<!-- SEO Blogger Start --> <meta content='text/html; charset=UTF-8' http-equiv='Content-Type'/> <meta content='blogger' name='generator'/> <link href='https://www.idebuku.com/favicon.ico' rel='icon' type='image/x-icon'/> <link href='https://www.idebuku.com/2022/11/aku-ingin-bahagia-asal-kau-bahagia.html' rel='canonical'/> <link rel="alternate" type="application/atom+xml" title="Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik - Atom" href="https://www.idebuku.com/feeds/posts/default" /> <link rel="alternate" type="application/rss+xml" title="Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik - RSS" href="https://www.idebuku.com/feeds/posts/default?alt=rss" /> <link rel="service.post" type="application/atom+xml" title="Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik - Atom" href="https://www.blogger.com/feeds/5529713767079432659/posts/default" /> <link rel="alternate" type="application/atom+xml" title="Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik - Atom" href="https://www.idebuku.com/feeds/2751323179733838715/comments/default" /> <!--Can't find substitution for tag [blog.ieCssRetrofitLinks]--> <link href='https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpiv7nKTHEGw1Hvz8exePaaYI6iCFm7b57ikLFQPNUqSM_D97oVNVADPUtvG40zH8iLj3HOCZPdGMNrsX84IZDWbg9jLzV6i6sOilRpc-0PpEfnYqXWwYffVDW2YaBQArfzaMrm8iP5XxzYZkW96TZTBdy4X45mpK3_XGJO-SfKwrWTBuGfG1CGVWq/s320/45789226011_f9e9292ea4_w.jpg' rel='image_src'/> <meta content='Kau Bahagia atau Sedang Mencari Kebahagiaan itu?' name='description'/> <meta content='https://www.idebuku.com/2022/11/aku-ingin-bahagia-asal-kau-bahagia.html' property='og:url'/> <meta content='"Aku Tidak Bahagia," Begini Cara Terapinya' property='og:title'/> <meta content='Kau Bahagia atau Sedang Mencari Kebahagiaan itu?' property='og:description'/> <meta content='https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpiv7nKTHEGw1Hvz8exePaaYI6iCFm7b57ikLFQPNUqSM_D97oVNVADPUtvG40zH8iLj3HOCZPdGMNrsX84IZDWbg9jLzV6i6sOilRpc-0PpEfnYqXWwYffVDW2YaBQArfzaMrm8iP5XxzYZkW96TZTBdy4X45mpK3_XGJO-SfKwrWTBuGfG1CGVWq/w1200-h630-p-k-no-nu/45789226011_f9e9292ea4_w.jpg' property='og:image'/> <!-- Title --> <title>"Aku Tidak Bahagia," Begini Cara Terapinya - Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik "Aku Tidak Bahagia," Begini Cara Terapinya - Berbagi Ide dari Buku untuk Kehidupan yang Lebih Baik

"Aku Tidak Bahagia," Begini Cara Terapinya


Katanya bahagia itu sederhana, tapi apakah itu benar-benar bahagia? Saat melihat gambar keluarga bahagia kita kemudian mengimpikannya. Tapi itu bukan kebahagian itu sendiri. Kalau begitu cara bahagia bagaimana? Karena aku ingin bahagia.

Kehilangan bahagia sangat mudah. Ponsel yang kita pegang yang lengkap dengan data internetnya terkadang memainkan perasaan kita. Ketika kita scroll media sosial tiba-tiba perasaan kita yang semula biasa-biasa saja menjadi bahagia tak tertahankan. Bahkan kita tertawa sendiri dan bagi orang lain, dianggapnya itu adalah kebahagiaan. Tapi apakah kebahagiaan semacam itu? Tunggu dulu. Coba kita lanjutkan.

Ketika jari kita melanjutkan scroll gadget kita tadi tiba-tiba kebahagiaan itu berubah menjadi rasa marah, benci, dengki dan dendam. Wajah kita yang semula sumringah, mulut kita terbuka kini malah menggertakkan gigi. Sampai-sampai keluar umpatan yang tidak punya arah.

Tentu saja kebahagiaan dan kebalikannya mungkin akan menjadi seperti roller coaster life dalam beberapa waktu mendatang khususnya kita yang sibuk memperhatikan berlangsungnya Pemilu 2024 mendatang. Apa hubungannya dengan kebahagiaan? Bagi mereka yang menjadikan pilihan jagoannya sampai ke relung hatinya mungkin akan mengalami naik turun kebahagiaan itu sendiri. 

Ketika jagoan yang didukungnya diopinikan sangat baik kita seperti akan mendapat kebahagiaan. Sebaliknya ketika bertemu dengan opini di media jagoan kita digambarkan tidak baik, keburukannya, kebahagiaan itu segera lenyap. Kemudian berubah menjadi marah, benci, iri dan seterusnya. Terlebih lagi ketika masuk ke kolom komentar di mana komentar kita diserang, kemarahan itu memuncak dan kebahagiaan itu tak berbekas.


Kalau demikian, sebenarnya definisi bahagia itu apa? inilah yang akan dijelaskan dalam buku menarik yang sedang ada di tangan Redaksi. Judul buku: Ataraxia: Bahagia Menurut Stoikisme. Pengarang: A. Setyo Wibowo. Buku diterbitkan oleh Penerbit PT Kanisius, Yogyakarta. Tahun terbit 2019.

Buku ini mengulas mengenai terapi mendapatkan kebahagiaan menurut Stoikisme. Di mana kebahagiaan yang ditawarkan bukan hanya kebahagiaan secara dangkal oleh karena apa yang kita tangkap dari sebuah peristiwa yang diulas oleh orang lain. Tapi bagaimana kebahagiaan itu bisa diperoleh dengan melihat fakta yang sebenarnya dan bukan karena opini.

Tapi kata penulis buku ini kebanyakan dari kita ini sangat menikmati untuk mendapatkan kebahagiaan yang sejati karena hasil dari fakta yang sebenarnya. Karena nyatanya begitu bersemangat dengan apa kata opini publik, itulah yang kita anggap sebagai kebahagiaan ketika melihatnya, tetapi ketika opininya dibalik, maka kebahagiaan itu sangat mudah hilang. 

Artinya apa? Kebahagiaan itu hanya berdasarkan tafsir dan mudah naik turun. Kalau mau jujur juga akhirnya kebahagiaan kita itu bila hanya berdasarkan opini, bisa dengan mudah dipermainkan oleh opini. Kalau kita mau menghubungkan dengan semakin dekatnya kita memasuki tahun-tahun politik di mana kita akan menentukan jagoan kita baik presiden dan wakil presiden tahun 2024 ini, aroma dukung-mendukung dan saling menjatuhkan sudah terbangun.

Semuanya tentu berdasarkan opini yang disampaikan oleh para pendukung masing-masing mengenai calon presiden yang sedang diusung. Ketika kita sudah menentukan pilihan dan saat opini pendukung lain menciptakan kehebatan dan kelebihan calon yang didukungnya, kita menjadi bahagia. Tetapi sebaliknya ketika kita karena sebuah opini punya gambaran lawan yang tidak kita dukung, kitapun kehilangan kebahagiaan itu.

Lalu di mana kebahagiaan itu jelas dalam hidup kita? Buku ini sebenarnya berisi mengenai filsafat Stoikisme. Biasanya buku filsafat sangat rumit untuk mengerti isi dan maksudnya, tapi buku ini ditulis terasa membumi dan mudah untuk mengertinya. Dalam buku ini dijelaskan bagaimana Stoikisme menjanjikan teori kebahagiaan walaupun dalam situasi yang bagi orang lain tidak bahagia, tapi bagaimana situasi "negatif" itu tidak menggoyahkan kebahagiaan yang dimili oleh pengamal Stoik tadi.

Makanya Stoikisme ini juga dianggap sebagai terapi bagi jiwa untuk tetap bertahan dalam situasi yang mungkin "tidak membahagiakan". Sehingga dalam situasi jelek, situasi yang bisa jadi dianggap mengganggu, namun diterimanya dan dihadapinya dengan ketenangan. Cobalah baca buku ini, maka kita bisa menarik banyak pelajaran yang sangat berarti untuk mendapat kebahagiaan yang sejati yang tidak mudah untuk goyak dalam situasi apapun.

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.