Tips Terhindar dari Berita Hoaks
Berita hoaks dalam bahasa Inggris hoax dan media sosial sebagai alat ampuh dalam penyebarannya. Pengguna media sosial bisa jadi pelaku dan juga bisa menjadi korban dari kabar palsu. Tapi mungkinkah orang pintar bisa jadi korban hoaks?
Persoalannya memang kompleks dan tidak bisa dijelaskan secara sederhana. Siapapun memang bisa jadi korban hoaks tapi bagi mereka yang memiliki daya kritis yang bisa terhindar menjadi korban hoaks tersebut. Apakah orang 'pintar' bisa menjadi korban hoaks?
Pihak media sosial sendiri tentu tidak bisa bertanggungjawab bagi penggunanya. Berbeda dengan media resmi yang memiliki aturan baku. Karena di media sosial siapapun bisa menjadi pembuat berita tapi juga bisa penyebar berita palsu tersebut. Inilah untungnya dari kran kebebasan berpendapat dibuka. Siapapun bisa menyampaikan pendapatnya, menyebarkan ide-idenya. Tentu kita tidak bisa menyetop era kebebasan yang sudah kita hirup ini.
Dalam prosesnya menjadi korban hoax tentu tidak dirasakan atau tidak disadarinya. Keyakinannya akan berita palsu sebagai kebenaran memang dianggap nyata benar. Tapi juga berita hoax ibaratnya sebuah jaring yang bisa saja disebarkan oleh mereka yang sudah jadi korban dan menyebarkannya hingga menimbulkan korban lain berjatuhan.
Hoaks seringkali menjadi masalah serius dalam kehidupan kita, sehingga dalam perjalanannya menimbulkan kontroversi dan bahkan bila tidak segera ditangani akan menjadi persoalan serius. Karena faktanya masyarakat kita sangat gampang menerima sebuah berita dan mudah menganggap sebagai sebuah kebenaran. Kalau media formal kita bisa menggugat kepada Redaksi atau penanggung jawab pembuat berita, tapi bila media sosial yang menjadi pusat beritanya dan itu dianggap selalu benar itu yang sangat berbahaya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar, "Itu sudah viral di internet." Artinya internet dianggap sebagai sumbert berita tanpa memilah siapa yang menerbitkan berita tadi. Tentu saja kita bersyukur media sosial telah menjadi terobosan luar biasa di mana informasi begitu terbuka dan bahkan menyentuh ke berbagai lapisan. Namun tentu saja sebuah perubahan selalu memiliki efek samping dan salah satunya adalah setiap orang bisa menggunakan berbagai media sosial untuk menyebarkan berita apapun termasuk berita hoaks.
Membendung dan mengatur berbagai berita yang muncul tentu tidak mungkin. Yang bisa dilakukan adalah diabuatnya aturan-aturan dalam soal informasi. Tapi lebih penting lagi adalah, bagaimana kita bisa membentuk masyarakat yang berdaya kritis dalam setiap informasi yang datang. Sehingga kita tidak menjadi korban dari berita hoaks tadi?
Sebuah buku menarik yang mengangkat masalah hoaks ini ditulis secara kroyokan berjudul: Hoaks dan Media Sosial: Saring Sebelum Sharing. Buku ini ditulis oleh beberapa penulis yaitu, Janner Simarmata Muhammad Iqbal Muhammad Said Hasibuan Tonni Limbong dan Wahyuddin Albra. Sementara buku ini diterbitkan oleh Yayasan Kita Menulis dengan tahun penulisan 2019.
Buku ini menjadi penting karena akan menolong setiap pembaca untuk meligat secara utuh mengenai hoaks itu sendiri. Dari pengertian, dan aspek-aspek yang berhubungan dengan berita yang berkembang dalam dunia tekhnologi informasi seperti sekarang ini dengan berbagai masukan penting. Dengan membaca buku ini kita akan disuguhi berbagai hal berhubungan dengan berbagai berita di media termasuk di dalamnya media sosial.Juga bagaimana kita sebagai bagian dari masyarakat informasi yang memiliki kebebasan berekpresi tapi juga ada aturan-aturan yang menjadi pagarnya.
Tapi lebih menariknya dari buku ini adalah bagaimana kita sebagai masyarakat tadi memiliki kebijakan dalam menerima informasi tadi sekaligus pelaku penyebar informasi. Berbagai tips dijelaskan supaya kita bisa bebas menyikapi sebuah berita khususnya ketika datang berita hoaks.
Intinya adalah, masyarakat perlu diedukasi supaya bisa menyaring berbagai berita dan sekaligus bersikap terhadap munculnya sebuah berita hoaks ini. Dengan mengerti berbagai ciri-cirinya sehingga masyarakat bukan hanya masyakat tidak jadi korban tapi juga tidak menjadi penyambung lidah hoaks tadi.
Dan kuncinya adalah perlunya literasi yang cukup untuk bisa menjadi penyaring adanya berbagai berita dan akhirnya tidak terjebak dengan hoaks. Semoga!
Komentar
Posting Komentar