The Ruthless Leader: Strategi dan Kekuatan dalam Kepemimpinan yang Berhasil

Daftar Isi

Kepemimpinan berhasil jika di dalamnya ada disiplin dalam strategi, efektif, enovatif dalam menerapkan kepemimpinan itu sendiri. Kepemimpinan semacam ini mampu menggerakkan seluruh orang dalam ruang lingkupnya menuju tujuan bersama. Banyak tokoh pemimpin di masa lampau bukan hanya sukses mengarahkan "gerbong kepemimpinan", tetapi juga berhasil meraih tujuan strategis dengan presisi dan daya tahan tinggi.

Buku The Ruthless Leader: Three Classics of Strategy and Power karya Alistair McAlpine membahas aspek-aspek penting tersebut. Buku ini bukan tentang kekuasaan semata, apalagi kekuasaan otoriter yang biasa kita asosiasikan dengan penguasa lokal. Sebaliknya, buku ini mengeksplorasi strategi dan kekuasaan dari tiga tokoh besar dunia pemikiran: Sun Tzu, Niccolò Machiavelli, dan konsep Sang Pelayan yang dikembangkan McAlpine sendiri.

1. Strategi ala Sun Tzu: Disiplin sebagai Pilar Kepemimpinan

Sun Tzu, seorang jenderal dan filsuf militer dari Tiongkok sekitar 2.500 tahun lalu, menulis karya legendaris The Art of War. Salah satu kutipan paling dramatis dalam buku ini adalah ketika Sun Tzu melatih 180 wanita istana sebagai tentara. Ketika mereka gagal memahami perintahnya dan bertindak kikuk serta bingung, Sun Tzu menunjukkan bahwa disiplin adalah unsur mutlak dalam memimpin, bahkan jika harus bersikap tegas untuk menegakkannya.

2. Machiavelli: Realitas Kekuasaan dan Ketajaman Strategi Politik

Dalam The Prince, Niccolò Machiavelli menggambarkan pemimpin sebagai sosok yang harus realistis, bahkan jika itu berarti menggunakan manipulasi atau kekuatan demi stabilitas dan keberhasilan. McAlpine menyoroti bagaimana pemimpin yang efektif harus mampu membaca situasi politik dan bertindak sesuai dengan tuntutan realitas, bukan hanya idealisme kosong.

3. Sang Pelayan: Kepemimpinan Inovatif yang Mengutamakan Integritas

Konsep Sang Pelayan dalam buku ini memberikan dimensi baru: bahwa seorang pemimpin sejati adalah pelayan bagi visi dan timnya. Kepemimpinan yang inovatif tidak sekadar memerintah dari atas, tetapi juga menumbuhkan kepercayaan, membimbing, dan menjaga nilai ideologis di tengah tekanan politik dan perubahan zaman.

 
Judul Buku  : The Ruthless Leader: Three Classics of Strategy and Power
Pengarang    : Alistar McAlpine penulis buku ini.
Penerbit         :  Erlangga, Jakarta
Tahun Terbit  : 2004
Halaman         : v + 262 hlm
Sang jendral besar itu, menegaskan bahwa adalah tanggung jawab mereka yang berwenang untuk menyampaikan perintah-perintah dengan cara sedemikian rupa sehingga perintah-perintah tersebut dapat dimengerti, lalu ia menjelaskan kepada wanita itu mengenai apa yang ia inginkan untuk mereka lakukan dalam perintah yang jelas dan tidak mungkin disalahartikan.

Sang jendral kemudian juga memanggil para algojo untuk bersiap-siap menunjukkan bahwa ia menghargai disiplin sebagai esensi kehidupan militer. genderang ditabuh, perintah-perintah diteriakkan dan para wanita itu , kali ini masih saja berdiri di tempatnya. Cekikikan mereka, walaupun hanya sesekali, lalu segera berubah menjadi tawa yang keras. Sekali lagi Sun Tsu mengatakan kepada para wanita itu bahwa perintah-perintah yang tidak dapat dipahami secara tegas adalah kesalahan dari para komendan, dan ia kemudian mengulangi lagi latihan tersebut.

Kembali genderang ditabuh, perintah-perintah diteriakkan, dan sekali lagi para wanita tertawa. Sun Tsu lagi-lagi menegaskan, perintah yang kurang jelas adalah kesalahan dari para komendan. Akan tetapi, perintah yang telah disampaikan dengan lugas namun tetap tidak dipatuhi, maka itu menjadi kesalahan pihak yang dipimpin. Dengan kata-kata tersebut, sang jendral memerintahkan algojo untuk memenggal kepala dua selir utama, walaupun saat itu diprotes oleh Sang Panguasa, Pangeran He Lu.
 
Sun Tzu kemudian begitu saja menunjuk dua wanita lain untuk memimpin pasukan dan melanjutkan latihan. Ia sangat paham makna penting dari disiplin dalam medan pertempuran dan ia bertindak dengan kata-kata yang sangat bengis dan kasar untuk memastikan bahwa ia memiliki disiplin, bahkan dalam pasukan yang tampak hampir mustahil ini.

Pada giliran berikutnya ketika perintah-perintah diteriakkan, para wanita berlatih tanpa cela. Kemudian Sang Penguasa diminta untuk menyaksikan pandangan yang hampir mustahil ini, satu tawaran yang ditampiknya karena Sang Penguasa merasa kehilangan dua selir favoritnya. Akibatnya, Pangeran He Lu dipandang sebagai pemimpin yang hina oleh Sun Tzu. 

Kesimpulan: Memadukan Strategi, Efektivitas, dan Inovasi

Buku The Ruthless Leader menyajikan kombinasi pemikiran yang tajam dan mendalam tentang sifat dasar manusia dalam konteks kekuasaan dan kepemimpinan. Ketika seorang pemimpin memadukan disiplin strategi, efektivitas tindakan, dan inovasi dalam penerapan kepemimpinan, maka ia sedang membangun fondasi kuat untuk kepemimpinan yang berhasil dan berdampak jangka panjang.

Anda tertarik membaca secara keseluruhan karya yang luar biasa ini? Silahkan langsung saja mendapatkannya di toko-toko buku terdekat Anda. Semoga berguna.
 
Ada juga Model kepemimpinan Prabowo yang bisa disimak untuk memperkaya bacaan kita.

Posting Komentar