Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan – Telusuri Sosok Jujur yang Dirindukan Negeri
Di tengah sorotan publik terhadap lemahnya integritas di berbagai lini kepemimpinan, nama Hoegeng Iman Santoso kembali mencuat sebagai simbol kejujuran dan ketegasan. Buku Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan karya Suhartono, yang diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas, menyajikan biografi mendalam tentang seorang sosok yang tidak tergoyahkan oleh kekuasaan maupun suap.
Tidak hanya sebagai polisi yang jujur, Hoegeng juga dikenal sebagai menteri yang berani mengambil sikap berbeda demi kebenaran. Artikel ini mengulas buku penting ini, menggali nilai-nilai yang relevan untuk zaman kini, serta mengapa teladan seperti Hoegeng justru makin dibutuhkan dalam masyarakat kita hari ini.
Dialah sosok berintegritas total, bukan omon-omon doang yang ditunjukkan Hoegeng ketika ia bekerja dalam pemerintahan, berani melawan ketidakadilan sekalipun itu atasannya sendiri.
Keberaniannya untuk menumpas ketidakadilan ia jalankan karena ia sendiri telah memberikan bukti bahwa dia yang memberantas ketidakadilan, dia juga yang mencontohkan dengan perilakunya.
Makanya, ada istilah dalam masyarakat, "Hanya ada tiga polisi yang tak bisa disuap, patung polisi, polisi tidur dan Hoegeng," kalimat ini terus didengungkan orang ketika menilai ada oknum-oknum di kepolisian yang berperilaku tidak terpuji.
Sebenarnya dalam beberapa waktu terahir sebelum peristiwa polisi tembak polisi baik dalam kasus Sambo maupun yang terjadi di Lampung penilaian masyarakat terhadap kepolisian sebakin baik. Bahkan sampai mencapai 82,2% penilaian masyarakat terhadap kepolisian dalam beberapa hasil survei yang kredibel seperti yang pernah ditulis oleh CNN Indonesia.
Karena seturut dengan berjalannya waktu di mana kepolisian terus berbenah untuk menjadi lebih baik dan tentu saja banyak polisi yang sangat terpuji dalam tindakannya. Sehingga tidak adil bila kalimat itu terus menjadi pandangan yang tidak bisa dirubah tanpa melihat dengan obyektif perubahan-perubahan yang ingin dilakukan untuk menjadi Lembaga alat negara yang semakin dipercaya oleh masyarakat dalam menangani berbagai kasus-kasus yang terjadi.
Tapi kembali kepada kalimat pembuka yang sebenarnya berasal dari ucapan candaan Gus Dur sebagai kritikan terhadap kepolisian di jamannya. Ucapan itu disampaikan ketika wartawan bertanya dan Gus Dur menjawab dengan candaannya. Dalam hal ini Detik mengulas mengenai sejarah perkataan tersebut.
Sebenarnya siapakah Hoegeng yang disebut-sebut dalam candaan Gus Dur tersebut? Dua literatur yang bisa menjadikan rujukan untuk menilai seorang Hoegeng, polisi yang sangat terkenal yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Pertama adalah buku khusus tentang Hoegeng
Buku menarik tentang tokoh yang cukup dikenal karena kejujurannya itu sedang berada di tangan Redaksi. Judul Buku: Hoegeng: Polisi dan Menteri Teladan. Buku ini ditulis oleh Suhartono dan diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas, Jakarta dengan tahun terbit 2013. Literature kedua adalah hasil pengumpulan berita yang ditulis dengan jelas dan menjadi edisi khusus yaitu Mingguan TEMPO.
Hoegeng adalah tokoh kepolisian yang pernah menjabat Kepala Kepolisian Negara RI tahun 1968 - 1971. Bernama lengkap Hoegeng Iman Santoso yang hidup di jaman di mana situasi dan kondisi pemerintahan yang tidak sedang baik-baik saja. Hoegeng tampil dan memberikan contoh ekstrim bagaimana menjadi pejabat yang jujur.
Buku yang sedang kita ulas ini merupakan buku yang isinya berupa kehidupan Hoegeng yang dikisahkan oleh sekretaris pak Hoegeng bernama Soedharto Martopoespito, ketika pak Hoegeng menjadi Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet pada periode Maret 1966 hingga Juli 2066. Kisah tentang pak Hoegeng tetap terekam melalui pak Dharto ini karena keduanya memiliki hubungan yang terus berlanjut hingga pak Hoegeng menjadi Kapolri.
Dalam Kata Pengantar yang disampaikan oleh Prof. Dr. Adrianus Meliala, Kriminolog dan Guru Besar FISIP UI, dan Komisioner pada Kepolisian Nasional, jika Hoegeng masih aktif hari-hari ini, maka kemungkinan besar ia akan dijuluki "orang Samin". Hal tersebut disampaikan untuk menggambarkan sosok Hoegeng sebagai sosok yang lugu dan logis dan tidak mau mengancam.
Seperti kata penulisnya, buku ini lebih banyak menceritakan bagaimana kehidupan Hoegeng ketika ia menjadi birokrat. Tapi tentu saja tokohnya sama dengan karakter serta sifatnya tidak pernah berbeda baik ketika ia menjadi polisi.
Tapi bagaimana dengan laporan Tempo edisi 16-21 Agustus 2021 yang khusus membahas Hoegeng ini? Karena tulisan Tempo merupakan produk jurnalistik yang melaporkan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan Hoegeng, maka isinya sangat runtut berkisah bagaimana perjalanan hidup Hoegeng dengan detail. Sorotan kesederhanaan Hoegeng ditampilkan dengan seksama untuk memberikan gambaran bahwa apa yang dilaporkan oleh Soedharto Martopoespito, sekretarisnya ketika Hoegeng menjadi Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet pada periode Maret 1966 hingga Juli 2066, benar adanya, dan bukan dibuat-buat.
Menariknya, Tempo yang selama ini dikenal kritis terhadap siapapun dan lembaga apapun, dengan obyektif membandingkan dengan kondisi sekarang ini khususnya Lembaga Kepolisian RI. Tidak lupa juga dengan wawancara dengan beberapa tokoh untuk menguatkan Edisi Khusus Hoegeng ini. Layak dibaca!
Posting Komentar