Review Buku ‘Hargai Diri Sendiri dan Berhentilah Tersakiti’: Resep Psikologis untuk Melawan Budaya ‘Nggak Enakan’

"Permisi, Pak, sepertinya sepatu Bapak menginjak kaki saya."

Kalimat di atas mungkin terdengar janggal, bahkan lucu. Namun, bagi sebagian dari kita, kalimat itu adalah cerminan realitas yang menyakitkan. Sebuah realitas di mana kita merasa begitu sungkan atau ‘nggak enakan’ untuk menegur, bahkan ketika hak kita dilanggar. Kita lebih memilih menahan sakit daripada membuat orang lain merasa tidak nyaman. Jika Anda pernah merasakan hal ini, maka buku Hargai Diri Sendiri dan Berhentilah Tersakiti karya Yoo Eun-Jung adalah surat cinta sekaligus panduan praktis yang Anda butuhkan.

Buku yang ditulis oleh seorang psikiater dari Korea Selatan ini bukan sekadar buku pengembangan diri biasa. Ia adalah sebuah "resep psikologis" yang lugas dan tajam, menusuk langsung ke jantung masalah banyak orang: ketidakmampuan menghargai diri sendiri.

Mengapa Buku Ini Begitu Relevan, Terutama di Indonesia?

Yoo Eun-Jung, dengan pengalamannya menangani berbagai pasien, memahami bahwa luka batin paling dalam sering kali datang bukan dari orang asing, melainkan dari orang-orang terdekat: keluarga, teman, pasangan, dan rekan kerja. Melalui kisah-kisah nyata para pasiennya, ia membedah akar masalah dari perasaan hampa, cemas, dan rendah diri.

Salah satu tema sentral yang membuatnya begitu relevan untuk kita di Indonesia adalah pembahasan mengenai batasan diri (boundaries). Dalam budaya yang sangat mengedepankan harmoni sosial dan kolektivitas, sering kali kita dididik untuk mendahulukan perasaan orang lain. Tentu, ini adalah nilai yang baik. Namun, tanpa batasan yang sehat, nilai ini bisa berubah menjadi toxic. Kita jadi sulit mengatakan ‘tidak’ pada ajakan teman meski sedang lelah, tidak berani menolak permintaan atasan di luar jam kerja, atau terus memendam perasaan demi menjaga keharmonisan.

Buku ini mengajarkan bahwa menghargai diri sendiri bukanlah tindakan egois. Sebaliknya, itu adalah fondasi untuk membangun hubungan yang tulus dan sehat. Mencintai diri sendiri berarti berani mengakui kebutuhan dan perasaan kita, lalu mengomunikasikannya dengan jujur.

Saat Hierarki Menjadi Alasan untuk "Menyiksa" Diri

Salah satu bagian paling kuat dari buku ini adalah relevansinya dalam konteks profesional dan hierarkis. Berapa banyak dari kita yang diam-diam "menyiksa diri" karena berhadapan dengan atasan atau senior? Kita menerima semua tugas yang dibebankan meski sudah di luar batas kemampuan, kita diam saja saat pendapat kita tidak didengar, dan kita membiarkan rasa takut mendominasi hanya karena orang yang kita hadapi punya "posisi lebih tinggi".

Yoo Eun-Jung secara tidak langsung menampar kita dengan kesadaran bahwa menghormati hierarki tidak berarti mengizinkan diri kita direndahkan. Buku ini memberikan panduan untuk:

  1. Membangun Kemandirian Emosional: Berhenti mencari validasi dari pujian atasan atau takut berlebihan pada kritiknya. Harga diri kita tidak ditentukan oleh opini mereka.
  2. Menetapkan Batasan Profesional: Belajar mengatakan, "Maaf, saya tidak bisa mengerjakannya sekarang karena prioritas saya adalah X," adalah sebuah keterampilan, bukan pembangkangan.
  3. Memisahkan Pekerjaan dan Identitas Diri: Anda bukan hanya seorang karyawan atau bawahan. Kinerja kerja tidak mendefinisikan nilai Anda sebagai manusia seutuhnya.

Buku ini mendorong kita untuk mengubah narasi dari "saya harus menerima ini karena dia atasan saya" menjadi "saya menghormati posisinya, tetapi saya juga menghargai diri dan waktu saya."

Gaya Penulisan yang Membumi dan Penuh Empati

Keunggulan terbesar "Hargai Diri Sendiri dan Berhentilah Tersakiti" adalah gaya penulisannya. Yoo Eun-Jung tidak berbicara dari menara gading akademis. Ia menggunakan studi kasus dari ruang praktiknya, membuat setiap nasihat terasa nyata, relevan, dan membumi. Kita seolah diajak duduk bersama pasien-pasiennya, memahami luka mereka, dan melihat bagaimana "resep psikologis" darinya benar-benar bekerja.

Bahasa yang digunakan ringan dan mudah dicerna, tanpa jargon psikologi yang rumit. Setiap bab terasa seperti sesi konsultasi yang hangat dan penuh empati, membuat pembaca merasa didengar dan dipahami.

Kesimpulan: Sebuah Investasi Berharga untuk Kesehatan Mental Anda

"Hargai Diri Sendiri dan Berhentilah Tersakiti" adalah lebih dari sekadar buku; ia adalah sebuah cermin. Cermin untuk melihat betapa seringnya kita melukai diri sendiri demi menyenangkan orang lain. Sekaligus, ia adalah panduan untuk mulai memperbaiki hubungan paling penting dalam hidup: hubungan dengan diri sendiri.

Jika Anda lelah merasa 'nggak enakan', jika Anda ingin belajar cara membangun batasan yang sehat tanpa merasa bersalah, dan jika Anda siap untuk memulai perjalanan mencintai diri sendiri, maka buku ini adalah investasi yang sangat berharga. Ini adalah langkah pertama untuk berhenti sekadar bertahan hidup, dan mulai benar-benar menjalani hidup seutuhnya.


Posting Komentar untuk "Review Buku ‘Hargai Diri Sendiri dan Berhentilah Tersakiti’: Resep Psikologis untuk Melawan Budaya ‘Nggak Enakan’"