Perceraian, Statusnya Tidak Pernah Jelas di Mata Umat
Dalam tradisi Kristen perceraian antara suami-isteri dalam pernikahan tidak pernah dilegalkan. Itu menjadi ajaran turun-temurun. Dalil, "apa yang sudah dipersatukan Tuhan tidak boleh diceraikan oleh manusia" (Matius 19:6) tidak bisa digugat kembali.
Ketika sebuah perceraian terjadi di antara orang non Kristen, tidak sedikit orang Kristen yang memberikan penilaian subyektif yang menganggap ajaran Kristen begitu luhurnya yang tidak pernah memberi ruang terjadinya sebuah perceraian. Ajaran Kristus dijadikan senjata betapa memang perceraian itu seharusnya tidak dilakukan oleh orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus yang memiliki ajaran tersebut.
Namun ketika diperhadapkan kepada fakta bahwa tidak sedikit orang Kristen sendiri yang jelas-jelas menabrak dan melabrak ajaran tersebut, maka perceraian akhirnya dikaji ulang dan menjadi sebuah situasi yang perlu mendapat perhatian. Apalagi kalau sebuah perceraian diikuti oleh pernikahan kembali, maka semakin bingung kita melihat status perceraian itu sendiri bagi umat Kristen.
Kira-kira pergumulan seperti di atas yang dialami oleh Charles R. Swindoll yang terkenal dengan Insight for Living nya itu, ketika dia diperhadapkan dengan keberadaan status perceraian. dari tulisan awalnya Swindoll seperti kebingungan ingin berada di pihak mana ia bersikap. Alkitab jelas-jelas menolak perceraian dan menikah kembali, tapi dalam kenyataan kasus-kasus perceraian di antara umat Kristen sendiri sering terjadi.
Judul Buku : Perceraian
Penulis : Charless R. Swindoll
Penerbit : PT. BPK Gunung Mulia
Tahun : Jakarta, 1997
Penulis : Charless R. Swindoll
Penerbit : PT. BPK Gunung Mulia
Tahun : Jakarta, 1997
Dan bukan hanya itu, perceraian diikuti oleh menikah lagi dengan orang lain tentunya. Makanya Swindoll menganggap bahwa para teolog tidak satu pendapat ketika memandang sebuah perceraian ini. Makanya buku yang ditulis Swindoll ini menurutnya ditulis dengan penuh kehati-hatian dengan benar-benar ingin mengungkapkan dengan cermat, dengan jelas-sejelas-jelasnya, seringkas-ringkasnya.
Sebaliknya Swindoll juga berharap kepada pembacanya supaya membaca buku ini dengan penuh hati-hati agar tidak salah paham. Maklum saja buku kecil ini bagaimanapun pada akhirnya isinya akan bisa menimbulkan salah tafsir, salah mengerti bagi pembacanya.
Makanya Swindoll benar-benar mengingatkan bahwa bisa saja orang yang membaca buku ini salah menafsirkan apa yang disampaikan. Dan bila ada orang yang tidak setuju itu adalah satu perkara, namun salah menafsirkan itu soal lain lagi. Itulah gambaran betapa Swindoll sendiri merasa was-was ketika menyampaikan masalah perceraian ini. Tapi di lain pihak penulis buku laris Seri Tokoh Alkitab ini perlu menyampaikan secara gamblang apa yang diungkap oleh alkitab sendiri dan tentu kehendak Allah bagi rumah tangga.
Makanya Swindoll benar-benar mengingatkan bahwa bisa saja orang yang membaca buku ini salah menafsirkan apa yang disampaikan. Dan bila ada orang yang tidak setuju itu adalah satu perkara, namun salah menafsirkan itu soal lain lagi. Itulah gambaran betapa Swindoll sendiri merasa was-was ketika menyampaikan masalah perceraian ini. Tapi di lain pihak penulis buku laris Seri Tokoh Alkitab ini perlu menyampaikan secara gamblang apa yang diungkap oleh alkitab sendiri dan tentu kehendak Allah bagi rumah tangga.
Jadi tidak tahu bagi Anda, apakah perceraian itu statusnya sudah jelas atau kita masih mau menggugatnya menjadi tidak jelas? Kitalah yang bisa melihatnya.
Komentar
Posting Komentar