Memahami Keputusan Melepas Jilbab: Tinjauan Psikologis dari Buku Psychology of Fashion
Pengantar: Membaca Jilbab di Luar Bingkai Agama
Dalam wacana publik, jilbab sering kali dilihat sebagai simbol religius yang kaku: dikenakan sebagai tanda keimanan dan dilepas sebagai tanda kemunduran spiritual. Namun, buku Psychology of Fashion: Fenomena Perempuan (Melepas) Jilbab karya Juneman, menawarkan perspektif berbeda: jilbab sebagai ruang pengalaman psikologis dan sosial, bukan sekadar simbol moral. Buku gratis yang bisa didownload langsung di alamat di bawah
Buku ini tidak membahas soal hukum "boleh atau tidak" berjilbab. Penulis tidak menilai dari sudut tafsir agama, melainkan mengamati dan memahami fenomena perempuan yang melepas jilbab melalui kacamata psikologi—terutama psikologi eksistensial, perkembangan, dan sosial.
Fenomena Melepas Jilbab sebagai Proses Eksistensial
Juneman melakukan wawancara mendalam terhadap empat perempuan Muslim Indonesia yang memutuskan untuk melepas jilbab. Meskipun jumlah subjeknya kecil, pendekatan fenomenologis ini menghasilkan gambaran kompleks dan manusiawi tentang proses yang mereka alami.
Keputusan melepas jilbab, dalam pandangan mereka, bukan bentuk pembangkangan, tapi sebuah titik balik eksistensial—hasil dari perenungan, konflik batin, dan pencarian makna hidup. Mereka bergulat dengan tekanan sosial, tuntutan keluarga, keyakinan agama, dan suara hati. Juneman memosisikan mereka bukan sebagai objek kajian, tapi sebagai subjek yang otonom.
Jilbab sebagai Identitas Sosial dan Tekanan Psikologis
Dalam kajian psikologi sosial, busana adalah bentuk komunikasi nonverbal. Jilbab dapat mencerminkan identitas komunitas, keinginan untuk diterima, atau bahkan strategi bertahan dalam lingkungan yang menekan. Di sisi lain, ketika perempuan memutuskan melepasnya, itu bisa menjadi tanda bahwa mereka ingin menyelaraskan penampilan luar dengan jati diri dalam.
Juneman menyoroti bahwa konformitas dan tekanan sosial sering kali memainkan peran besar dalam keputusan awal mengenakan jilbab. Sementara itu, keputusan melepas jilbab muncul sebagai bentuk resistensi terhadap tekanan tersebut—suatu ekspresi dari kebebasan psikologis dan otentisitas diri.
Spiritualitas yang Lebih Dalam
Menariknya, beberapa narasumber dalam buku ini justru menyatakan bahwa mereka menemukan spiritualitas yang lebih jujur dan personal setelah melepas jilbab. Ini menantang asumsi bahwa jilbab selalu linier dengan tingkat keimanan. Juneman tidak menyimpulkan bahwa melepas jilbab itu lebih baik atau lebih buruk, melainkan bahwa iman dan ekspresinya adalah sesuatu yang dinamis dan sangat personal.
Judul : Psycology of Fashion: Fenomena Perempuan [Melepas Jilbab]
Penulis : Juneman, S.Psi.
Penerbit : LKiS Group
Tahun : Yogyakarta, Cetakan II, tahun 2012
Halaman : xxx1v + 398 halaman
Kesimpulan: Bukan Tentang Kain, Tapi Tentang Kemanusiaan
Psychology of Fashion bukan buku yang menghakimi atau mendebat. Buku ini mengajak kita untuk melihat perempuan sebagai manusia utuh, dengan pergulatan, nilai, dan pencarian makna hidupnya sendiri. Baik berjilbab maupun melepasnya, semua adalah bagian dari proses eksistensial yang layak dihormati.
Dari sisi psikologi jilbab, buku ini mengajarkan kita bahwa:
Tidak semua keputusan tampak luar adalah cerminan iman atau moral;
Tekanan sosial dapat menyamar sebagai kesalehan;
Otonomi dan otentisitas adalah bagian penting dari perkembangan diri perempuan.
Penutup: Ruang Refleksi, Bukan Ruang Penghakiman
Dengan pendekatan yang ilmiah dan humanistik, buku ini relevan tidak hanya bagi pembaca psikologi, tetapi juga bagi siapa saja yang ingin memahami kompleksitas pengalaman perempuan Muslim di era modern. Dalam masyarakat yang cepat menghakimi tampilan, buku ini hadir sebagai pengingat: di balik sehelai jilbab atau keputusan untuk melepasnya, ada jiwa yang berpikir, merasakan, dan memilih dengan sadar.
Ingin membaca langsung?
Buku ini tersedia versi PDF resmi yang dibagikan oleh penulis secara gratis melalui situs juneman.me.
Posting Komentar