Waspadai Kekerasan Pada Anak Karena Semakin Mengkhawatirkan


Kekerasan pada anak patut mendapat perhatian orang tua karena pelakunya sering orang dekat yang tidak kita duka, sehingga perlu kewaspadaan tinggi supaya tidak menyesal nanti.

Kekerasan terhadap anak seharusnya menjadi perhatian bagi banyak pihak mengingat kejadiannya terus meningkat. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menerima laporan sebanyak 369 kasus kekerasan terhadap anak di lingkungan pendidikan yang diterimanya sepanjang tahun 2023 lalu. 

Sementara bentuk kekerasan terhadap anak bermacam-macam bentuk, dari masalah perundungan, kekerasan seksual, kekerasan fisik dan kekerasan psikis. Sementara Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mencatat ada 36 kasus kekerasan dalam katagori berat sepanjang Januari hingga September 2024. Dari 36 kasus tersebut diketahui ada 48 pelaku dan 144 korban anak dengan 7 di antaranya korban hingga meninggal.

Tapi dalam pemberitaan berbagai media mengenai kekerasan terhadap anak sering terjadi malah di tempat-tempat yang seharusnya tempat aman bagi anak untuk bisa tenang dan belajar serta mendapat perlindungan. Misalnya, di sekolah, terjadinya kekerasan bisa dilakukan oleh orang-orang terdekat yang sudah dikenal setiap hari sehingga tentu tidak akan mendatangkan kekhawatiran bagi siapapun yang ingin menyerahkan anak-anak oleh orang tuanya untuk belajar.

Lebih miris lagi malah kejadian kekerasan termasuk kekerasan seksual terjadi di tempat-tempat yang mengambil bendera agama, sehingga dianggap paling aman dan steril dari orang-orang jahat yang ingin melakukan kekerasan. Faktanya, beberapa kasus seperti kekerasan seksual malah dilakukan oleh ahli agama. 

Tapi, ngomong-ngomong, jaman dulu kita anak-anak sering ditakut-takuti dengan keberadaan orang asing yang akan mencelakakan kita, sehingga anak-anak diminta hati-hati bila keluar jauh di tempat-tempat yang sepi. Tapi, peringatan tersebut saat ini mungkin harus ditambah lagi narasinya, yaitu kita juga harus hati-hati terhadap siapapun termasuk dengan mereka yang sudah dikenal, ataupun orang-orang yang ada di dekat kita. Kewaspadaan harus selalu dimiliki, baik oleh anak itu sendiri, juga oleh orang tua.

Sebuah buku menarik yang sangat penting untuk dibaca oleh siapapun termasuk oleh orang tua, karena menurut Edna Buchanan seorang jurnalis dan penulis mengatakan, "Bisa jadi ini buku terpenting yang pernah Anda miliki."


Judul          : Stranger Danger: Strategi Melindungi Anak dari Penganiayaan, Penculikan, Pencabvlan, Pem3rkosaan, Pembvunuhan

Penulis       : Carol Soret Cope

Penerbit     : Apeiron Philotes

Tahun        : Yogyakarta, Cetakan pertama, Desember 2007

Tebal         : 155 halaman

Buku ini dibuka dengan halaman yang menceritakan berbagai kejadian berbagai kej4hatan s3ksual terhadap anak yang dilakukan oleh berbagai kalangan yang terjadi di Amerika Serikat. Tentu kita jangan langsung bertindak menjadi malaikat yang menuding negara tersebut banyak kasus model kejahatan tersebut. Karena di negeri inipun kejadian-kejadian serupa tak kalah banyak peristiwa kekerasan terhadap anak terjadi, dan bahkan peristiwanya malah terkadang di tempat-tempat yang tak terduga, di tempat di mana tempat pendidikan agama. Sekali lagi tidak semua.

Tapi kembali dengan kejadian-kejadian penganiayaan terhadap anak ini, di mana sulit menemukan statistik yang valid mengenai jumlah anak yang secara s3eksual teraniaya. Orang menyebut itu seperti gunung es. Menurut para pakar, tidak sedikit kejadian kejahatan tersebut tidak dilaporkan kepada pihak yang berwajib. Hanya sepertiga sampai setengah dari kejahatan nyata tersebut dilaporkan. Tentu tak perlu mendramatisir angkanya yang wah, tapi pakarperawatan dan penegakan hukum sepakat dengan satu hal: angka kej4hatan khususnya s3ks terhadap anakmeningkat secara dramatis.

Siapa pelakunya? Menrut psikolog, pemangsa s3ksual ini adalah oportunis yang siap menyerang siapapun yang mereka anggap lemah, anak-anak, mereka yang mengalami disabilitas. Sementara penganiyaan terhadap anak ini sering menyamar sebagai orang dekat, yang dikenal oleh anak, seperti pelatih, guru, ketua pramuka, ketua kelompok pemuda agama, bahkan kerabat. 

Mereka pelaku penganiayaan tersebut kebanyakan memiliki kecakapan sosial, intelektual, dianggap penting, dan punya tekhnik yang baik dalam pendekatan, dan bahkan canggih untuk memangsa korbannya. Mereka pemangsa tersebut pandai menggoda, memahami anak-anak, pintar bergaul dengan usia anak-anak. Bahkan cara memangsanya bisa juga dengan penyediaan pancingan di rumahnya, yang sifatnya menarik minat anak-anak untuk betah di rumahnya.

Ingat, pemangsa anak-anak tersebut bisa jadi orang dekat, tapi tidak menutup kemungkinan orang yang jauh dalam arti dia akan mencari mangsa yang ditemui, baik secara sengaka maupun tidak sengaja.

Karena itu, sebagai orang tua sudah sepatutnya mewaspadai situasi ini, supaya kita tidak menyesal dengan anak-anak kita. Bukan bermaksud untuk menakut-nakuti, tetapi tentu saja sebelum kita menyerahkan anak-anak kita kepada siapapun, seperti pribadi atau lembaga, bekerjalah sungguh-sungguh untuk membuat analisa, penelitian tempat di mana kita akan menitipkan anak untuk mencari ilmu. Galilah sebanyak mungkin informasi yang ada melalui internet maupun orang-orang yang bisa dipercaya, supaya kita benar-benar tahu, kepada siapa anak-anak kita akan diserahkan.

Bacalah buku ini!

Komentar

Postingan Populer