Ariel Tatum dan Prilli Latuconsina Penganut Ajaran Stoik
Quot Epictetus
Artis peran Ariel Tatum dan Prilly Latuconsina tegas mengikuti ajaran filsafat mahzab Stoa untuk diterapkan dalam hidupnya. Kita mengenalnya aliran stoik. Apa ajaran Stoik itu?
Menurut Ariel, dengan mengikuti prinsip Stoik ia dapat mengubah cara pandang tentang kehidupan dan mampu menghadapi setiap tantangan yang datang dengan sikap yang tenang dan hidup lebih bijaksana, seperti yang dikutip Kompas.com.
Hal senada dengan Ariel, Prilly mengaku setelah menjalankan laku Stoik, ia merasa menjadi orang yang lebih tenang, karena baginya ia tidak perlu memikirkan segala sesuatu secara berlebihan.
Aliran Stoik adalah sebuah aliran filsafat yang menekankan kepada sikap pengendalian diri dari emosi negatif yang muncul dan berusaha untuk menerima situasi yang terjadi di luar kendali. Mudahnya untuk mengerti ajaran aliran ini adalah, kehidupan kita realitasnya memiliki dua dimensi.
Dimensi di luar diri kita dan dimensi yang ada di dalam kita. Apa yang yang ada di luar kita yang tidak bisa kita kendalikan biarkan itu berjalan, yang penting bagaimana kita mengatur dimensi yang ada di dalam diri kita, yaitu pengendalian diri.
Baik Ariel maupun Prilly, begitu fasih menjelaskan prinsip-prinsip hidup yang dilakoninya berdasarkan aliran yang ia tekuni untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Ia tak canggung mengutarakan prinsip-prinsip hidup yang diserapnya oleh para tokoh-rokoh Stoik seperti Saneca, Marcus Aurelius dan Epictetus.
Ariel Tatum menjelaskan bahwa kita patut mengupayakan apa yang bisa kita upayakan secara maksimal. Bila hasilnya tidak sesuai dengan harapan, maka hal tersebut sudah bukan tanggung jawab kita lagi. Sementara Prilly mencontohkan dirinya dulu sebelum mengenal aliran Stoik ini, ia mengaku ketika dalam perjalanan di Jakarta yang terjebak macet, ia mengeluhkan situasi tersebut dan mengeluarkan energi negatif. Kini setelah mengenal prinsip-prinsip Stoik dirinya belajar tenang menghadapi semuanya, ia akan mendengarkan musik di dalam mobil dan mengatakan kepada dirinya bahwa situasi itu tak bisa dikontrolnya.
Sebuah buku dari pentolan Aliran Stoik yang akan diperkenalkan ini berisi kumpulan risalah penting tokoh Stoik bernama Epictetus. Dalam buku ini berisi nasihat-nasihat praktis bagi mereka yang ingin menjalani kehidupan yang lebih tenang. Menariknya, Epictetus ingin mengatakan kepada kita, bahwa filsafat bukanlah hanya tentang bagaimana menafsirkan teks atau mengembangkan kecakapan secara intelektual. Tapi filsafat bisa memberi bentuk dan tujuan pada kehidupan kita dan menggunakan pengetahuan tersebut untuk memandu hidup kita.
Judul : Epictetus: Enchiridion & Kumpulan Fragmen
Penulis : Catatan-catatan Epictetus
Penerbit : Kakatua (Pustaka Klasik)
Tahun : Yogyakarta, Edisi Pertama 2024
Tebal : vi + 60 halaman
Epictetus memang contoh seorang yang sebelumnya menjadi orang yang paling tidak dianggap secara sosial karena diperkirakan dia adalah budak yang tidak memiliki kuasa apapun. Namun perjalanan hidupnya mengubahnya menjadi orang yang bisa belajar banyak hal ermasuk belajar filsafat dan cara yang ditempuhnya adalah mengambil jalur Stoik.
Menariknya kesempatan yang ada digunakan secara cemerlang oleh Epictetus untuk menekuni belajar dan hingga ia berhasil menjadi pengajar di Kota Roma saat itu. Tulisan dalam buku ini sebenarnya hasil catatan Epictetus mengenai ajaran-ajaran yang disampaikan kepada publik yang kemungkinan sempat dicatat oleh salah seorang muridnya bernama Arrian. Epictetus sendiri akhisnya sempat mendirikan sekolah filsafat yang cukup terkenal di masanya, hingga mendapat kunjungan dari Kaisar Hadrian sekitar tahun 113-78.
Mari kita fokus dengan apa yang diajarkan Epictetus yang tentu isinya lebih kepada prinsip-prinsip Stoik. Misalkan dalam Enchiridion, Epictetus mengajarkan, "Ada hal-hal yang berada dalam kendali kita dan ada hal-hal yang berada di luar kendali kita. Apa yang berada dalam kendali kita adalah opini, motovasi, hasrat, rasa tidak suka dan, ringkasnya, apa saja yang kita buat sendiri; apa yang berada di luar kendali kita adalah tubuh kita, arta benda yang kita miliki, reputasi, jabatan, dan ringkasnya, apa pun yang tidak kita buat sendiri."
Berhubungan dengan pernyataan di atas, dilanjutkan demikian, "Apa yang berada dalam kendali kita secara kodratnya adalah bebas, tidak dapat dirintangi dan tidak dapat diusik, sementara apa yang berada di luar kendali kita sejatinya bersifat rapuh, tidak bebas, dapat diusik, dan bukan milik kita."
Epictetus juga memberikan saran mengenai bagaimana kita menghadapi situasi yang ada di luar kita, di lingkungan sekitar, apa yang harus dilakukan? "Dalam kaiannya dengan apa pun yang terjadi pada Anda, selalu tengoklah ke dalam diri Anda dan lihatlah kemampuan apa yang Anda miliki untuk dapat menghadapi apa yang terjadi. Apabila Anda melihat laki-laki atau perempuan yang menawan, Anda akan dapati adanya kontrol diri yang memampukan Anda untuk mengatasi situasi itu; apabila Anda mesti menghadapi kerja yang berat, Anda akan dapati adanya daya tahan; apabila Anda menghadapi fitnah, Anda akan dapati adanya kesabaran. Apabila Anda membiasakan diri melakukan hal ini, Anda tidak akan hanyut terbawa kesan-kesan yang Anda miliki"
Posting Komentar