Mental Budak: Ciri Utama Suka Berbohong: Ulasan Buku Bohong di Dunia Karya Hamka
Buku Bohong di Dunia karya Prof. Dr. Hamka sudah lama menjadi bacaan yang membekas dalam ingatan saya sejak masa kuliah. Meski fisik buku yang lama sudah lusuh, isinya tetap relevan dan terasa menggema ketika dihadapkan pada realitas kehidupan, di mana kebohongan sering terjadi — baik disadari maupun tidak. Beruntung, Penerbit Gema Insani, Jakarta, menerbitkan ulang buku ini pada tahun 2017, sehingga saya bisa kembali menyelami pemikiran Hamka dengan tampilan buku yang lebih segar tanpa mengubah substansi judul aslinya.
Dalam pendahuluan buku setebal 123 halaman plus xii ini, Hamka dengan tegas menyatakan bahwa kebiasaan berbohong adalah salah satu bukti nyata dari jiwa yang masih bermental budak. Ia menekankan bahwa seseorang yang memelihara kebohongan, mengingkari janji, dan lari dari tanggung jawab atas kesalahan yang dibuat, sedang mempertontonkan karakter seorang hamba yang belum merdeka. Sebaliknya, kejujuran dan keberanian untuk membela kebenaran menjadi ciri kuat dari jiwa yang merdeka.
Analisis: Mengapa Bohong Mencerminkan Mental Budak?
Hamka tidak sekadar berbicara mengenai kebohongan sebagai dosa moral, tetapi lebih dalam: ia membedah bagaimana kebohongan menjadi manifestasi dari keterjajahan batin. Seorang yang suka berbohong tidak memiliki keberanian untuk menghadapi kenyataan dan memilih untuk berlindung di balik kepalsuan — sebuah tindakan yang memperlihatkan ketidakbebasan sejati dalam dirinya. Ini berbeda dengan manusia merdeka, yang memiliki integritas untuk mengakui kesalahan dan memperjuangkan kebenaran, apapun risikonya.
Hamka juga menguraikan berbagai bentuk kebohongan dalam kehidupan sehari-hari — mulai dari kebohongan kecil, kebohongan politik, kebohongan dalam bisnis, hingga kebohongan dalam hubungan sosial. Buku ini memperlihatkan bahwa kebohongan tidak hanya satu warna, melainkan memiliki banyak wajah yang kerap terselubung dan sulit dikenali jika seseorang tidak awas terhadap dirinya sendiri.
Relevansi Buku Bohong di Dunia Hingga Hari Ini
Meskipun pertama kali diterbitkan pada tahun 1949, isi buku ini tetap terasa sangat aktual. Di era digital saat ini, di mana informasi bisa dipelintir, fakta dipermainkan, dan kebenaran kerap dikaburkan, nasihat Hamka tentang pentingnya memelihara kejujuran menjadi semakin relevan. Buku ini mengajak pembacanya untuk melakukan introspeksi: apakah dalam tindakan kecil maupun besar, kita sudah membangun karakter sebagai manusia merdeka?
Membaca Bohong di Dunia bukan sekadar memahami konsekuensi moral dari berbohong, tetapi juga tentang membangun sebuah jiwa yang berdaulat, berani mempertahankan integritas dalam dunia yang sering mendorong kita untuk memilih jalan pintas.

Buku ini akan terasa komplit karena ketika penulis berbicara mengenai bohong, dengan melihat bahwa kebohongan itu sendiri sudah menjadi banyak perhatian bagi banyak kalangan, baik dari analisa agama, filsafat, dan kajian ilmu jiwa. Dr. Hamka ketika membidik masalah bohong dari sikap agama terhadap kebohongan ini dengan melihat dari tiga agama besar (Samawi) yaitu Yahudi, Nasrani dan Islam yang sebenarnya berasal dari satu rumpun, yaitu agama yang mengakui adanya SATU Tuhan.
Sementara dari segi ilmu jiwa Buya Hamka juga membahas secara praktis pengaruh apa yang menjadikan seseorang itu bertumbuh menjadi pembohong. Sementara dari segi kajian ilmu filsafat, Buya Hamka menelusuri pendapat-pendapat pafa filosuf mengenai bohong ini. Tapi lebih menarik buku ini karena dari sinilah kita bisa melihat berbagai karakter manusia dengan masalah kebohongan. Akan menjadi nyata ketika kita melihat, bahkan melakukan serta berinteraksi dengan orang lain yang bila kebetulan kita lagi membohongi orang lain, atau kita dibohongi pihak lain.
Tapi tentu saja, yang paling penting supaya buku ini menjadi bermanfaat bagi kita adalah bagaimana kita berjuang untuk menjadi pejuang-pejuang kejujuran, pejuang-pejuang mental yang kokoh bila suasana mendukung kita untuk berbohong, kita bisa menjadi orang yang bertahan untuk tetap pada jalan yang benar, dan membuang semua kebohongan.
Posting Komentar