Hari AIDS Sedunia: Berhenti Menghakimi, Mulai Memahami Lewat Buku "Antara Stigma dan Harapan"

Pendahuluan: Sebuah Pengakuan Jujur

Pernahkah Anda, seperti saya di masa lalu, terjebak dalam stigma bahwa HIV/AIDS adalah "hukuman" bagi mereka yang berperilaku seks bebas? Dulu, saya berdiri di barisan mereka yang mudah menghakimi. Namun, realitas sering kali lebih rumit, dan lebih menyakitkan, daripada sekadar penghakiman moral.

Menyambut Hari AIDS Sedunia pada 1 Desember ini, saya ingin mengajak Anda menelusuri sebuah buku yang menampar kesadaran kita: "Antara Stigma dan Harapan: Psikologi Ibu Postpartum dengan HIVAIDS".

Mengenal Buku: Suara dari Para Penulis

Buku yang diterbitkan oleh Nuansa Fajar Cemerlang ini bukan sekadar teks medis. Ditulis secara keroyokan oleh tim yang peduli, Susi Lestari, Arum Surya Utami, Eftyaningrum Dwi Wahyu Astutik, Endah Purwanti Handayani, dan Hasnia, buku ini hadir sebagai advokasi tertulis bagi mereka yang sering tak terdengar suaranya: para ibu.

Beban Ganda: Ibu, Nifas, dan Virus

Masa postpartum (nifas) adalah masa yang berat bagi wanita mana pun. Hormon yang bergejolak, fisik yang lelah, dan tanggung jawab baru. Bayangkan jika beban itu ditambah dengan diagnosis positif HIV.
Buku ini mengupas tuntas penderitaan panjang yang tak kasat mata:
 * Trauma Sejak Diagnosis: Penderitaan tidak dimulai saat melahirkan, tapi sejak vonis "Reaktif" diterima. Ada pergumulan batin yang hebat antara menyalahkan diri sendiri dan ketakutan akan masa depan.
 * Kecemasan Penularan: Berbeda dengan ibu pada umumnya, ibu dengan HIV dihantui teror apakah ia mewariskan virus ini kepada buah hatinya.
 * Proses Kelahiran yang Berisiko: Prosedur medis yang harus dijalani jauh lebih rumit demi mencegah penularan ke janin, menambah beban fisik yang sudah rapuh.

Meruntuhkan Stigma: Siapa yang Berhak Menghakimi?

Salah satu poin terkuat yang saya tangkap dari buku ini adalah bagaimana ia mematahkan stereotip lama. Tidak semua pengidap AIDS adalah pelaku seks bebas. Banyak dari mereka adalah ibu rumah tangga baik-baik yang tertular dari pasangannya.

Mereka bukan hanya berjuang melawan virus yang menggerogoti tubuh, tapi juga melawan stigma sosial. Bayangkan rasa sakitnya dikucilkan di tengah perjuangan menyusui dan merawat bayi. Buku ini mengingatkan kita: kita tidak punya hak menjadi hakim. Sebaliknya, kita seharusnya mencoba berdiri di posisi mereka (empathy).

Strategi Bertahan Hidup: Sebuah Harapan

Sesuai judulnya, buku ini tidak hanya berisi nestapa. Para penulis menyajikan bagaimana para ibu luar biasa ini menyusun strategi—baik fisik maupun emosional—untuk tetap bertahan hidup demi anak-anak mereka. Ini adalah kisah tentang resiliensi (daya lenting) manusia yang luar biasa.

Kesimpulan: Mari Membuka Mata

Buku "Antara Stigma dan Harapan" adalah bacaan wajib bagi siapa saja yang ingin merayakan kemanusiaan. Di Hari AIDS Sedunia ini, mari kita ubah tatapan sinis menjadi rangkulan dukungan. Karena musuh kita adalah virusnya, bukan orangnya.

Posting Komentar untuk "Hari AIDS Sedunia: Berhenti Menghakimi, Mulai Memahami Lewat Buku "Antara Stigma dan Harapan""