Bagaimana Cara Menjadi Tua Tapi Bahagia?
Ketika berumur 20an tidak pernah memikirkan masa tua, karena masa tua dianggap masih sangat jauh jaraknya dari dirinya. Semuanya berjalan dengan baik dan umur tua tak pernah terlintas sedikitpun dalam pikiran. Seperti tak pernah mau merasakan bagaimana mata yang jernih sedah mulai buram, rambut yang hitam legam menjadi kebanggaan dan tak mau ambil pusing kalau suatu saat kita akan berusaha untuk mengecatnya supaya kelihatan tetap hitam. Tubuh yang lihai dalam gerakan ada kalanya akan tiba bagian-bagian tubuh ini akan memberi alarm dengan kesakitan. Ya, tua memang tidak pernah kita harapkan datang, tapi tak satupun dari kita yang sanggup menolaknya. Itulah kita manusia.
Walaupun kita tidak sanggup menolak tua tapi kita bisa menyiapkan datangnya usia sepuh supaya kita tidak kaget dan menjadi tidak bahagia. Karena ternyata setelah manusia menjadi tua, banyak perubahan yang bagi orang yang tidak siap bisa menimbulkan stress, kegelisahan, ketakutan, kekecewaan dan penderitaan yang amat sangat. Karena setelah menusia menjadi tua banyak perubahan-perubahan yang terjadi baik itu secara fisik, psikologis. Maka tidak jarang banyak orang yang merasa takut ketika memasuki masa tua. Makanya tidak jarang ketika orang sudah memasuki usia di atas 50an merasa kikuk ketika ditanya mengenai umur.
Cara berpikir tersebut tentu saja dipengaruhi oleh anggapan yang terjadi dalam masyarakat kita di mana orang tua dianggap tidak berguna, orang tua dianggap rapuh, tak berdaya. Tak bahkan orang tua diidentikkan dengan panti jompo. Bahkan mendengar kata pensiun saja diartikan tidak punya lagi apa-apa, tidak seperti ketika aktif dan seterusnya dan seterusnya. Tentu saja ini akan menambah kesalahan cara berpikir bagi siapapun yang akan memasuki usia tua. Jika itu terus terjadi maka setiap manusia akan menghadapi 'penderitaan' ini bila anggapan tersebut tidak segera diubah. Karena tak dapat disangkal bahwa semua kita manusia bila diberi umur panjang, maka otomatis akan tiba dengan usia yang sepuh ini.
Jangan-jangan pengaruh cara pandang yang keliru ini juga yang menjadikan banyak orang tua secara pikir dan mental terkondisi dengan anggapan tersebut tanpa bisa bangkit membuktikan dirinya bahwa stigma tersebut tidak benar. Maka yang terjadi, "Ya sudah, karena saya sudah tua, maka saya akan menerima takdir tua saya seperti anggapan kebanyakan orang." Atau mereka menerima nasib dengan tanpa berani melawan nasibnya karena anggapan yang terjadi di masyarakat tadi. Karena itu, sudah saatnya kita, entah bagi mereka yang sudah memasuki usia tua, atau yang sedang antri untuk turut masuk ke dunia tua tersebut melakukan perubahan, baik cara berpikir maupun cara bertindak.
Kalau itu yang terjadi, kasihan ya kita-kita manusia ini di mana kita akan memasuki suatu masa di mana kita kehilangan kebahagiaan. Yaitu masa di mana ketika kita tiba di usia tua. Apakah memang ketika kita memasuki usia tua menjadi manusia yang kehilangan kebahagiaan? Bukankah seharusnya kebahagiaan itu justru datang ketika masa tua tiba? Pertanyaan ini menjadi menarik bagi kita adalah memang demikiankah nasib manusia ini di mana kebahagiaan akan hilang ketika tiba masa tua? Saya rasa kita harus keluar dari cara berpikir keliru tersebut. Bukankah seharusnya kebahagiaan itu tidak dibatasi oleh umur. Kecuali kita sendiri menganggap bahwa usia tua adalah masa yang tidak enak.
Maka satu-satunya cara untuk tidak masuk ke dalam jebakan 'tidak enak' karena memasuki usia tua ini adalah dengan mengantisipasinya ketika kita belum memasuki usia tua. Sekarang mari kita lihat sejenak orang-orang tua yang berhasil di masa tuanya tetap aktif dan bisa melewati masa-masa yang disahkaprai tersebut dengan menunjukkan bukti bahwa masa tua bukan masa di mana dirinya bukan hanya duduk manis di rumah, atau hanya menjadi penunggu rumah, tapi sebaliknya banyak orang tua yang bisa membuktikan dirinya menjadi orang yang bahkan masih berguna bagi orang lain dengan tetap aktif. Hal tersebut karena mereka menyiapkan diri dalam banyak hal sebelum masa sepuh tiba.
Buku berjudul Menembus Dunia Lansia: Membahas Kehidupan Lansia Secara Fisik maupun Psikologis oleh Dewi Pandji ini akan menjadi bermanfaat karena akan memberikan wawasan baru melihat masa tua. Buku yang diterbitkan oleh Pt. Elex Media Komputindo, Gramedia ini justru akan memberi kiat-kiat bagaimana mengatasi berbagai penyakit ketika usia tua itu datang yang memang cukup rentan. Kemudian bagaimana menjaga kebugaran pada masa-masa tua sehingga bisa tetap beraktifitas. Juga penulis menyampaikan berbagai kesaksian orang tua yang pasti akan berguna bagi setiap pembaca.
Posting Komentar
0 Komentar