenai sebuah sejarah. 


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.