Buku Careta Saratos Empa'
Buku Careta Saratos Empa' memiliki sejarah panjang yang ditulis sebelum abad 20 lalu. Ditulis dalam bahasa Madura kuno oleh missonaris. Isinya berkisah mengenai cerita-cerita dari Alkitab. Tidak diketahui penulis pastinya. Bagi yang ingin mempelajari bahasa Madura dengan ejaan lama buku ini bisa menjadi alternatif.
Isi dari buku ini sendiri memuat berbagai kisah yang diserap dari Alkitab bagian Kitab Perjanjian Lama sampai Kitab Perjanjian Baru. Memang tidak semua kisah-kisah Alkitab dimuat di buku ini. Hanya beberapa kisah pilihan yang sudah tidak asing lagi dengan cerita-cerita yang biasa didengar di masyarakat.
Untuk menyebutkan sebagian saja yang ditulis dalam buku Careta Saratos Empa' ini seperti kisah penciptaan dunia, cerita Adam dan Hawa, Kain dan Habil, Kisah Nuh dan seterusnya. Sementara untuk bagian dari Perjanjian Lama kisah kehidupan Isa Almasih atau Yesus Kristus juga dimuat dan juga perjalanan Paulus.
Kalau melihat bentuk buku yang ada di tangan redaksi idebuku.com ini, kemungkinan besar buku ini dicetak ulang karena sudah menggunakan jenis kertas HVS. Hanya saja penerbitnya adalah Jalan Rahmat, Jakarta tanpa menyebut tahun penerbitan. Selebihnya tidak ada informasi lain yang bisa didapatkan dari penerbitan buku bersampul merah ini.
Mencoba menelusuri buku ini dengan mencoba mencari jejaknya di google sangat sedikit informasi yang bisa diperoleh mengenai buku ini. Tapi sebuah artikel yang ditulis oleh dalam halaman sejarah.co memberikan informasi sedikit mengenai latar belakang buku ini. Judul Artikelnya adalah Jembatan ke Madura di mana artikel tersebut berkisah mengenai sejarah panjang penginjilan di antara orang-orang Madura pada jaman penjajahan Belanda.
Walaupun artikel tersebut tidak bercerita secara khusus mengenai buku ini, tapi dari perjalanan panjangan sejarah penginjilan oleh beberapa orang terhadap orang-orang Madura baik di Pulau Madura maupun di Jawa Timur sedikit disinggung mengenai buku Careta Saratos Empa' ini. Dikisahkan bahwa beberapa orang yang berusaha memperkenalkan Injil kepada orang-orang Madura tersebut dibarengi dengan usaha untuk menterjemahkan Alkitab ke dalam Bahasa Madura selalu mengalami kegagalan.
Dimulai adanya seorang keturunan orang Madura yang tinggal di Jawa yaitu Surabaya pada pertengahan abad 19 bernama Tosari menjadi orang Kristen. Tepatnya tahun 1843. Setelah menjadi Kristen Tosari rupanya ingin memperkenalkan kekristenan tersebut kepada orang-orang sesukunya di daerah asalnya. Namun ia mendapat penolakan dan akhirnya ia kembali ke Pulau Jawa dan menyampaikan kesaksiannya di antara orang-orang Jawa di Surabaya. Rupanya kalau di Madura ia gagal, tapi sebaliknya di antara orang-orang Jawa banyak yang menerimanya dan bahkan ia menjadi tokoh penting berdirinya gereja Jawa dan ia mendapat tambahan nama Kyai Paulus Tosari.
Sejaman dengan kehidupan Paulus Tosari tersebut ada seorangutusan misi bernama Samuel Harthoorn dari Belanda. Karena ia berselisih paham dengan rekan-rekannya akhirnya Samuel Harthoorn kembali ke negara asalnya dan menikah. Setelah ia menikah ia beserta istrinya kembali ke Nusantara secara mandiri dalam arti tidak diutus oleh badan misi saat itu.
Karena ia bekerja secara mandiri maka ia bebas menentukan di mana ia akan tinggal dan ia memilih Daerah Pamekasan, Pulau Madura bagian timur. Namun naas baginya tahun 1868 Samuel Harthoorn meninggalkan Pulau Madura setelah rumahnya dikepung masa dan istrinya menjadi korban. Akhirnya Samuel Harthoorn yang menjadi duda tersebut pulang kembali ke negaranya tentu dengan kesedihan mendalam.
Rupanya seorang pendeta muda yang baru menyelesaikan studinya dan bahkan sudah mencapai doktor bernama J. P. Esser tahun 1880 tertarik untuk membuka pelayanan di antara orang-orang Madura. J. P. Esser juga menekuni bahasa Madura dan berniat untuk memasuki Pulau Madura. Tapi niatnya itu tidak berhasil. Dengan berat hati Esser pergi ke Daerah Bondowoso, dan wilayah Sumberpakem, Jember Jawa Timur dan menetap di sana.
Rupanya Dr. J. P. Esser ini juga berusaha untuk menterjemahkan Alkitab ke dalam Bahasa Madura dan pada tahun 1886 ia berhasil menterjemahkan seluruh Kitab Perjanjian Baru ke dalam Bahasa Madura. Kemudian Dr. Esser ingin mengambil cuti ke Belanda dan ingin menerbitkan karya terjemahannya tersebut. Tapi sayang niatnya tersebut tidak kesampaian karena ia keburu meninggal dalam umur 37 tahun. Mirisnya, sebagian terjemahannya itu malah hilang.
Sepeninggal J. P. Esser kemudian muncul seorang pendeta muda bernama Van Der Spiegel yang merasa terharu mendengar kisah yang dialami Dr. Esser dan akhirnya Speagel ingin melanjutkan apa yang sudah dirintis oleh Dr. Esser. Usaha Van der Spiegel meneruskan rintisan menerjemahan tersebut dilanjutkan. Dengan cara mengunjungi Pulau Madura untuk memuluskan penerjemahan Alkitab tersebut supaya bisa diterbitkan. Setelah tahun 1903 Van der Speagel pulang ke negaranya untuk rencana menerbitkannya.
Lagi-lagi hambatan untuk menerbitkan tersebut mendapat tantangan karena didengarnya kabar kalau tempat pelayanan di Bondowoso dan Jember yang selama ini dilayani mengalami musibah. Terjadi pembakaran oleh masyarakat saat itu. Kemungkinan besar hal tersebut sedikit banyak mempengaruhi penerbitan Alkitab terjemahan Bahasa Madura tersebut dan hanya berhasil menerbitkan 2 Kitab Injil saja dan sebuah buku Careta Saratos Empa' ini.
Posting Komentar
0 Komentar