Arti Melayani yang Sebenarnya
Melayani menjadi bagian dari kekristenan. Melayani adalah melakukan suatu kegiatan untuk kepentingan orang lain. Banyak ayat-ayat Alkitab yang berbicara mengenai melayani ini. Kenaikan Isa Al-Masih atau Yesus Kristus juga dalam rangka menyiapkan tempat bagi umatNya. Tapi juga seluruh kehidupan Yesus Kristus menampilkan pelayanan bagi manusia.
Melayani sebuah kata yang agung
yang sekarang ini sedang digalakkan dalam kehidupan gereja dan bahkan merambah
dalam kehidupan perusahaan-perusahaan sebagai cara untuk kemajuan.
Kedengarannya sangat mudah, enak untuk didengar. Tapi bagaimana dengan praktek
nyatanya?
Membaca buku Improving Your Serve: The Art of Unselfish Living hasil karya
Charles R. Swindoll ini membutuhkan sebuah keberanian dan jiwa besar. Karena
dengan membaca ini kita merasa ditelanjangi segala tindak-tanduk kita yang
berhubungan dengan sikap kit adi dalam melayani. Ketika membaca
buku ini penulis merasa tidak tahan untuk berterima kasih kepada penerbit dengan
mengirimkan e-mail kepada pihak CV. PIONIR JAYA yang telah menerjemahkan buku
ini ke dalam bahasa Indonesia. Walaupun tanpa ada balasan.
Titik berangkat dari buku ini dimulai dengan kehadiran Yesus sebagai pelayan di mana Charles R. Swindoll mengambil ayat terkenal mengenai pelayanan dari Markus 10:45. “…..Karena Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”
Penjelasan dari ayat ini bahwa Yesus datang ke dunia untuk melayani dan untuk memberi. Bukan untuk melayani. Bukan untuk menjadi pusat perhatian. Bukan pula untuk mencari nama atau menarik perhatian ataupun menjadi sukses, terkenal, berkuasa bahkan tidak pula untuk menjadi idola. Hemm, luar biasa. Itulah makna yang sebenarnya dari melayani.
Buku menarik berhubungan dengan melayani ini berjudul: Improving Your Serve: The Art of Unselfish Living. Penulis: Charles R. Swindoll. Penerbit: CV. PIONIR JAYA, Bandung. Tahun terbit October 2005. Penerjemah: Siu Ling S. Gunadi.
Tentu saja makna tersebut bertolak belakang dengan sistim kebalikan yaitu INGIN DILAYANI. Kalau kita mau membandingkan dengan sistim kekuasaan dunia di mana yang terjadi kebalikan dari penjelasan di atas. Itu kan Yesus yang memang datang untuk melayani? Bisa jadi pertanyaan tersebut muncul.
Tetapi tentu saja jawaban dari pertanyaan tersebut pernah disampaikan oleh Yesus dengan mengatakan, “Kamu tahu, bahwa pemerintah-pemerintah bangsa-bangsa memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan pembesar-pembesar menjalankan kuasanya dengan keras atas mereka. Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu, dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu;…”
Menanggapi ayat tersebut Charles R. Swindoll menjelaskan, tidak banyak terlihat mentalitas seorang pelayan di dalam gereja-gereja seperti itu. Bahkan di dalam kehidupan bergereja kita, kita cenderung terlalu sibuk dalam perlombaan untuk kesuksesan dan untuk memperbesar gereja kita sampai-sampai kita lupa akan panggilan utama kita sebagai pengikut-pengikut Kristus. Swindoll memperingatkan, jangan sampai mentalitas yang ada dalam Diotrefes yang disebut dalam 3 Yohanes 1:9-10 di mana ia ingin menjadi “bos gereja” merasuk orang-orang yang melayani di gereja.
Keegoisan kita begitu bertumbuh di dalam kehidupan kita untuk mencapai apa yang disebut dengan kesuksesan yang di dalamnya ada kalimat sakti yang sering muncul adalah “Kita ingin menjadi seorang pemenang.” Akibatnya kita mengaburkan antara makna melayani dengan pencapaian kesuksesan yang sering didengung-dengungkan oleh dunia.
Charles R. Swindoll menyitir dari Executive’s Digest mengenai formula kesuksesan dalam masyarakat umum itu demikian, bekerja lebih banyak, terus maju, jangan biarkan apapun yang menghalangi pencarian Anda – baik itu perkawinan atau keluarga Anda, ataupun keyakinan atau hati nurani, tidak pula kesehatan atau teman-teman. Sementara bergerak terus menuju puncak, jadilah orang yang agresif, dan kalau perlu kejam. Anda harus cerdik, licik dan licin jika kesuksesan menjadi agenda utama Anda.
Makanya saya menyebutkan bahwa untuk membaca buku ini memerlukan keberanian dan jiwa besar untuk mengakui bahwa kita sebenarnya menjadi orang yang belum sempurna untuk menjadi pelayan dan bisa terus-menerus belajar dari Tuhan Yesus yang telah memberi contoh yang baik untuk ditiru dan mempraktekkan di dalam kehidupan sehari-hari.
Komentar
Posting Komentar