Komunikasi Kita Sering Tidak Tepat Sasaran
Dalam kehidupan kita sering terjadi miskomunikasi (miscommunication) yaitu gagalnya dua orang atau lebih dalam berkomunikasi dengan tepat. Kegagalan komunikasi antarpribadi bisa dalam bentuk verbal maupun non verbal.
Komunikasi verbal adalah komunikasi lisan dalam bentuk kata-kata yang diucapkan secara langsung. Contohnya ketika kita bicara kepada orang tua. Sedangkan komunikasi nonverbal adalah sebaliknya yaitu komunikasi yang sering dilakukan secara tidak langsung, seperti menggunakan media Whatsapp, SMS dan seterusnya. Jadi dua cara komunikasi ini selalu kita lakukan setiap hari.
Tentu saja masing-masing komunikasi tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan. Karena masing-masing cara memiliki nois atau penghalang yang terkadang menjadi kendala pesan dari penyampai ke penerima sampai dengan sempurna.
Dalam kehidupan sehari-hari kita
memang tidak bisa terlepas dari apa yang disebut dengan komunikasi. Kalau kita
sedang menyetir mobil dan ketika melewati sebuah pasar yang sangat ramai
sehingga kita tidak bisa mempercepat laju mobil kita karena lalu lalang pembeli
dan penjual yang membludak di jalan. Sementara kita diburu waktu karena kita
akan terlambat masuk kantor, maka kita dengan tidak sabar menyembunyikan
klakson mobil kita.
Dengan menyembunyikan klakson itu kita sebenarnya sedang ingin berkomunikasi
dengan entah tukang becak atau pejalan kaki yang melintas di hadapan kita.
Artinya bermacam-macam. “Saya ingin Anda minggir sedikit.” Atau “Jangan
menyerobot ya,” kata kita kepada mobil yang memotong jalan mobil kita secara
tiba-tiba. Kalau saja orang yang kita ajak berkomunikasi itu paham akan
kesalahannya, tentu saja bisa jadi minggir sedikit. Tapi kalau orang yang
memotong jalan mobil kita itu tidak bisa terima dan sang supir langsung turun
dari mobilnya dan menanyakan, apa maksud dari bunyi klakson itu, maka itulah
komunikasi yang tidak tepat sasaran.
Namun dalam kenyataannya, komunikasi yang kita bangun setiap hari seringkali hanya sampai kepada peristiwa terjadinya komunikasi, namun komunikasi itu meleset. Tidak tepat sasaran. Ibaratnya seorang pemanah, seringkali anak panah yang ingin kita tuju melesat tidak tepat sasaran. Dalam beberapa waktu ini setidaknya ada dua komunikasi yang tidak tepat sasaran yang terjadi di jalan. Pertama, ketika ada seorang pengendara yang mendatangi pengendara lain.Bukan hanya mengumpat tapi juga memukul sebagai bentuk komunikasi yang digunakan, tapi juga dalam kasus lainnya lagi malah melakukan kekerasan di luar batas.
Betapa komunikasi yang digunakan oleh sebagian orang bukan hanya tidak mampu dengan ungkapan verbal, tapi lebih menyedihkan dengan cara non-verbal yaitu dengan fisik. Sangat menyedihkan. Nah, berhubungan dengan komunikasi ini, sebuah buku menarik yang ditulis oleh A. G. Lunandi berjudul: Komunikasi Mengena: Meningkatkan Efektivitas Komunikasi antar Pribadi. Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Kanisius, dengan tahun terbit 1995.
Kembali kepada makna komunikasi.
Cakupan komunikasi itu sendiri sangat luas dan buku yang akan kita lihat ini
lebih spesifik berbicara mengenai komunikasi antar pribadi dalam kehidupan
sehari-hari. Buku yang oleh penulisnya ini diusahakan supaya pembacanya
benar-benar bisa mengerti sehingga tidak menggunakan bahasa-bahasa komunikasi
yang ilmiah, isinya sangat praktis dan bisa dipelajari oleh siapa saja yang
ingin menciptakan komunikasi yang mengena dengan orang lain. Entah itu suami
dan istri, orang tua dan anak, atasan dan bawahan dan hubungan-hubungan lain
sesuai dengan konteks di mana kita berada.
Dalam kenyataan sering kali
komunikasi yang kita pakai dengan orang lain menghasilkan komunikasi yang tidak
efektif dan sering timbul apa yang disebut dengan komunikasi yang meleset
(mis-communication). Itu terjadi bila kita sebagai panyampai tidak puas dan
penerima juga tidak puas. Dan itulah yang sering menimbulkan persoalan di dalam
komunikasi kita, sehinga terjadilah pertengkaran, perselisihan, dan bahkan bisa
baku hantam.
Coba kita perhatikan contoh yang disampaikan oleh Lunandi:
Dudung pulang kerja, terlambat satu jam. Nunung, istrinya, sudah kesal menunggu
sambil khawatir kalau-kalau terjadi kecelakaan di lalu lintas Jakarta yang
padat semrawut pada jam-jam begini.
Nunung: Ke mana saja kau? Gini hari baru pulang.
Dudung: Jangan monyong gitu dong. Aku juga kesal, motor sialan itu…
Nunung: Motor lagi, motor lagi disalahkan. Masa motor sialnya tiap hari Sabtu.
Tentu kau……
Dudung: Jangan menyangka yang bukan-bukan. Kau selalu cemburu macam-macam saja.
Orang capek dorong-dorong motor, malah di…
Nunung: Ah, sudahlah. Ditanya biasa-biasa saja, nyalahkan aku monyong segala.
Dalam buku ini dijelaskan
berbagai pengaruh yang menentukan komunikasi yang dipakai oleh seseorang, dan
berbagai rintangan yang menghalangi terjadinya sebuah komunikasi bisa mengena,
dan juga pembaca dibimbing dengan berbagai latihan praktis yang bisa digunakan.
Posting Komentar
0 Komentar