Leviathan: Mengapa Thomas Hobbes Melihat Manusia Sebagai Serigala dan Perlunya Kekuasaan Absolut Meta Deskripsi
Apakah Anda pernah bertanya, mengapa masyarakat membutuhkan hukum yang keras dan penguasa yang kuat? Di tengah hiruk pikuk politik dan sosial, satu buku klasik dari abad ke-17 masih memberikan jawaban yang mengguncang: Leviathan karya Thomas Hobbes.
Buku tebal yang kritis ini lahir dari kengerian P*rang Saudara Inggris (1642-1651), di mana Hobbes menyaksikan kekacauan total. Kini, berkat terjemahan oleh Penerbit MataBangsa, Yogyakarta, pembaca Indonesia dapat menyelami pemikiran radikal Hobbes tentang manusia, kekuasaan, dan asal-usul negara. Mari kita bedah mengapa Leviathan tetap relevan.
Homo Homini Lupus: Mengapa Manusia Adalah "Serigala bagi Sesamanya"?
Inti dari filosofi Hobbes adalah pandangan pesimistis tentang sifat dasar manusia. Ia memperkenalkan konsep Keadaan Alamiah (State of Nature) dan menegaskan bahwa "Homo homini lupus" (manusia adalah serigala bagi sesamanya).
Dalam keadaan alamiah, Hobbes percaya bahwa:
* Setiap individu memiliki hak mutlak atas segala sesuatu, termasuk tubuh orang lain.
* Hidup didominasi oleh rasa takut dan persaingan yang tak ada habisnya.
* Keadaan ini adalah "perang semua melawan semua" (bellum omnium contra omnes), di mana kehidupan akan menjadi "menyendiri, miskin, keji, brutal, dan singkat."
Pandangan ini menjadi dasar mengapa hukum dan aturan bukan sekadar pelengkap, tetapi kebutuhan dasar untuk bertahan hidup.
Kontrak Sosial dan Kelahiran Sang Leviathan
Lalu, bagaimana manusia keluar dari kondisi serigala ini? Jawabannya ada pada Kontrak Sosial dan penciptaan Leviathan.
Manusia, didorong oleh rasionalitas dan rasa takut akan kematian, sepakat untuk:
* Menyerahkan Sebagian Hak: Setiap orang secara sukarela menyerahkan hak mereka untuk menggunakan kekerasan dan mengadili orang lain.
* Menciptakan Penguasa Mutlak: Hak-hak ini diserahkan kepada satu entitas berdaulat—yaitu Leviathan (diambil dari nama monster laut di Alkitab yang melambangkan kekuatan besar).
Leviathan adalah negara atau persemakmuran yang memiliki Kekuasaan Absolut dan tidak terbagi. Tujuan utama penguasa ini hanyalah satu: memastikan ketertiban dan keamanan sipil. Tanpa kekuasaan mutlak ini, Hobbes percaya masyarakat akan segera kembali ke dalam perang saudara.
Mengapa Leviathan Masih Kontroversial dan Relevan?
Meskipun ditulis 370 tahun lalu, Leviathan masih memicu perdebatan:
* Sekularisme vs. Agama: Hobbes memisahkan legitimasi kekuasaan dari agama (menolak Hak Ilahi Raja), menjadikannya salah satu teks politik sekuler modern terpenting.
* Keamanan vs. Kebebasan: Karya ini memaksa kita untuk memilih: Seberapa banyak kebebasan individu yang bersedia kita korbankan demi jaminan keamanan yang absolut?
* Konteks Indonesia: Di negara dengan latar belakang sejarah konflik dan beragam kepentingan, pertanyaan Hobbes tentang bagaimana menjaga stabilitas dalam keragaman tetap relevan.
Kesimpulan
Dapatkan Leviathan Terbitan MataBangsa
Bagi Anda yang tertarik dengan filosofi politik, teori negara, atau hanya ingin tahu akar pemikiran Barat modern, Leviathan adalah bacaan wajib. Buku yang tebal dan berbobot ini kini dapat Anda koleksi melalui terbitan lokal oleh Penerbit MataBangsa, Yogyakarta.
Membaca Leviathan bukan hanya membaca sejarah, tetapi memahami argumen mendasar tentang mengapa kita, sebagai masyarakat, memilih untuk hidup di bawah payung hukum yang ketat.

Posting Komentar untuk "Leviathan: Mengapa Thomas Hobbes Melihat Manusia Sebagai Serigala dan Perlunya Kekuasaan Absolut Meta Deskripsi"
Posting Komentar