Mengampuni itu Bukan Sebatas Isu
Orang bertanya, seperti apa doa mengampuni orang lain itu? Persoalannya mengampuni itu bukan sebatas doa. Walaupun mengampuni itu perintah Tuhan, tapi mengampuni adalah hal yang sulit dilakukan.
Mengampuni menurut firman Tuhan sudah jelas, tapi tidak jelasnya adalah bagaimana kita bisa mempraktekkan dalam keseharian kita. Makanya mengampuni bukan sebatas kita tahu firman Tuhan, bukan sebatas kita mendoakan sebagai tanda mengampuni. Tapi lebih dari itu mengampuni itu suatu tindakan nyata.
Bagi pembicara atau pengkhotbah,
atau penceramah apapun ketika memasuki tema pengampunan, itu ibaratnya sebuah
ujian dan tuntutan. Ujiannya adalah, apakah yang disampaikan itu akan
dilaksanakannya. Di sinilah ada tuntutan lebih, apakah yang saya ceramahkan ini
jelas-jelas dilakukan oleh si aku?
Membutuhkan sebuah keberanian yang lebih untuk membahas dan mengangkat tema
mengenai pengampunan dalam sebuah seminar, maupun diskusi keluarga maupun
menyampaikannya melalui mimbar. Soalnya kalau kita berani mengangkat tema ini
maka jika tidak memiliki komitmen untuk melakukannya dalam kehidupan
sehari-hari, maka pengampunan itu hanya manis dalam konsep, tapi kosong dalam
kenyataan.
Kalau kita berbicara mengenai pengampunan Tuhan di dalam kehidupan kita, atas dosa-dosa kita, semua orang sangat jago dengan argumen teologis yang sangat fasih dan tepat dalam pengambilan dalil-dalilnya. Lengkap dengan ayat dan pasal serta kitabnya mengenai persoalan ini. Tapi ketika sampai kepada tuntutan aplikasi praktis dalam kehidupan kita untuk mengampuni orang lain yang tidak sejalan dengan kita, yang pernah menyakiti hati kita, yang pernah menyinggung keyakinan kita, maka mulailah kita menghindar. Oleh karena apa? Karena kehidupan praktis soal pengampunan ini seperti tadi, manis dimulut, pahit dalam kehidupan nyata.
Memaafkan itu Akan Menyembuhkan
Sebuah buku mengenai pengampunan ini berjudul: Mengampuni …Mu’jizat Terakhir (Forgivenes…The Ultimate Miracle) Penulis: Paul J. Meyer, Penerjemah : Yahya Kristiyanto. Penerbit : Nafiri Gabriel, tahun terbitan 2007.
Nah, buku karya penulis yang tidak asing lagi bagi kita di mana karya-karya bukunya menempati rengking bestseller versi New York Times yaitu Paul J. Meyer ini berjudul Mengampuni …Mu’jizat Terakhir ini patut dibaca. Soalnya buku ini ditulis berangkat dari pengalaman hidup praktis. Sebuah buku yang terbalik dari buku-buku kebanyakan dalam membicarakan pengampunan yang sering dari rentetan ayat-ayat mengenai pengampunan, maka, buku ini berangkat dari pengalaman.
Seperti diceritakan oleh Meyer, bahwa ia menyaksikan bagaimana ibunya sendiri yang telah memberi inspirasi bagaimana praktek pengampunan itu telah menjadi pegangan hidup sang ibu di dalam menghadapi sikap suaminya yang sering menyakiti hatinya.
Menurut Mengampuni Paul J. Meyer,
ibunya itu mau mengampuni suaminya yang adalah ayahnya sendiri itu karena ia
ingin melakukannya. Keputusan hidupnya adalah ibunya lebih memilih sikap untuk
hidup mengampuni ketimbang tidak mengampuni.
Kemudian dalam buku ini Paul J. Meyer memberikan langkah-langkah praktis yang
mudah untuk dimengerti. Dan tanpa menggurui Paul J. Meyer mau menuntun kita
selangkah demi selangkah untuk bertindak mengampuni. Dengan demikian maka tentu
saja kita angkat topi dengan Paul J. Meyer yang telah menulis buku yang sangat
menolong siapa saja yang mau
Tidak ada komentar