Bagaimana Menghadapi Persoalan Anak-anak Kita?
Setidak-tidaknya ada dua peristiwa yang membuat buku ini perlu mendapat perhatian saya, pertama ketika saya ditelepon oleh seorang laki-laki tidak dikenal dengan dana sedih menyampaikan bahwa anak saya jatuh pingsan dan perlu segera mendapat pertolongan. Sebagai seorang ayah tentu saja saya langsung ingin tahu keadaannya bagaimana. Laki-laki itu dengan sambil menangis mengatakan bahwa anak saya sudah ada di rumah sakit. Tapi saya disuruh segera menghubungi salah satu guru yang menangani tersebut?
Tapi, syukur bahwa saya ingat bahwa saya
sering mendengar cerita nama-nama guru anak saya dan tidak satupun ada nama
guru yang dimaksud. Dan dengan nada menghardik, saya katakan, bahwa Anda mau
menipu saya ya? Awalnya, si laki-laki tersebut sambil menangis mengatakan, bahwa
benar adanya anak saya di rumah sakit. Tapi sekali lagi saya membentaknya
dengan mengatakan “Anda adalah penipu!” Benar saja, bentakan yang kedua membuat
telepon akhirnya ditutup dan saya berkeyakinan bahwa si penelepon adalah
penipu.
Saya memang berpikir bahwa sang penipu
tadi memang memainkan perasaan dan bagaimana seandainya istri saya sebagai
wanita yang mengangkat telepon tadi. Tapi kekhawatiran saya rupanya terbukti di
mana ketika saya bekerja, tampaknya istri saya yang ditelepon dengan modus yang
sama seperti yang dialami oleh saya. Syukur bahwa saya sudah bercerita mengenai
pengalaman saya kepada istri saya sehingga istri saya langsung menutup telepon
dari laki-laki yang hendak menipu tersebut. Sang penipu tersebut mengerti betul
apa arti seorang anak bagi orang tua mereka.
Peristiwa kedua adalah terjadinya
pembantaian massal di Sekolah Dasar Sandy Hook, Newton, Negara Bagian
Connecticut, Amerika Serikat pada Jumat 14 Desember 2012 lalu di mana seorang
pemuda bernama Adam Lanza (20 tahun) telah memberondongkan peluru ke arah
anak-anak Sekolah Dasar tersebut yang menimbulkan 16 anak berusia enam tahun
tewas, dan 4 anak berusia tujuh tahun meninggal dunia.
Selain itu Adam Lanza
yang akhirnya bunuh diri itu juga menewaskan 6 orang dewasa yang berusia 27-56
tahun termasuk kepala sekolah dan juga ibu pemuda tadi bernama Nancy, yang
menjadi guru di sekolah tersebut. Sehingga total korban peristiwa tersebut
berjumlah 28 orang. Mengerikan sekali.
Tentu saja perbagai pertanyaan terbersit
dalam benak banyak orang atas peristiwa kedua yang terjadi itu, tapi tentu saja
saya ingin menghubungkan dengan buku yang sedang saya angkat ini di mana kita
sebagai orang tua jangan sampai salah dalam mendidik anak-anak kita. Dan buku
ini ingin menjelaskan bagaimana kita sebagai orang tua bisa mengerti bahwa
anak-anak kita itu adalah sebagai seorang pribadi yang masing-masing anak unik.
Makanya di dalam menghadapinya, dalam mendidiknya kita harus melakukannya
sesuai dengan keberadaan anak tersebut.
Dan lebih spesifik lagi dalam buku ini
dijelaskan bahwa ketika kita menegur entah itu menegur untuk tidak melakukan
sesuatu maka yang harus diperhatikan kita melakukan bukan karena anak kita
perempuan atau anak kita itu laki-laki. Contoh praktisnya adalah, anak
laki-laki tidak boleh memasak, karena itu pekerjaan anak perempuan. Atau anak
laki-laki kok menangis? Wah, anak perempuan kok main sepak bola. Kamu ini
perempuan, tidak boleh ini dan tidak boleh itu dan seterusnya.
Selain itu dalam buku ini disinggung
bagaimana kita menghadapi anak-anak kita ketika dikuasai oleh kemarahan. Hal
apa saja yang bisa kita lakukan sebagai orang tua? Beberapa saran yang
diberikan oleh penulis sangat praktis dan mudah dilakukan.
Dan banyak hal lain
yang dibahasa dalam buku ini yang pasti akan menolong kita sebagai orang tua
bagaimana menghadapi anak-anak kita. Dan pesan yang ingin disampaikan melalui
buku ini adalah bagaimana kita sebagai orang tua bisa membimbing anak dengan
mendasarkan bahwa setiap individu dari anak-anak kita berbeda, tapi bukan
karena dia laki-laki atau perempuan. Dan setiap kita harus menghargai setiap
individu dari anak-anak kita.
Buku ini mudah dicerna oleh kita sebagai
orang tua karena memang isinya sangat praktis dan lebih gampang lagi karena
disajikan dalam bentuk tanya jawab yang mana pertanyaan-pertanyaan itu memang
sering menjadi pertanyaan kita sebagai orang tua dalam mendidik anak-anak kita
sehari-hari. Semoga bermanfaat!
Judul : Problema Anak Dini Berbasis Gender
Penulis : Elga Andriana
Penerbit : Kanisius, Jogjakarta 2006
Halaman : 159 halaman (termasuk pengantar dan daftar isi)
ISBN : 979-21-1273-1
Tidak ada komentar