Agama Mahatma Gandhi
Ketika Mahatma Gandhi membaca Kitab Perjanjian Baru ia sangat terkesan dan merasa bersemangat. Secara khusus ketika sampai pada Injil Matius 5:39-40. Ia tertarik untuk mempelajari dan merenungkan. Berbeda ketika membaca Perjanjian Lama, semangatnya hilang karena sulit untuk dimengerti.
Ternyata tokoh India yang hebat ini pernah bersinggungan dengan kekristenan dan bahkan ajaran Kristen pernah mempengaruhi pandangan-pandangannya. Nilai-nilai yang ditangkap dari ajaran Kristus khususnya sebenarnya menjadikan Gandhi bergitu menghormati tokoh Yesus. Namun secara obyektif juga ia melakukan kritik dengan kekristenan dalam kehidupan nyatanya.
Perkenalan Mahatma Gandhi dengan kekristenan itu terjadi ketika dirinya menuntut ilmu hukum di Inggris. Dari situ dia berkenalan dengan banyak orang Kristen. Mengenai figur Yesus Kristus, dirinya sangat menghormatiNya. Penilaiannya tentang tokoh yang disanjung oleh orang-orang Kristen itu adalah sabar, pemaaf, lembut, ramah dan penuh cinta kasih.
Ketika Mahatma Gandhi tinggal di Afrika Selatan sebagai seorang pengacara tahun 1893-1915 ia sangat menikmati persahabatan yang erat dengan banyak orang Kristen. Bahkan orang-orang Kristen itu sering mengundangnya ke persekutuan-persekutuan doa. Dan pada saat di Afrika Selatan itu pula Gandhi sangat terkesima dengan uraian penulis Kristen terkenal dari Rusia yaitu Leo Tolstoy mengenai cinta damai yang dihubungkan dengan kaum miskin. Melalui karya Tolstoy tersebut Gandhi menangkap pesan yang sangat kuat sekali mengenai hukum cinta kasih dengan pengertian penolakan absolut atas tindakan kekerasan dalam segala bentuk.
Sebuah buku menarik untuk dibahas mengenai perjalanan kehidupan keyakinan Mahatma Gandhi yang tertuang dalam buku
Judul : Gandhi on Christianity.
Penulis : Robert Ellsberg (ed.)
Penerjemah: Lovie Lenny Pristiani & Agung Gunansyah.
Penerbit : PT. LKiS, Pelangi Aksara
Tahun : Yogyakarta tahun 2004.
Sebagai agama misi, kekristenan selalu memiliki gairah untuk menyampaikan ajarannya kepada semua orang. Termasuk bagaimana bisa "memenangkan" Mahatma Gandhi untuk bisa ditarik menjadi seorang Kristen. Peluang untuk membawa orang besar dari India tersebut sebenarnya terbuka lebar karena faktor interaksi yang mudah. Apalagi Mahatma Gandhi berada di luar wilayah lingkungannya. Sehingga orang-orang Kristen ketika itu bisa mendekati Gandhi dengan bebas dan menjadi jalan untuk menjelaskan bagaimana kekristenan itu bisa diterima oleh tokoh luar biasa ini.
Dalam cover belakang buku ini disebutkan, Gandhi selalu dibujuk untuk masuk Kristen, namun ia tetap teguh dengan 'keimanan' Hindu yang telah dipeuknya sejak lahir. Inilah yang menjadi gambaran buku apik ini yang layak untuk dibaca.
Bukan hanya berisi bagaimana proses pertemuan
Gandhi dengan kekristenan, tapi lebih dari itu bagaimana ia memasuki pergumulan
batin untuk mencari Tuhan yang dirasa nyaman untuk dipeluknya. Kenyamanan tentu
tidak berhubungan dengan klaim kebenaran tertentu, tapi ha tersebut berhubungan
dengan banyak aspek yang boleh dibilang rumit.
Penulis ingin melihat secara netral bagaimana seorang Gandhi yang dicatat dalam buku ini, digambarkan sebagai orang yang sebenarnya banyak bersinggungan dengan kekristenan dan bahkan ia sering mendalami Alkitab, mengikuti persekutuan Kristen, sampai-sampai muncul kritikan tajam terhadapnya yang disebut sebagai “seorang Kristen sembunyi-sembunyi."
Ia sendiri terkesima dengan Matius 5:39-40.“Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu.”
Walaupun sampai akhir hayatnya ia menjadi penganut
setia agama yang sejak kecil diikutinya yaitu Hindu. Mengapa?
Mahatma Gandhi sendiri sebenarnya tidak asing lagi dengan kekristenan sejak kecil. Persoalannya pemahaman tentang kekristenan yang dimiliki Mahatma Gandhi ketika anak-anak rupanya punya kesan yang buruk. Penyebabnya adalah ia menyaksikan orang-orang India yang menjadi Kristen diharuskan meninggalkan kebudayaan mereka dengan menerima “daging dan minuman keras”. Daging tentu saja menjadi pantangan di kaumnya, dan kemudian minuman keras yang dimaksud adalah anggur.
Gandhi on Christianity memberikan gambaran yang jelas tentang bagaimana Gandhi mengintegrasikan ajaran-ajaran Kristus dengan nilai-nilai spiritualnya sendiri dalam Hindu. Buku ini bukan hanya sebuah refleksi pribadi Gandhi tentang kekristenan, tetapi juga kritik terhadap praktik agama yang terlalu formal dan materialistik. Bagi Gandhi, ajaran Yesus tentang cinta kasih, non-kekerasan, dan pengampunan sangat relevan dengan prinsip-prinsip yang ia anut dalam hidupnya. Buku ini juga menggambarkan bagaimana Gandhi melihat agama sebagai alat untuk membangun perdamaian dan kedamaian dunia, bukan sebagai sarana untuk memecah belah umat manusia.
Komentar
Posting Komentar