Rasul Simon Petrus Batu Karang yang Rapuh


Rasul Petrus, yang dipilih oleh Yesus sebagai kepercayaanNya, menjadi fondasi bagi gereja yang didirikan atas namanya. Ia diberi nama baru yang artinya Batu Karang, tapi rapuh.
 
Meski ia beberapa kali berkonflik emosional dengan Yesus, seperti saat Yesus menegurnya keras, memanggilnya "Satan" karena pandangan Petrus terhadap penderitaan yang tidak perlu dihadapi oleh gurunya.

Petrus, yang selalu responsif terhadap situasi, seringkali menjadi orang pertama yang merespon ajaran gurunya. Sebagai contoh, ketika Yesus meramalkan kematiannya di Yerusalem, Petrus dengan tegas menyatakan kesetiaannya. Namun, pada saat penangkapan Yesus, semua janji Petrus hanya menjadi kata-kata kosong. Dia menyangkal Yesus, gurunya yang sangat dicintainya, bahkan di depan seseorang yang tidak menimbulkan ancaman, ia tidak mau mengakui gurunya tersebut.
 
Tapi bukan hanya ketika Petrus bersama-sama dengan Yesus saja persoalan dengan umat Tuhan lain terjadi. Rasul lain yaitu Paulus, seorang yang bukan sejak awal mengikuti Yesus, menulis tentang Petrus ini dengan menyebut bahwa Petrus telah melakukan kesalahan. Ia menulis dalam Galatia 2:11 dengan tegas menyebut, "sebab ia salah." Menurut penilaiannya Paulus, Petrus bersikap lebih menyenangkan manusia ketimbang menyenangkan Tuhan.

Namun, apa pelajaran yang dapat kita ambil dari kehidupan Rasul Simon Petrus? Sikapnya yang otentik dan tidak menyembunyikan kelemahannya membuatnya terlihat oleh orang lain. Dia tidak berpura-pura atau munafik; dia menunjukkan sifat aslinya. Ketika orang lain menegur kelemahannya, Petrus berusaha memperbaiki diri. Dia merasa menyesal dan bersedia bertobat.

Ingatkah kita pada peristiwa setelah penyangkalan Yesus, ketika Dia dan murid-murid lainnya dikunjungi oleh Yesus? Secara khusus, Yesus menangani Petrus dengan beberapa pertanyaan yang diikuti dengan penegasan, "Apakah engkau mengasihi Aku?" Seperti yang dikisahkan oleh Yohanes 21:15-19.

Sebuah buku yang menulis khusus tentang Petrus dengan segala kelemahannya tapi di balik itu ada pelajaran besar bagi siapapun untuk menjadi seorang murid yang benar-benar dipakai oleh Tuhan untuk pelayananNya. Buku ditulis oleh seorang penggubah lagu dan musisi bernama Michael Card.
Judul       : A Fregile Stone: Batu Karang yang Rapuh
Penulis    : Michael Card
Penerbit  : Yayasan Kalam Hidup
Tahun      : Bandung, Cetakan Pertama, November 2008
Halaman  : 224 Halaman

Buku ini membahas kehidupan Petrus secara mendalam, dan dari pendalaman itulah penulis menangkap pesan yang luar biasa dari kehidupan seorang Batu Karang. Kejujuran Petrus yang radikal dengan perasaan menyesal yang menusuk hatinya atas dosa yang telah dilakukannya mengajarkan kepada kita bahwa kita sebenarnya tidak berbeda dengan Petrus yang sering kali malah mengecewakan hati Tuhan. Tapi pelajaran yang penting adalah, Tuhan yang mengampuni semua kesalahan dan kelemahan Petrus diampuni olehNya.

Sebaliknya bagaimana kita tidak mengambil sikap berpura-pura mengaku sebagai orang yang berdosa dan mengaku-ngaku bahwa kita sudah diampuni, padahal tidak sesuai dengan faktanya, maka penampilan kita yang merasa hidup dengan kerohanian yang benar tapi sebenarnya semu. Kalaupun kita mengatakan bahwa kita berbahagia karena mengikuti Yesus, tapi bila tidak dilakukan dengan kebenaran, maka kebahagiaan tersebut juga semu.

Kalau Petrus punya sifat tidak sabaran, sembrono, keras kepala atau kita bisa menyebut kepala batu, mungkin kita juga punya sifat kelemahan tertentu yang bisa saja berbeda dengan Petrus, tapi kelemahan-kelemahan tersebut bisa mengancam kita, maka cara yang digunakan Petrus seharusnya juga dilakukan oleh kita. Petrus memohon kepada Yesus Gurunya yang sangat mengasihi dia itu dengan berkata, "Tuhan, pergilah dari padaku, karena aku ini orang berdosa. Itulah kehancuran hati Petrus yang patut kita lakukan di mana kehancuran hati menghadapNya.

Sebuah buku penuh kedalaman analisa mengenai Petrus, tokoh penting dalam Alkitab Perjanjian Baru. Secara detail bukan hanya kehidupan dan latar belakang serta keluarganya, penulis buku ini memang telah mencurahkan hati dan pikirannya untuk menangkap sosok penting, tapi juga menangkap makna rohani yang terkandung dari sifat-sifat, sikap bahkan dari kelemahan manusia yang kemudian dihubungkan dengan kehidupan kekristenan.

Komentar

Postingan Populer