Cinta Menurut Gibran


Tokoh kita yang satu ini adalah seorang introvert dan suka merenung, dan hasilnya adalah pola pikirnya dan kemudian ketika dituangkan dalam karya yang fenomenal. Salah satu karya terbesarnya mengenai cinta. Ya, cinta menurut Gibran. 

Rasa kesendiriannya itulah yang menjadikan ia tidak mudah terpengaruh oleh situasi dan kondisi yang berkembang di sekitarnya. Sehingga pikiran-pirannya sangat mandiri dan asli, dan tajam dalam menganalisa lingkungan sekitarnya.

"Saya memang benar-benar kagun dengan Gibran dan muatan-muatan filosofis dan mistis yang terpapar dalam karya-karyanya," kata Dr. Fahruddin Faiz dalam tulisan pengantar buku yang dikarangnya bertemakan Cinta.

Baginya, Gibran memiliki kelebihan tersendiri di mana karya-karyanya banyak diakui oleh dunia dan bahkan kita sudah biasa mendengar namanya sebagai orang yang melahirkan berbagai karya fenomenal. Dan salah satu karya yang sangat memukau bagi penulis buku yang akan saya ulas ini adalah bagaimana karya tentang cinta sangat memukai oleh rasa dan hasrat akan cinta. 

Tentu saja buku ini menjadi lebih hidup ketika ditulis oleh seorang penceramah dan dosen yang kala itu sedang menikmati indahnya cinta itu sendiri. Ia menulis, bagiku buku ini adalah kenangan, pencapaian dan pelajaran. Ia tersusun di tengah suasana jiwa yang berbunga, terpesona oleh keindahan rasa, dan hasrat akan cinta. "Maka sejatinya buku ini catatanku saat belajar tentang cinta, dan bukannya ceramah dan fatwaku tentang bagaimana rasa mencintai." Begitu mengutip catatan Dr. Fahruddin Faiz.

Nah, buku karya Dr. Fahruddin Faiz yang memfokuskan dengan karya Gibran ini sejatinya berisi tulisan yang ingin berusaha meggali cintaala seorang filosuf yang mengedepankan refleksi radikal dan mendalam.


Judul          : Dunia Cinta Filosofis Kahlil Gibran

Penulis       : Fahruddin Faiz

Penerbit      : MJS Press, Yogyakarta

Tahun         : Cetakan I! 2019

Halam         : xii = 132 halaman

Ketika menulis tentang cinta, Kahlil Gibran tentu dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia lahir dan besar serta pengalaman yang pernah dilalui hidupnya. Pengalaman cinta dengan keluarganya, negaranya dan bahkan cinta romantis pribadinya yang akhirnya menjadi gambaran menakjubkan yang ia tuangkan dalam tulisan-tulisan indah.

Menurut Gibran, cinta merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada manusia. Tuhanlah yang membekali manusia dalam menjalani kehidupannya. Makanya cinta merupakan fitrah manusia itu sendiri.

Berikutnya, cinta menurut Gibran, merupakan potensi yang diberikan Tuhan tadi dalam kehidupannya, makanya bila cinta itu tidak direalisasikan dalam kehidupannya, maka cinta yang jadi anugerah itu tal ada gunanya. Jadi keberadaan cinta harus berfungsi dan dinyatakan. Manusia itu harus mempraktekkan cinta itu, beraktifitas dalam cinta, bersama cinta, untuk dan karena cinta. Makanya, begitu tingginya kehadiran cinta dalam diri manusia itu sehingga ia sepatutnyalah menjadi dasar dalam semuaaktifitas dan kreatifitas manusia. Mengapa? Karena cinta menjadi daya hidup dan potensi yang menghidupkan.

Lalu bagaimana dengan cinta dan kebahagiaan? Manusia dalam menjalankan cinta tidak harus manusia itu otomatis mendapatkan kesenangan dan kebahagiaan. Bahkan, bisa jadi cinta itu malah bisa menimbulkan sakit dan penderitaan yang tanpa akhir. Jadi jangan lupa, bahwa harus diyakini bahwa cinta bisa membawa kepada kebersihan nurani dan memenuhi kebutuhan batin dan rohani.

Untuk diketahui bahwa Kahlil Gibran memiliki nama Gibran Kahlil Gibran yang dalam bahasa aslinya adalah Kahlil Jubran. Ia lhir di Libanon, 6 Januari 1883 di Kota Besharri. Ayahnya bernama Khalil Jubran, sedangkan ibunya bernama Kamila Rahme, putri seorang pendeta Kristen Maronit. Rupanya dari sang ibu inilah Gibran belajar banyak hal mengenai berbagai hal, karena Kamila Rahme rupanya mahir berbahasa Prancis, Inggris dan Arab.

Bagaimana nama Gibran yang nama di kampungnya atau negaranya adalah Jubran Khalil Jubran berubah menjadi Gibran? Itu terjadi ketika tahun 1895 Gibran dan ibunya terpaksa pindah ke Amerika Serikat tepatnya di South End, Boston, sebuah kawasan kumuh saat itu. Rupanya nama aslinya itu sulit disebut oleh mereka yang non Arab, akhirnya dipanggillah dengan nama Gibran.

Posting Komentar

0 Komentar