Poligami dengan Istri ke 19: The 19th Wife Kisah Nyata Poligami yang Mengguncang Keyakinan dan Tradisi

Daftar Isi

Kisah poligami oleh laki-laki bukanlah hal baru dalam sejarah umat manusia. Tanpa memandang agama, suku, atau bangsa, praktik ini terus muncul, sering kali dibenarkan dengan dalih keyakinan. The 19th Wife, novel karya David Ebershoff, menyuguhkan narasi yang kuat dan menyentuh mengenai poligami yang dilakukan oleh tokoh terkenal dalam sejarah Mormon, Brigham Young. Buku ini bukan sekadar fiksi; ia terinspirasi dari kisah nyata—kisah seorang wanita yang berani melawan sistem, yaitu Ann Eliza Young, istri ke-19 dari Brigham Young.

Brigham Young dikenal luas sebagai pemimpin Gereja Yesus Kristus dari Orang-Orang Suci Zaman Akhir (LDS) pada abad ke-19. Ia menikahi sedikitnya 20 wanita dan memiliki 57 anak dari 16 di antaranya. Poligami, atau yang mereka sebut sebagai "pernikahan jamak," saat itu merupakan bagian dari ajaran dan praktik gereja. Namun, seiring waktu dan tekanan dari pemerintah AS, Gereja LDS akhirnya membatalkan dukungannya terhadap praktik ini. Kini, siapa pun yang masih menjalankan poligami dapat menghadapi sanksi berat, termasuk ekskomunikasi dari gereja.

Membaca The 19th Wife bukan hanya sekadar mengikuti alur cerita, tetapi juga mengupas lapisan sejarah, agama, dan perjuangan perempuan dalam sistem yang patriarki. Buku ini memiliki dua lapisan narasi: satu berasal dari kisah fiksi modern mengenai pembunuhan dalam komunitas poligami, dan satunya lagi mengisahkan kehidupan nyata Ann Eliza Young, yang secara publik menolak praktik poligami dan menggugat suaminya di pengadilan.

Sebelum membaca buku ini, sangat disarankan untuk menelusuri lebih dahulu latar belakang tokoh-tokoh seperti Brigham Young dan sejarah Gereja Mormon. Dengan begitu, pembaca akan lebih memahami konflik yang ditampilkan dan kompleksitas budaya serta agama yang membentuk konteks cerita.

David Ebershoff, penulis novel ini, bukanlah penulis sembarangan. Ia telah meraih banyak penghargaan sastra dan dikenal karena kemampuannya menggabungkan sejarah dengan fiksi secara elegan. Versi terjemahan Bahasa Indonesia diterbitkan oleh Bentang Pustaka pada tahun 2009, memungkinkan pembaca lokal untuk lebih mudah menikmati karya ini.

The 19th Wife bukan hanya tentang poligami. Ini adalah kisah tentang pemberontakan terhadap sistem, pencarian kebenaran, dan keberanian seorang wanita yang memilih melawan norma demi martabatnya. Sebuah buku yang membuka mata, menggugah hati, dan mengajak kita merenungkan kembali makna cinta, iman, dan kebebasan.


Dalam pengantar edisi pertama yang ditulis sendiri oleh Nyonya Ann Eliza Young yang mengambil keputusan untuk keluar dari agama Mormon dan menceritakan kebenaran adanya poligami di mana dirinya menjadi salah satu istri dari Brigham Young, semua orang heran, mengapa dirinya mau menjadi istri dari sekian istri? Ia bercerita bahwa ayahnya memiliki lima istri dan keyakinannya adalah poligami itu adalah kehendak Tuhan. Tapi, bagaimana mungkin prinsip itu dipercayainya dan dipraktekkannya juga dengan begitu saja? Jawabannya begini, "Iman adalah sebuah misteri, sulit dimahami banyak orang, dan tak pernah mudah untuk dijelaskan."

Ketika ia melakoni menjadi istri yang kesekian tentu bukan hal mudah. Sepertih apapun melihat suami yang ia cintai menikahi perempuan lain, ia berusaha untuk membesarkan hatinya. "Ini adalah kehendak-Nya, tegasnya berulang-ulang. Janji-janji surga menjadi alasan di mana ia berusaha untuk tetap menerima kenyataan, walaupun pahit. 
 
Dengan berdasarkan wahyu Tuhan di mana ia hidup menjadi salah satu istri dari sang nabi Brigham Young. Karena seperti wanita normal lainnya para istri itu tentu saja berkeinginan memiliki suami secara utuh, bukan milik banyak wanita. Keinginannya untuk mendapatkan kasih sayang sang suami secara khusus tidak didapatkannya karena tentu saja sang suami sibuk mengurus istri-istri lainnya beserta anak-anak mereka.

Makanya Ann Eliza Young bertekad untuk membeberkan semua kepahitan yang dialaminya kepada publik. Buku ini merupakan kisah 'pemberontakannya' yang tentu memiliki akibat di mana nyawanya terancam, keluarganya berantakan dan bahkan ia rela untuk melepaskan agama yang diyakininya sejak kecil. Ann Eliza Young memiki tujuan supaya dunia tahu betapa tragisnya nasib wanita-wanita yang dipoligami, yang harus hidup dalam perbudakan yang tak terlihat oleh negara pada waktu itu. Selain juga publikasi tersebut juga bertujuan supaya anak-anak hasil poligami yang hidupnya mengenaskan karena dilanda oleh kesepian. 

Sebuah buku penuh dengan perjuangan seorang wanita yang ingin mengakhiri praktek-praktek poligami yang dilakukan oleh kelompok agamanya. Dan memang, dalam sebuah news gereja Mormon yang membahas tokoh Brigham Young, mereka memang mengakui praktek poligami yang dilakukan oleh tokoh yang dihormatinya itu dengan menulis.

Posting Komentar