Mengenal Orang Lain Adalah Kecerdasan yang Sebenarnya
Orang yang dapat memahami orang lain "yang lain" memiliki kecerdasan yang tinggi karena telah melampaui tahap sekadar mengetahui dan mengenali.
Memahami orang lain yang berbeda dari keluarga, kelompok, wilayah, dan keyakinan kita memerlukan kecerdasan yang lebih, tidak hanya mengetahui atau mendengar tentang mereka, tetapi juga melalui proses interaksi, pembelajaran, dan pemahaman mendalam tentang mereka. Emmanuel Levinas mengatakan bahwa orang lain adalah wajah yang mengungkapkan tentang diri 'aku', sehingga aku memiliki tanggung jawab terhadap orang lain itu, menghargai dan berlaku adil terhadapnya.
Mengenal "yang lain" memang memerlukan kecerdasan yang mendalam. Saat ini, dengan hanya menggunakan ponsel untuk mengakses Google atau AI, kita bisa mendapatkan informasi tentang "yang lain," namun itu tidak menuntut kecerdasan tinggi. Mengenal seseorang hingga tahap sapaan "halo" mungkin mudah, namun untuk benar-benar memahami, diperlukan usaha yang lebih.
Tantangannya adalah, tidak semua orang mampu menjangkau kedalaman pemahaman tentang "yang lain" karena mereka gagal pada tahap mengenal. Bagaimana kita bersikap ketika menemukan bahwa orang lain itu berbeda dari kita dalam hal keyakinan, kebiasaan, status sosial, dan banyak perbedaan lainnya?
Konflik kerap terjadi di berbagai tempat, menyebabkan banyak korban dari berbagai penyebab. Penghargaan terhadap "orang lain" seringkali kurang karena tidak cukupnya pemahaman manusia akan eksistensi mereka. Kadang, penolakan terhadap "orang lain" muncul di sekitar kita akibat perbedaan yang ada. Kita seringkali mengharapkan orang lain untuk menjadi serupa dengan kita. Namun, perbedaan yang ada pada orang lain justru sering membuat kita menjauh, sehingga kita gagal menghargai keberadaan mereka.
Kemanusiaan tidak lagi dianggap penting tapi justru apa yang berbeda dalam diri "yang lain" itulah yang malah digugat dan dijadikan alasan kita menjauhinya.
Sebuah buku yang memberikan paparan tentang penggambaran "yang lain" itu ditulis oleh seorang wartawan dari Polandia yang rela pergi ke berbagai tempat untuk mengenal dan menyelami 'yang lain' tersebut.
Judul : The Other
Penulis : Ryszard Kapuściński
Penerbit : Pustaka Pelajar
Tahun : Yogyakarta, Tahun 2012
Halaman : 102 halaman
Buku ramping ini mengisahkan pengalaman Ryszard Kapuściński sebagai wartawan yang meliput peristiwa-peristiwa di berbagai penjuru dunia yang dilanda konflik, bertemu dengan budaya asing, dan dinamika politik. Esai-esainya merenungkan interaksi yang ia lakukan selama bertugas.
Berinteraksi dengan 'yang lain' ternyata memberikan inspirasi dan perspektif baru tentang keberadaan mereka dalam kehidupan Ryszard Kapuściński. Proses ini juga menghancurkan prasangka yang telah lama tertanam dalam pikirannya, membangun rasa empati saat ia berada di tengah-tengah kelompok 'orang lain' tersebut.
Perbedaan perspektif dalam menilai orang lain terbentuk dari berbagai faktor, seperti sejarah yang kita ketahui tentang suatu kelompok, pengalaman kolonialisme yang dialami kelompok tersebut yang turut membentuk narasi dan cerita yang menyebar ke berbagai daerah, serta munculnya stereotip yang berkembang.
Kapuściński juga menelusuri aspek spiritual dan filosofis dalam berinteraksi dengan 'yang lain' tersebut. Bagi Kapuściński , memahami orang lain bukan hanya soal mengetahui fakta atau data, tetapi juga tentang bagaimana hadir dalam dunia internal mereka dan memahami perspektif yang mereka miliki. Menurutnya, menghadapi perbedaan ini merupakan bagian penting dari kemanusiaan, yang memungkinkan kita untuk berkembang secara sudut pandang dan pemikiran, menjadikan kita lebih empati, dan pada akhirnya meningkatkan pemahaman tentang diri sendiri dalam memahami orang lain.
Ya, dengan menyelami keberadaan mereka dan berada di antara bagian mereka kita malah bisa melihat diri kita sendiri. Dengan semangat tersebut penulis datang dan hingga mempertaruhkan nyawanya dengan mengunjungi berbagai konflik di seluruh penjuru dunia untuk mendapatkan penilaian yang benar, tidak hanya berdasar peristiwa yang sedang terjadi, tetapi lebih dari itu ia menyelami, apa yang melingkupi terjadinya peristiwa tersebut. Ia bisa memotret perasaan orang di tempat tersebut, gosip yang muncul di sana serta aroma di tempat tersebut.
Komentar
Posting Komentar