<!-- SEO Blogger Start --> <meta content='text/html; charset=UTF-8' http-equiv='Content-Type'/> <meta content='blogger' name='generator'/> <link href='https://www.idebuku.com/favicon.ico' rel='icon' type='image/x-icon'/> <link href='https://www.idebuku.com/2021/01/bisakah-kemarahan-itu-dikelola.html' rel='canonical'/> <link rel="alternate" type="application/atom+xml" title="Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik - Atom" href="https://www.idebuku.com/feeds/posts/default" /> <link rel="alternate" type="application/rss+xml" title="Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik - RSS" href="https://www.idebuku.com/feeds/posts/default?alt=rss" /> <link rel="service.post" type="application/atom+xml" title="Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik - Atom" href="https://www.blogger.com/feeds/5529713767079432659/posts/default" /> <link rel="alternate" type="application/atom+xml" title="Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik - Atom" href="https://www.idebuku.com/feeds/1636829389239396749/comments/default" /> <!--Can't find substitution for tag [blog.ieCssRetrofitLinks]--> <link href='https://1.bp.blogspot.com/-W-NeJrgXkdg/YBE0PQAL0gI/AAAAAAAACio/GOA03h_UBvsMQ78FS1ptVns3-urrWf0fQCLcBGAsYHQ/w242-h162/45330010782_7905aa6c4b_w.jpg' rel='image_src'/> <meta content='https://www.idebuku.com/2021/01/bisakah-kemarahan-itu-dikelola.html' property='og:url'/> <meta content='Bisakah Kemarahan itu Dikelola?' property='og:title'/> <meta content='Mencari Makna Hidup Lewat Buku Best Seller' property='og:description'/> <meta content='https://1.bp.blogspot.com/-W-NeJrgXkdg/YBE0PQAL0gI/AAAAAAAACio/GOA03h_UBvsMQ78FS1ptVns3-urrWf0fQCLcBGAsYHQ/w1200-h630-p-k-no-nu/45330010782_7905aa6c4b_w.jpg' property='og:image'/> <!-- Title --> <title>Bisakah Kemarahan itu Dikelola? - Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik Bisakah Kemarahan itu Dikelola? - Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik

Bisakah Kemarahan itu Dikelola?


Judul Buku    : Never Get Angry Again

Penulis          : David J Lieberman, Ph.D

Penerbit        : PT. Bentara Aksara Cahaya (BACA), 

Tahun Terbit : Jakarta, April 2019

Sebuah peristiwa yang sulit dilupakan ketika di suatu restoran saya dan 3 teman lainnya menikmati makanan tradisional mengelilingi sebuah meja. Sementara di deretan meja di sebelah kami juga ada sekitar 3 orang dewasa dan 2 anak-anak. Tiba-tiba dari meja sebelah kami tersebut sebuah piring dijatuhkan oleh seseorang dan dengan kemarahan yang luar biasa sambil berteriak kepada dua orang yang ada di sebelahnya. Sontak saja kami menoleh dan justru itu seperti menjadi penambah kemarahannya. Akhirnya kami berempat berusaha menahan diri dan mencoba menjauh. Karena dua orang yang menjadi tempat pelampiasan kemarahan bapak yang berumur sekitar 60 tahunan itu mengedipkan mata memberitahu, "jangan diladeni".

Buku yang salah satunya menumpuk di meja Redaksi Idebuku.com dan ingin dicari idenya adalah buku karangan seorang penulis buku laris versi New York Times berjudul "Never Get Angry Again. Kebetulan beberapa buku yang pernah dibaca dan bahkan beberapa ide  selama ini mengenai bagaimana cara mengelola kemarahan yang datang itu sangat beragam polanya. Makanya ketika membaca buku ini, mengingatkan ternyata kita sering gagal dan gagal ketika kemarahan itu muncul tiba-tiba. Yang ada, kemarahan itu ingin mencari pemuasannya dengan menambah energi kemarahan tadi. 

Beberapa tekhnik yang pernah kita dengar untuk mengelola kemarahan itu seperti; 1. menarik nafas dalam-dalam untuk mengurangi ketegangan. 2. menghitung angka 1 sampai 10 supaya kemarahan tadi tidak dilanjutkan dengan mencoba memfokuskan diri kepada hitungan tadi. 3. melakukan meditasi, yang tentu bila kemarahan yang tiba-tiba tidak mungkin bisa dilaksanakan, kecuali memang kemarahan itu menjadi sebuah gurauan. Tapi bila kemarahan itu sifatnya panjang, meditasi mungkin bisa saja membantu. Kalau beragama, mungkin perbanyak berdoa dan berdoa, termasuk mendoakan orang yang telah membuat kita marah. 4. memvisualisasikan kebahagiaan kita. Tapi, apakah semua tekhnik-tekhnik tadi bisa meredam kemarahan kita?

Kata penulis buku ini dalam Pendahuluannya, "Akui saja, jika teknik-teknik pengelolaan amarah itu dianggap efektif, kau tidak akan membaca buku ini." Tekhnik-tekhnik itu terkadang tidak ada gunanya dan melelahkan secara emosional. Sebenarnya penulis buku ini ingin meluruskan bahwa persoalan kemarahan itu karena sudut pandang. Dia mencontohkan, seorang anak kecil yang mainannya rusak sehingga ia begitu marahnya sampai-sampai ia berpikir dunianya sudah hancur. Sementara dia melupakan hal-hal baik yang diterimanya, bisa makan, bisa tidur tidak kehujanan. Sementara bagi orang tuanya, mainan itu tidak terlalu penting. Jadi respon terhadap sesuatu yang membuat marah itulah yang menjadikan kita dikuasai oleh kemarahan. Nah, buku ini memberikan hal penting bagaimana kita bisa mengubah sudut pandang ketika kemarahan itu benar-benar menguasai kita. Memiliki sudut pandang yang luas dalam merosponi sesuatu akan menjadikan kita bisa mengelola kemarahan yang datang dalam hidup kita.

Tapi bagaimana ketika kita menghadapi hal-hal yang dianggap besar yang bisa menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan, sementara obyek pemicu kemarahan itu terus berlangsung. contohnya kemarahan karena penyakit, ketidakadilan atau trauma? Pengelolaan kemarahan dengan jenis di atas tentu saja seperti kita membunuh hama, di mana kita harus terus-menerus berusaha menyemprotkan pembasmi hama itu supaya tidak terus tumbuh. Ibaratnya, buku ini berisi cara-cara seperti membunuh hama yaitu kemarahan tadi.

Beberapa point penting yang duiungkap dalam buku ini akan memiliki manfaat bagi kita sebagai pembaca bagaimana mengelola kemarahan itu sendiri. Makanya buku setebal 240 halaman ini perlu dibaca oleh siapapun yang sampai saat ini masih memiliki pergumulan berperang menghadapi kemarahan yang ada di dalam hidup kita. Karena dari buku ini penulis membawa pembacanya untuk belajar bagaimana memiliki sudut pandang yang luas mengenai sebuah persoalan.



 



Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.