Mati atau Hidup: Hilangnya Harapan Hidup dan Hak Asasi Manusia di Papua

Daftar Isi

Buku Mati atau Hidup: Hilangnya Harapan Hidup dan Hak Asasi Manusia di Papua berada di persimpangan antara dokumentasi hak asasi manusia dan narasi politik. Apakah buku ini bersifat informatif atau ada muatan politik di dalamnya? Buku ini mencakup keduanya bersifat informatif sekaligus politis dan justru kekuatannya terletak pada perpaduan itu.

Buku ini menyajikan informasi yang sangat penting dengan penyajian data, kronologi, dan analisis situasi nyata yang terjadi di Papua antara 2008–2012, termasuk:

  • Pelanggaran HAM yang terdokumentasi,

  • Situasi demonstrasi damai dan kekerasan aparat,

  • Peta konflik di wilayah-wilayah tertentu seperti Paniai, Timika, dan Degeuwo,

  • Relasi antara sumber daya alam dan konflik sosial,

  • Konteks sosial-budaya masyarakat adat Papua yang seringkali diabaikan dalam wacana pembangunan nasional.

Dari sisi ini, buku ini memberikan informasi yang jarang atau kurang terwakili dalam media nasional arus utama. Dalam konteks global, buku ini juga memperluas kesadaran internasional tentang Papua, terutama setelah diterjemahkan dalam versi bahasa Inggris (West Papua: Dead or Alive).

Sementara aspek politik, buku ini juga jelas membawa muatan politik, dan itu bukan dalam pengertian negatif. Dalam konteks Papua, politik sering tak terhindarkan karena:

  • Apa yang disebut pelanggaran HAM tak bisa dilepaskan dari kebijakan negara dan aparat keamanan,

  • Ada desakan akan penentuan nasib sendiri (self-determination) yang disuarakan oleh sebagian masyarakat Papua,

  • Markus Haluk sendiri adalah aktivis yang telah lama berperan dalam gerakan politik damai Papua.

Muatan politis ini tidak muncul sebagai agitasi, melainkan sebagai bentuk advokasi. Buku ini menunjukkan bahwa "politik Papua" bukan hanya soal separatisme seperti yang sering digambarkan secara sempit, tapi juga soal politik martabat, hak hidup, dan pengakuan sebagai manusia yang setara.

Sehingga buku ini menjadi penting untuk dibaca karena dalam dunia akademik maupun advokasi internasional, karya semacam ini dianggap bernilai karena:

  • Menyuarakan kelompok yang terpinggirkan,

  • Mengisi kekosongan narasi alternatif terhadap versi resmi negara,

  • Mendorong pertanggungjawaban dari otoritas negara terhadap masyarakatnya sendiri.

Buku ini bersifat informatif secara faktual dan politis secara nilai dan ini justru memperkaya diskursus tentang Papua. Jika Papua ingin dilihat secara adil, dunia memang membutuhkan lebih banyak buku seperti ini: yang jujur, dokumentatif, dan bernyali.

Judul       :  Mati atau Hidup: Hilangnya Harapan Hidup dan Hak Asasi Manusia di Papua

Penulis     : Markus Haluk

Tahun      : 2013

Isu Utama: Hak Asasi Manusia, Konflik Politik, Eksploitasi SDA, Budaya Papua, Keamanan

Buku Mati atau Hidup: Hilangnya Harapan Hidup dan Hak Asasi Manusia di Papua karya Markus Haluk merupakan tulisan penting yang bisa dibaca oleh setiap orang karena di dalamnya mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia di Papua antara tahun 2008 hingga 2012. Buku ini menyajikan analisis mendalam tentang berbagai aspek kehidupan masyarakat Papua, termasuk hak sipil, politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum, dan keamanan. Semuanya dijelaskan dengan apik dalam buku ini.

Untuk diketahui bahwa Markus Haluk, adalah aktivis dan Sekretaris Jenderal Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua, yang menulis buku sebagai bentuk refleksi tentang kondisi hak asasi manusia di Papua selama tahun-tahun di mana ia menyaksikan berbagai peristiwa penting. Buku ini terbagi dalam lima pokok bahasan utama yang mencakup berbagai sektor kehidupan masyarakat di Papua yang dilaporkan dengan cukup detail.

Haluk menyoroti bahwa selama lima tahun pada masa pemerintahan SBY, konflik di Papua tidak menunjukkan tanda-tanda mereda, justru kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia semakin meningkat secara masif. Aksi-aksi demonstrasi damai untuk menyuarakan aspirasi politik sering kali berujung pada penangkapan, penyiksaan, penahanan, dan bahkan tindakan penghilangan nyawa.

Buku ini membahas situasi hak asasi manusia di wilayah-wilayah-wilayah di zona konflik di Papua seperti Puncak Jaya, Timika, Jayapura, Degeuwo, dan Paniai. Selain itu, Haluk menyoroti terjadinya kekerasan bersenjata dan bagaimana eksploitasi sumber daya alam di wilayah tersebut yang memiliki efek terjadinya konflik yang berujung pada pelanggaran hak asasi manusia. Lengkap dengan foto-foto yang memberikan gambaran jelas terjadinya pelanggaran di Papua.

Untuk diketahui bahwa peluncuran buku ini dilakukan pada tahun 2013 di Auditorium Universitas Cenderawasih, Jayapura, yang dihadiri oleh berbagai kalangan, termasuk mahasiswa, aktivis, intelektual, dan anggota DPR RI. Hal ini menunjukkan bahwa buku ini mendapat perhatian luas dan dianggap sebagai kontribusi penting dalam diskusi mengenai hak asasi manusia di Papua.

Posting Komentar